Metode EOQ Industri Menengah

berdasarkan metode yang telah diterapkan perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

5.7.2.4. Metode EOQ

Metode EOQ merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimalkan biaya penyimpanan persediaan dan pemesanan persediaan. Selain itu dengan metode EOQ dapat pula diketahui titik pemesanan kembali reorder point yang bertujuan untuk menjaga agar persediaan tetap tersedia dalam jumlah yang optimal. Titik ini akan menunjukkan keadaan untuk mengadakan pemesanan kembali untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Metode yang digunakan perusahaan dalam melakukan pengadaan persediaan bahan baku memiliki perbedaan dengan hasil yang diperoleh berdasarkan metode EOQ. Perbandingan antar metode yang diterapkan CV. Pesona Rattan Nusantara dengan metode EOQ meliputi perbandingan frekuensi pemesanan, kuantitas pesanan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan perbandingan biaya persediaan. a Analisis Pengendalian Persediaan Industri Menengah Pengendalian persediaan bahan baku berdasarkan metode EOQ dapat digunakan untuk menentukan jumlah frekuensi dan kuantitas pesanan persediaan bahan baku sehingga dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan pemesanan persediaan bahan baku. Untuk mengetahui perbandingan frekuensi dan kuantitas pemesanan bahan baku antara metode perusahaan dan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Perbandingan Frekuensi dan Kuantitas Pemesanan Bahan Baku Pengendalian Persediaan Rotan Perusahaan EOQ Jumlah Kuantitas Jenis Rotan Unit Frekuensi Frekuensi Perusahaan EOQ Batang Poles 28 – 30 mm Kg 17 11 13.190 13.678,72 Core 15 mm Kg 5 2 273 350,86 Tabel 17 Lanjutan Fitrit 3,5 mm Kg 14 17 20.045,5 20.244,45 Asalan Semambu 26 – 28 mm Kg 16 2 1.155 1.390,82 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa frekuensi pemesanan pada metode EOQ relatif lebih kecil dibandingkan dengan metode yang dilakukan CV. Pesona Rattan Nusantara. Kecuali untuk fitrit 3,5 mm, memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan metode perusahaan, hal ini dikarenakan jumlah permintaan fitrit yang tinggi selama tahun 2006. Perhitungan dengan metode EOQ memperoleh hasil yaitu kuantitas pemesanan persediaan bahan baku yang optimal untuk rotan batang poles 28 – 30 mm adalah sebesar 1.243,51 Kg, dan frekuensi pemesanan dilakukan sebanyak sebelas kali dengan jumlah pesanan lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang diterapkan perusahaan yaitu sebesar 13.678,72 Kg. Untuk mengetahui tingkat pengendalian persediaan rotan batang poles 28 – 30 mm dapat dilihat pada Gambar 9. L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 L=3 Metode EOQ Metode Perusahaan Gambar 9 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Batang Poles 28 – 30 mm Vs Waktu Bagi EOQ dan metode perusahaan Pada saat persediaan batang poles 28 – 30 mm mencapai garis R titik pemesanan kembali sebesar 147,09 Kg, maka bagian pembelian akan memesan bahan baku jenis tersebut dengan pesanan sebesar Q 1.243,51Kg. Pada Gambar 10 menunjukkan pengaruh tingkat persediaan rotan jenis core 15 mm terhadap waktu. Gambar ini memperlihatkan bahwa untuk meminimumkan besarnya biaya persediaan, maka jumlah pesanan bahan baku yang optimal berdasarkan perhitungan dengan metode EOQ adalah sebesar 175,43 Kg, dengan frekuensi pemesanan sebanyak dua kali. Jumlah pesanan lebih tinggi dari metode perusahaan yaitu sebesar 350,86 Kg . Pada saat persediaan core 15 mm mencapai garis R 3,03 Kg, maka bagian pembelian akan memesan bahan baku jenis tersebut dengan pesanan sebesar Q 175,43 Kg. R=3,03 Metode EOQ Metode Perusahaan Gambar 10 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Core 15 mm Vs Waktu Bagi EOQ Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa jumlah pesanan bahan baku rotan jenis fitrit 3,5 mm yang optimal berdasarkan metode EOQ adalah sebesar 1.190,85 Kg dan pemesanan dilakukan sebanyak tujuh belas kali dengan jumlah pesanan lebih tinggi dibandingkan dengan metode yang diterapkan perusahaan yaitu sebesar 20.244,45 Kg, serta dapat melakukan pembelian kembali sebesar Q 1.190,85 Kg apabila jumlah persediaan di gudang telah mencapai garis R 223,56 Kg. Gambar 11 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Fitrit 3,5 mm Vs Waktu Bagi EOQ Untuk rotan jenis asalan semambu 26 – 28 mm, jumlah pemesanan optimal berdasarkan metode EOQ adalah sebesar 695,41 Kg dan pemesanan dilakukan sebanyak dua kali. Jumlah pesanan lebih tinggi dari metode perusahaan yaitu sebesar 1.390,82 Kg . Tingkat persediaan rotan jenis asalan semambu 26 – 28 mm disajikan pada Gambar 12. 1 Metode EOQ Metode Perusahaan Metode Perusahaan Metode EOQ Gambar 12 Tingkat Persediaan Rotan Jenis Asalan Semambu 26 – 28 mm Vs Waktu Bagi EOQ Pada saat persediaan asalan semambu 26 – 28 mm mencapai garis R titik pemesanan kembali sebesar 12,87 Kg, maka bagian pembelian akan memesan bahan baku jenis tersebut dengan pesanan sebesar Q 695,41 Kg. b Analisis Biaya Persediaan Bahan Baku Biaya pemesanan berkaitan dengan frekuensi pemesanan, sehingga biaya pemesanan tertinggi pada tiap jenis rotan terdapat pada metode perusahaan. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat perbandingan besarnya biaya persediaan berdasarkan metode EOQ dengan metode perusahaan pada CV. Pesona Rattan Nusantara untuk keempat jenis bahan baku. Tabel 18 Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Biaya Persediaan Bahan Baku Perusahaan EOQ Perusahaan EOQ Perusahaan EOQ Batang Poles 28 – 30 mm 1.351.500 874.500 13.786.281,25 9.275.882 15.137.781,25 10.150.382 Core 15 mm 397.500 159.000 844.184,25 247.444,01 1.241.684,25 406.444,01 Fitrit 3,5 mm 1.113.000 1.351.500 61.298.876,88 22.749.700,69 62.411.876,88 24.101.200,69 Asalan Semambu 26 – 28 mm 1.272.000 159.000 374.053,75 264.081,92 1.646.053,75 423.081,95 Total 4.134.000 2.544.000 76.303.396,13 32.537.108,65 80.437.396,13 35.081.108,65 Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa biaya pemesanan tertinggi terdapat pada rotan batang poles 28 – 30 mm pada metode perusahaan dan fitrit 3,5 mm pada metode EOQ masing – masing sebesar Rp. 1.351.500, sedangkan biaya pemesanan terendah terdapat pada rotan core 15 mm dan asalan semambu 26 – 28 mm masing–masing sebesar Rp. 159.000 dengan metode EOQ. Selisih biaya pemesanan yang dapat dilakukan pada biaya pemesanan berdasarkan metode EOQ adalah sebesar Rp. 1.590.000 yang terdiri dari Rp. 477.000 untuk rotan batang poles 28 – 30 mm, Rp. 238.500 untuk rotan core 15 mm dan sebesar Rp. 1.113.000 untuk rotan asalan semambu 26 – 28 mm, sedangkan untuk fitrit 3,5 mm memiliki nilai sebesar – Rp. 238.500. Hal ini dikarenakan jumlah frekuensi pemesanan untuk fitrit 3,5 mm pada metode EOQ lebih besar dari jumlah frekuensi pemesanan yang dilakukan berdasarkan metode perusahaan. Semakin banyak frekuensi pemesanan yang dilakukan semakin besar biaya pemesanan. Pada biaya penyimpanan diperoleh hasil yaitu biaya penyimpanan tertinggi terdapat pada metode perusahaan yaitu pada rotan fitrit 3,5 mm sebesar Rp. 61.298.876,88 dan biaya penyimpanan terendah terdapat pada rotan core 15 mm dengan metode EOQ yaitu sebesar Rp. 247.444,01. Biaya penyimpanan berhubungan dengan banyaknya jumlah persediaan bahan baku yang disimpan di gudang, apabila terdapat sisa persediaan yang tinggi akan menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi pula. Selisih biaya penyimpanan yang diperoleh berdasarkan metode EOQ adalah sebesar Rp. 43.766.287,48 yang terdiri dari Rp. 4.510.399,25 untuk rotan batang poles 28 – 30 mm, Rp. 596.740,24 untuk rotan core 15 mm, Rp. 38.549.176,19 untuk rotan fitrit 3,5 mm, dan sebesar Rp. 109.971,8 untuk rotan asalan semambu 26 – 28 mm. Perbandingan biaya persediaan tiap jenis rotan untuk kedua metode menunjukkan bahwa secara keseluruhan biaya persediaan bahan baku tahunan dengan menggunakan metode perusahaan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode EOQ. Selisih total biaya persediaan bahan baku tahunan antara kedua metode adalah sebesar Rp. 45.356.287,48. Selisih biaya persediaan yang didapat apabila menggunakan metode EOQ untuk rotan batang poles 28–30 mm adalah sebesar Rp. 4.987.399,25, rotan core 15 mm sebesar Rp. 835.240,24, rotan fitrit 3,5 mm sebesar Rp. 38.310.676,19 dan rotan asalan semambu adalah sebesar Rp. 1.222.971,8. Pada industri ini tidak diperlukan adanya safety stock atau persediaan pengaman untuk bahan baku rotan dikarenakan penggunaan bahan baku utama bukan pada bahan baku rotan melainkan bahan baku lain.

5.7.3. Industri Besar