Pemanfaatan Pertumbuhan Rotan 1. Morfologi Umum

teratur vertikal bercelah – celah sepanjang garis tengahnya. Jumlah dari barisan vertikal sisik – sisik ini , kadang digunakan untuk kepentingan taksonomi. Sisik ini mempunyai penampakan yang sangat menarik. Warnanya biasanya beragam mulai dari coklat kekuningan, coklat muda, sampai coklat gelap kehitaman, tetapi sekali waktu berwarna magenta atau gabungan seperti gading dan hitam Dansfield, 1996.

2.4.2. Pemanfaatan

Karena kekuatan, kelenturan dan keseragamannya, batang polos rotan dimanfaatkan secara komersial untuk mebel dan anyaman rotan. Umumnya diameter rotan batang bervariasi antara 3 – 60 mm atau lebih, bergantung pada spesiesnya. Di daerah pedesaan, banyak spesies rotan telah digunakan selama berabad – abad untuk berbagai tujuan seperti tali – temali, konstruksi, keranjang, atap dan tikar Dansfield, 1996. Sementara itu Heyne 1927, Burkill 1935 dan Corner 1966 dalam Dansfield 1996 telah mendaftar berbagai penggunaan lokal rotan. Penggunaan itu begitu banyak sehingga perhitungan yang lengkap adalah mustahil. Rotan dibuat untuk membuat keranjang, tikar, mebel, tangkai sapu, pemukul permadani, tongkat, perangkap ikan, tirai, kurungan burung, dan untuk hampir semua tujuan lain apapun yang menuntut kekuatan dan kelenturan yang digabung dengan keringanan. Ikatan pada rumah, pagar, jembatan dan bahkan perahu dilakukan dengan rotan. Pinak-pinak daun rotan tua dianyam untuk atap, pinak daun muda digunakan sebagai kertas rokok, tunas muda dimakan, buah rotan digunakan beragam sebagai buah dan obat, dan ‘darah naga’ yang diperoleh dari kulit buah beberapa spesies pernah digunakan sebagai zat warna, pernis dan dalam jamu lokal. Jenis-jenis rotan di Indonesia yang memegang peranan penting dalam perdagangan adalah: 1 Rotan manau Calamus manan Miq dari Sumatera dan Kalimantan. 2 Rotan sega Calamus caesius Bl dari Sumatera dan Kalimantan. 3 Rotan semambu Calaus scipionum dari Sumatera dan Kalimantan. 4 Rotan irit Calamus trachyoleus dari Kalimantan. 5 Rotan umbulu Calamus simphysipus dari Maluku dan Sulawesi. 6 Rotan cacing Calamus ciliaris, seuti C. ornatus, seel Daemonorops melanochaetes dari Jawa. 7 Rotan suwei Calamus papuanus Becc. dari Irian Jaya. 8 Rotan jermasin C. leioucaulis, tarumpu C. muricetus, batang C. zollingerii dan tohiti C. inops dari Sulawesi.

2.4.3. Pertumbuhan

Kebanyakan rotan yang tumbuh secara alami menghasilkan semai melimpah, namun mortalitas tinggi, agaknya karena persaingan merebut cahaya, air dan zat hara, dan karena pemangkasan, menyebabkan hanya sedikit semai mencapai dewasa. Cahaya juga meningkatkan pemanjangan batang Manokaran 1985 dalam Dansfield, 1996. Pemanjangan batang bersifat sinambung, tetapi beragam dari kurun ke kurun waktu. Meskipun tidak ada informasi yang diterbitkan mengenai laju pertumbuhan rotan yang tumbuh liar, informasi semacam itu tersedia untuk spesies – spesies komersial yang mengikuti lintasan silvikultur. Beberapa informasi diberikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Laju Pertumbuhan Delapan Spesies Komersial Rotan Spesies Laju Pertumbuhan mtahun Laju Pertumbuhan Batang Terpanjang mtahun Calamus caesius 1,9 3,9 – 5,6 C. egregious - 0,8 2,0 C. hainanensis - 3,5 5,0 C. manan - 1,2 2,3 C. scipionum 0,1 1,0 C. tetradactylus - 2,3 Tabel 1 Lanjutan C. trachycoleus - 3,0 5,0 7,0 Daemonorops margaritae - 2,0 – 2,5 Sumber: Manokaran 1985 dan Xu 1985, 1989 dalam Dansfield 1996 Ket : Angka dalam kurung merupakan taksiran, angka – angka lain merupakan nilai terukur. 2.4.4. Potensi Rotan Indonesia Rotan di Indonesia umumnya tumbuh di hutan – hutan lebat yang ditumbuhi oleh kayu karena rotan termasuk tumbuhan memanjat pada pohon. Dari 15 suku palmae, 8 jenis diantaranya ditemukan dan tumbuh di Indonesia. Adapun jumlah total rotan yang sudah ditemukan dan digunakan untuk keperluan lokal mencapai kurang lebih 128 jenis. Sementara itu, rotan yang sudah umum diusahakan diperdagangkan dengan harga tinggi untuk berbagai keperluan baru mencapai 28 jenis saja. Jenis rotan lainnya belum begitu tersentuh karena kecilnya potensi dan belum dikenal sifat – sifatnya Januminro, 2000. Luas kawasan hutan di Indonesia sebenarnya mencapai total 120 juta hektar, sedangkan luas kawasan yang disurvei hanya mencakup kawasan hutan yang mewakili saja, yakni hanya pada areal seluas 5,6 juta hektar di 16 Provinsi Indonesia. Secara keseluruhan, besarnya potensi penyediaan rotan dari 16 Provinsi di Indonesia di luasan areal yang telah disurvei mencapai kurang lebih 573.890 ton tahun Januminro, 2000. Balitbang Kehutanan Departemen Kehutanan memperkirakan bahwa produksi rotan tahun 2005 sebesar 622.000 ton yang dihasilkan oleh beberapa daerah penghasil bahan baku rotan di Indonesia yang tersebar di 20 propinsi. Potensi produksi tersebut merupakan potensi produksi lestari atau potensi per tahun selama ini adalah rata – rata sekitar 622.000 ton per tahun. Tabel 2 Potensi Produksi Bahan Baku Rotan Indonesia No Provinsi Potensi Produksi ton thn 1. NAD 28.000 2. Riau 5.000 3. Sumatera Utara 12.000 4. Sumatera Barat 38.000 5. Jambi 13.000 6. Bengkulu 25.000 7. Sumatera Selatan 22.000 8. Lampung 5.000 9. Kalimantan Barat 50.000 10. Kalimantan Tengah 70.000 11. Kalimantan Selatan 15.000 12. Kalimantan Timur 65.000 13. Sulawesi Utara 20.000 14. Sulawesi Tengah 75.000 15. Sulawesi Selatan 37.000 16. 17. 18. 19. 20. Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Papua Sulawesi Tenggara 13.000 5.000 25.000 68.000 31.000 Jumlah 622.000 Sumber : Balitbang Kehutanan, Departemen Kehutanan, 2005

2.4.5. Tata Niaga Rotan