Sistem Pengadaan Bahan Baku

Potensi produksi rotan di Indonesia berjumlah sekitar 250.000 – 270.000 ton tahun sedangkan produsen dalam negeri hanya mampu menyerap sebanyak 125.000 ton ASMINDO, 2004. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan rotan dalam negeri dapat terpenuhi. Berdasarkan informasi dari Supplier bahan baku rotan di Kabupaten Cirebon dan ASMINDO, jenis rotan yang paling banyak diminati yaitu jenis rotan manau dengan diameter 28 – 32 mm. Namun saat ini tingkat harga untuk rotan manau menjadi tidak terjangkau untuk IKM di Kabupaten Cirebon yaitu berkisar antara Rp 12.000 – Rp 17.000 per batang. Namun beberapa sumber juga menyebutkan bahwa persediaan rotan manau sesungguhnya tidak menipis, hanya saja tingginya ekspor untuk jenis rotan tersebut dengan kualitas yang baik menyebabkan pasokan yang dipasok ke supplier di Kabupaten Cirebon hanya sisa – sisa bahan baku rotan dengan kualitas yang kurang baik yang dijual dengan harga tinggi.

5.5. Sistem Pengadaan Bahan Baku

Tujuan adanya persediaan bagi perusahaan industri pengolahan rotan adalah untuk memperlancar produksi, memperkecil kerusakan rotan dan mengantisipasi bahan baku rotan yang sulit diperoleh. Tujuan akhir dari adanya persediaan rotan tersebut adalah untuk memenuhi pesanan pelanggan, dimana beberapa beberapa pesanan mempunyai kriteria dan standar tertentu pada jenis rotannya. Berdasarkan fungsinya persediaan perusahaan industri termasuk jenis anticipation stock yang berfungsi sebagai persediaan pengaman. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap tiga skala industri yang mewakili industri kecil, industri menengah dan industri besar yaitu PO. Junaidi, CV. Pesona Rattan Nusantara dan PT. Habemindo Mutiara Rotan masing–masing memiliki jumlah persediaan yang tidak sama. Industri kecil yaitu PO Junaidi tidak memiliki jumlah persediaan bahan baku rotan sehingga bahan baku yang dipakai langsung habis tanpa adanya sisa persediaan. Industri ini merupakan pengesub yang hanya menerima pesanan order dari industri besar seperti PT. Tanda Mata dan PT. Bhineka. Bahan baku berasal dari PT. Tanda Mata PT. Bhineka, yang langsung diambil dari gudang industri. Apabila jenis dan ukuran tertentu tidak tersedia maka bahan baku diambil dari pemasok menggunakan memo dari PT. Tanda Mata PT. Bhineka dan akan dibayar oleh industri yang bersangkutan. Pada industri menengah dan besar yaitu CV. Pesona Rattan Nusantara dan PT. Mutiara Habemindo Rotan, pengadaan jumlah bahan baku yang dilakukan setiap bulan tidak memiliki kuantitas yang tetap, hal tersebut dikarenakan tidak tetapnya besar target produksi setiap bulan. Apabila perusahaan industri membeli dalam jumlah yang sama tiap bulannya maka kekurangan atau kelebihan persediaan bahan baku rotan kemungkinan akan terjadi. Berdasarkan pengamatan di lapangan kedua industri tersebut membeli lebih banyak dari kebutuhan produksi, hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi kebutuhan rotan secara mendadak, seperti adanya pesanan yang tak terduga dan juga akibat kerusakan rotan baik saat penyimpanan maupun saat proses produksi. Kedua industri tersebut menengah dan besar memperoleh pasokan bahan baku langsung dari pemasok di Kabupaten Cirebon. Jumlah pemasok kedua industri tersebut berjumlah lebih dari 10 pemasok. Pembelian bahan baku yang cukup sering dilakukan oleh kedua industri ini berasal dari CV. Nusantara H. Buchori dan CV. Sumber Sulawesi yang merupakan pemasok terbesar dan telah cukup lama memasok bahan baku rotan untuk industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon.

5.6. Prosedur Pembelian Bahan Baku