Perkembangan Industri Pengolahan Rotan di Kabupaten Cirebon

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Industri Pengolahan Rotan di Kabupaten Cirebon Industri pengolahan rotan yang dibahas dalam penelitian ini terdiri atas industri kecil, menengah dan besar. Industri pengolahan rotan tersebut merupakan industri produk jadi rotan. Industri pengolahan rotan baik itu berskala kecil, menengah dan besar mampu memproduksi berbagai macam produk jadi rotan seperti kursi, meja, sofa dan rak. Industri kecil pada umumnya berbentuk usaha perseorangan yang dikelola sebagai usaha rumah tangga, sedangkan industri menengah dan besar pada umumnya berbentuk Persekutuan Komanditer Commanditaire Vennootschap maupun Perseroan Terbatas PT yang memiliki bangunan tersendiri untuk melaksanakan proses produksi. Sebagian besar dari industri kecil merupakan sub – kontraktor atau dalam bahasa lokal dikenal sebagai pengesub dari industri skala menengah dan skala besar. Peran industri kecil dalam sistem sub – kontrak yaitu sebagai produsen pembuat produk setengah jadi, sedangkan industri menengah besar berperan dalam proses finishing. Pelaksanaan sistem sub – kontrak dimulai dari pemberian pesanan sesuai dengan jenis dan ukuran yang diperlukan kepada industri kecil oleh industri menengah besar. Apabila industri menengah besar tidak memiliki persediaan bahan baku yang diperlukan, maka industri kecil mengambil bahan baku dari pemasok bahan baku yang telah ditunjuk oleh industri menengahbesar. Pembayaran yang dilakukan pada sistem sub – kontrak ini menggunakan sistem pembayaran tunai, transfer atau cicilan. Setelah proses pembayaran selesai dilakukan maka pengiriman bahan baku kepada industri kecil selaku pengesub dapat dilaksanakan.

5.2. Perkembangan Industri Pengolahan Rotan di Kabupaten Cirebon

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Disperindag Kabupaten Cirebon tahun 2007, terdapat 49 unit usaha industri pengolahan rotan berskala besar, 127 unit usaha berskala menengah dan 971 unit usaha berskala kecil. Perkembangan jumlah unit usaha industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Pertumbuhan Industri Pengolahan Rotan di Kabupaten Cirebon Dari data tersebut menunjukkan bahwa industri rotan di Cirebon terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan sebesar 3,36 atau sebesar 33 industri per tahun. Persentase peningkatan jumlah unit usaha tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 7,04 . Perkembangan tidak hanya terjadi pada jumlah unit usaha melainkan juga pada volume produksi. Perkembangan volume produksi industri pengolahan rotan dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6 Perkembangan Volume Produksi Industri Pengolahan Rotan di Kabupaten Cirebon Perkembangan volume produksi industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon selama 10 tahun memiliki laju pertumbuhan sebesar 8,36. Namun pada tahun 2005 terjadi penurunan volume produksi sebesar 6.383 ton 7. Hal ini disebabkan oleh dampak dari kebijakan ekspor rotan mentah yang dilaksanakan pada pertengahan tahun 2005 yaitu Peraturan Menperindag Nomor : 12M- DagPer62005 yang menyebabkan meningkatnya harga bahan baku rotan sehingga terjadi kelangkaan rotan untuk jenis dan ukuran diameter tertentu. Berdasarkan penyerapan tenaga kerja, maka industri pengolahan rotan merupakan industri yang digolongkan dalam industri padat karya karena umumnya lebih banyak membutuhkan tenaga kerja manusia dibanding dengan tenaga mesin. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon selama kurun waktu 10 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Perkembangan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan Rotan Tahun 1997 – 2006 Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon tahun 2007 menyebutkan bahwa Industri rotan Kabupaten Cirebon mampu menyerap tenaga kerja sebesar 63.143 orang. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap selama tahun 1997 – 2006 adalah sebesar 1.955 orang dengan rata – rata tenaga kerja per industri sebesar 56 orang industri. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 5.294 orang. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah unit usaha yang juga cukup tinggi sehingga membuka peluang kesempatan kerja yang lebih besar. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyerapan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja dalam Industri Rotan Tahun Jumlah Tenaker Jumlah Unit Usaha Jumlah Tenaker per Industri 1997 45.544 852 53,45 1998 47.794 864 55,32 1999 49.530 892 55,53 2000 50.644 909 55,71 2001 51.432 923 55,72 2002 54.267 952 57,00 2003 59.561 1.019 58,45 2004 61.140 1.060 57,68 2005 62.252 1.102 56,49 2006 63.143 1.147 55,05 Rata-rata 56,04 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, 2007 Perkembangan industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon selama periode tahun 1997 – 2006 sangat dipengaruhi oleh terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, adanya perubahan – perubahan kebijakan pemerintah terhadap tata niaga rotan, serta adanya kenaikkan harga bahan bakar minyak. Namun kondisi tersebut cukup berbeda dengan kondisi yang terjadi di lapangan, hal tersebut dapat dilihat pada data yang disajikan oleh Disperindag Kabupaten Cirebon dan data yang disajikan oleh ASMINDO. Menurut data yang disajikan ASMINDO terjadi penurunan industri pengolahan rotan jumlah dan volume produksi di Kabupaten Cirebon. Pada tahun 2005 terdapat 153 industri furniture rotan yang terdaftar sebagai anggota untuk satu Kabupaten Cirebon baik itu industri dalam skala kecil, menengah dan besar, sedangkan pada tahun 2006 terdapat 28 industri yang gulung tikar tutup, 10 anggota baru dan 8 industri yang tidak pasti statusnya dikarenakan sepinya order serta sebanyak 48 industri menyatakan non aktif dari keanggotaan dikarenakan peran ASMINDO yang dinilai kurang optimal dalam menjalankan fungsinya. Penurunan jumlah industri di Kabupaten Cirebon juga didukung oleh data penjualan dari salah satu industri pemasok bahan baku rotan Kabupaten Cirebon yaitu CV Nusantara. Dari data tersebut terlihat bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan dengan laju penurunan sebesar – 19,56 . Data penjualan rotan dari tahun 2002 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Penjualan Rotan pada CV Nusantara Periode 2002 – 2006

5.3. Proses Produksi