2.4.5.3. Pengganda Tenaga Kerja
Pengganda tenaga kerja adalah besarnya kesempatan kerja yang tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang
bersangkutan sebesar satu satuan rupiah Budiharsono, 2001. Berbeda halnya dengan pengganda output dan pendapatan, pengganda tenaga kerja tidak diperoleh dari
elemen-elemen dalam tabel I-O. Hal ini dikarenakan pada tabel I-O tidak mengandung elemen-elemen yang berhubungan dengan tenaga kerja.
Pengganda tenaga kerja tipe I berguna untuk mengetahui besarnya lapangan kerja yang tercipta jika output suatu sektor meningkat sebesar satu unit uang akibat
terjadi peningkatan permintaan akhir di sektor tersebut. Pada pengganda tenaga kerja tipe II menunjukkan dampak dari peningkatan penyerapan tenaga kerja di seluruh
sektor jika konsumsi rumah tangga rumah tangga yang bekerja di suatu sektor meningkat sebesar satu unit uang.
2.4.5.4. Analisis Dampak Pengganda Multiplier Effect
Guna mengukur efek pengganda dari pendapatan, output maupun tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah atau negara yang disebabkan karena
adanya perubahan dalam jumlah pendapatan, output dan tenaga kerja digunakan pengganda tipe I dan II. Adapun pengklasifikasian efek pengganda pendapatan,
output dan tenaga kerja tersebut adalah sebagai berikut: a.
Dampak awal Initial Impact, yaitu besarnya perubahan baik peningkatan maupun penurunan satuan peubah pada masing-masing sektor ekonomi bila
permintaan akhir berubah sebesar satu-satuan.
b. Dampak Pertama first round effect, yaitu besarnya pembelian input yang
dibutuhkan suatu sektor dari sektor lain untuk meningkatkan produksinya sebesar satu unit. Di lihat dari sisi output, dampak putaran pertama ditunjukkan
oleh koefisien langsung. Sedangkan dari sisi pendapatan, dampak putaran pertama menunjukkan adanya penyerapan tenaga kerja akibat adanya dampak
putaran pertama dari sisi output. c.
Dampak Dukungan Industri Industrial Support Effect, menunjukkan adanya dampak peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja putaran kedua
dan selanjutnya akibat adanya stimulus ekonomi tepatnya dukungan industri yang menghasilkan output.
d. Dampak Induksi Ekonomi Consumption Induces Effect, menunjukkan adanya
suatu pengaruh induksi peningkatan konsumsi rumah tangga akibat pendapatan rumah tangga yang meningkat. Dengan kata lain, dampak induksi
ekonomi merupakan pengaruh pengeluaran rumah tangga terhadap perekonomian wilayah atau penerimaan rumah tangga sebagai pembayaran
upah tenaga kerja dalam memproduksi tambahan output suatu sektor. e.
Dampak Lanjutan Flow on Effect, yaitu dampak keseluruhan dari pendapatan, output dan tenaga kerja yang terjadi pada setiap sektor perekonomian dalam
suatu wilayah akibat adanya peningkatan penjualan dari suatu sektor.
2.5. Penelitian Terdahulu
Selama ini belum ada penelitian yang mengukur peranan dan keterkaitan industri makananan dan minuman baik dalam konteks nasional maupun wilayah
dengan menggunakan analisis Input-Output. Meskipun demikian, telah ada penelitian yang berhubungan berupa analisis terhadap Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE
tahun 1999 yang dilakukan oleh Priyarsono, Daryanto dan Herliana dalam Agro- Ekonomika No.1 Tahun XXXV April, 2005. Adapun tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk melihat apakah sektor pertanian dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional atau tidak.
Teknis penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh sektor perekonomian dilihat dari beberapa sudut, yaitu: 1 Kontribusi terhadap nilai tambah
dan penyerapan tenaga kerja, 2 Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor, 3 Struktur pengeluaran konsumsi rumah tangga, 4 Koefisien Pengganda, dan 5
Dampak peningkatan pendapatan sektoral pada penerimaan rumah tangga. Penelitian ini tidak secara khusus melihat peranan industri makanan dan minuman melainkan
keseluruhan sektor perekonomian yang ada di Indonesia. Guna melihat secara spesifik peran industri makanan dan minuman secara relatif terhadap subsektor-
subsektor industri non migas manufaktur lainnya maka disajikan beberapa potongan penelitian dari SNSE tahun 1999 sebagai berikut:
2.5.1. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Makanan dan Minuman
Derajat kecenderungan ekspor menggambarkan perbandingan antara ekspor dari suatu sektor ekonomi dengan nilai produksi total dari sektor tersebut. Notasi untuk