yaitu CV Nusantara. Dari data tersebut terlihat bahwa dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan dengan laju penurunan sebesar – 19,56 . Data
penjualan rotan dari tahun 2002 sampai dengan 2006 dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Penjualan Rotan pada CV Nusantara Periode 2002 – 2006
5.3. Proses Produksi
Unit Usaha industri pengolahan rotan di Kabupaten Cirebon berproduksi berdasarkan order pesanan. Proses pembuatan produk jadi rotan seperti
pembuatan kursi, sofa, meja, dan produk jadi lainnya membutuhkan waktu yang relatif lama dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan masih dilakukan
secara tradisional. Proses pengolahan rotan setengah jadi menjadi produk jadi diproses
melalui beberapa tahapan yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu : 1.
Tahap Persiapan Tahap persiapan ini meliputi pemilihan jenis dan ukuran bahan baku
yang akan digunakan serta pengecekan mesin dan peralatan yang akan digunakan. 2.
Tahap Proses Produksi Tahap ini meliputi beberapa tahap yaitu :
a. Pembuatan rangka
Langkah – langkah dalam pembuatan rangka meliputi : • Pemotongan bahan baku
• Pemanasan Steam : bertujuan agar pada saat pembentukan pola
dapat dibentuk dengan baik dan mudah.
• Pembengkokan rotan • Pengemalan
• Perakitan
b. Pengikatan dan penganyaman
Setelah pembuatan rangka selesai, dilanjutkan dengan pengikatan dan pengayaman yang dapat menggunakan fitrit dan core atau lesio kulit
sesuai dengan permintaan pemesan. Tahap ini bertujuan agar rangka menjadi lebih kokoh dan kuat.
c. Pengamplasan dan pembakaran
Pengamplasan dilakukan untuk menghaluskan bagian – bagian yang kasar dan kurang bagus. Sedangkan pembakaran dilakukan untuk
menghilangkan serat – serat pada rotan. Dalam proses produksi ini dilakukan kegiatan Quality Control
untuk masing – masing tahapan sebelum dilakukan proses penyelesaian akhir finishing.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana dilakukan pewarnaan pengecatan sesuai dengan warna permintaan pemesan kemudian pembungkusan
produk wrapping kemudian loading ke dalam kontainer lalu produk siap untuk dikirim.
5.4. Bahan Baku
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua ASMINDO Daerah Kabupaten
Cirebon umumnya jenis bahan baku yang digunakan oleh sebagian besar industri
kecil, menengah dan besar di Kabupaten Cirebon baik itu berbentuk CV maupun Perorangan untuk setiap produknya terdiri dari dua material yaitu material rotan
yang telah mengalami proses pengolahan rotan setengah jadi sebagai bahan baku utama, dan material non rotan yang berfungsi sebagai bahan baku pembantu,
seperti amplas, cat, kulit, mur, baut, stapples dll. Bahan baku utama rotan diklasifikasikan dalam dua kelompok ukuran
diameter yaitu rotan dengan diameter 02 – 18 mm 18 – down dan rotan dengan diameter 18 – 40 mm 18 – up. Rotan yang termasuk dalam diameter 18 – down
adalah rotan fitrit dan core, sedangkan untuk rotan dengan diameter 18 – up umumnya adalah jenis rotan asalan yang biasa dipakai yaitu rotan CL, semambu,
blepuk, manau, suti, tohiti, sega, slimit, buaya, lambang, sampulet, sega air, lacak, dll. Fitrit adalah rotan yang digunakan untuk menganyam. Fitrit tersedia dalam
berbagai ukuran, yaitu : 2,75 mm, 3 mm, 3,5 mm, 4 mm, 5 mm, dan 6 mm. Sedangkan core adalah rotan yang berfungsi sebagai sebagai penutup bagian yang
diikat dengan ukuran yang bervariasi yaitu, 6, 7, 8, 9, 10 , 12, 14, 16, dan 17 mm. Untuk penentuan kualitas rotan dibagi menjadi 4 kriteria yaitu kualitas A,
B, C dan D. Pemeriksaan standar kualitas rotan biasanya dilakukan saat rotan masuk ke gudang supplier bahan baku. Sistem pemeriksaan menggunakan sistem
sampling, yaitu diambil sejumlah rotan tertentu untuk diperiksa. Secara terperinci kriteria kualitas rotan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Standar Kualitas Rotan
Grade Standar Kualitas
A Warna lebih terang cerah, tidak terdapat cacat, bebas kutu dan jamur, mulus dan
memiliki kelenturan yang sangat tinggi. B
Warna cukup terang, agak kering, terdapat sedikit cacat, bebas kutu dan jamur, agak mulus, agak lentur.
C Warna gelap , kelenturan rendah, terdapat cacat, agak kaku.
D Warna hitam, blue steam seperti ada bercak pada batang dan ruas, kaku.
Sumber : Supplier Bahan Baku Rotan CV. Nusantara
Kualitas bahan baku yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pesanan tergantung dari pembeli. Pembeli menentukan kualitas bahan baku yang mereka
pesan ketika mereka memesan jenis dan jumlah yang dibutuhkan. Berdasarkan keempat kriteria tersebut kualitas rotan dikelompokkan lagi menjadi bahan baku
Grade AB, BC dan CD. Mayoritas kualitas yang dipesan adalah Grade AB dan
BC, sedangkan Grade CD yang memilki kualitas kurang bagus biasanya hanya digunakan untuk bagian yang akan dicat saja.
Hampir 99 bahan baku rotan berasal dari dalam negeri. Pemasok utama rotan berasal dari Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi yang pada umumnya
merupakan pengumpul maupun pemilik langsung lahan rotan, yang kemudian dikirim ke pemasok bahan baku rotan di Kabupaten Cirebon.
Potensi produksi rotan di Indonesia berjumlah sekitar 250.000 – 270.000 ton tahun sedangkan produsen dalam negeri hanya mampu menyerap sebanyak
125.000 ton ASMINDO, 2004. Hal ini menunjukkan bahwa sesungguhnya kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan rotan dalam negeri dapat
terpenuhi. Berdasarkan informasi dari Supplier bahan baku rotan di Kabupaten
Cirebon dan ASMINDO, jenis rotan yang paling banyak diminati yaitu jenis rotan manau dengan diameter 28 – 32 mm. Namun saat ini tingkat harga untuk rotan
manau menjadi tidak terjangkau untuk IKM di Kabupaten Cirebon yaitu berkisar antara Rp 12.000 – Rp 17.000 per batang. Namun beberapa sumber juga
menyebutkan bahwa persediaan rotan manau sesungguhnya tidak menipis, hanya saja tingginya ekspor untuk jenis rotan tersebut dengan kualitas yang baik
menyebabkan pasokan yang dipasok ke supplier di Kabupaten Cirebon hanya sisa – sisa bahan baku rotan dengan kualitas yang kurang baik yang dijual dengan
harga tinggi.
5.5. Sistem Pengadaan Bahan Baku