Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman Dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang
ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG
OLEH
TEUKU FAJAR AKBAR H14103035
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(2)
TEUKU FAJAR AKBAR. Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang (dibimbing oleh DEWI ULFAHWARDANI).
Industri makanan dan minuman merupakan subsektor dari industri manufaktur (non migas) yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Sebagaimana dalam konteks nasional, keberadaan industri makanan dan minuman diduga juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Tangerang.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisa kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang, (2) Menganalisa keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Tangerang, (3) Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan minuman dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan efek pengganda (multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja, (4) Menganalisa dampak penyebaran antara industri makanan dan minuman dengan sektor lainnya serta penetapan prioritas sektor, dan (5) Menganalisa perkembangan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode 2000 hingga 2006 dilihat sisi realisasi investasi dan penyerapan tenaga kerja.
Penelitian ini menggunakan dua metode analisis utama yakni analisis Input-Output (I-O) dan analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Tabel Input-Output (I-O) Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan data investasi industri di Kabupaten Tangerang tahun 2000 hingga 2006 hasil
monitoring Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. Khusus untuk keperluan analisis Input-Output, tabel I-O diagregasi menjadi 19 sektor. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan peranti lunak (software) GRIMP for Windows Versi 1.0.1 dan Microsoft Excel 2003.
Berdasarkan hasil analisis kontribusi, industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang dilihat dari kontribusi yang diberikannya terhadap permintaan akhir total dan pembentukan output total menduduki peringkat kedua, sedangkan terhadap pembentukan permintaan antara total menempati peringkat ketiga. Impor dan konsumsi masyarakat untuk subsektor industri ini adalah yang terbesar dibanding sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah bruto total berada pada peringkat kelima, sedangkan dalam hal ekspor ia berada pada peringkat keenam.
Dilihat dari hasil analisis keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke depan, industri makanan dan minuman menempati peringkat kedua. Untuk keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke belakang, industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima. Hal tersebut didukung pula oleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa indutri makanan dan minuman menyerap output dari sektor pertanian terbesar dibanding sektor perekonomian lainnya. Dengan kata lain, industri makanan dan minuman merupakan sektor yang paling berpotensi dalam hal membangun dan mendayagunakan sektor pertanian dan sektor agroindustri di Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil analisis pengganda, industri makanan dan minuman memiliki pengganda output tipe I peringkat kelima dan pengganda output tipe II peringkat pertama.
(3)
Jika dilihat dari hasil analisis pengganda pendapatan, industri makanan dan minuman hanya menempati peringkat kedelapanbelas baik tipe I maupun tipe II. Peran industri makanan dan minuman dalam penciptaan lapangan pekerjaan baru di Kabupaten Tangerang tergolong cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua.
Hasil analisis dampak penyebaran diperoleh industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal mendukung pertumbuhan output sektor hulu dan hilirnya. Sedangkan dari hasil penetapan sektor prioritas, industri makanan dan minuman tergolong salah satu sektor prioritas (sektor unggulan).
Sesuai dengan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa industri makanan dan minuman dalam periode 2000 hingga 2006 mengalami pertumbuhan investasi dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Industri makanan dan minuman skala investasi besar memiliki peranan terbesar dalam hal pembentukan barang modal (investasi) dan penyerapan tenaga kerja. Jenis industri makanan dan minuman skala investasi besar yang memiliki peranan terbesar (lebih dari 50 persen) dalam hal pertumbuhan penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman adalah industri penghasil kue kering (1.758 orang) dan industri penghasil coklat dan kembang gula (1.578 orang). Keduanya merupakan golongan dari industri makanan lainnya. Sedangkan untuk industri makanan dan minuman skala investasi kecil, penyerapan tenaga kerja terbesar juga dikontribusi oleh golongan industri makanan lainnya yakni: industri penghasil roti (113 orang), industri penghasil kue kering (74 orang) dan industri penghasil tempe (46 orang).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka sudah semestinya pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Tangerang mengembangkan industri makanan dan minuman sebagai salah satu sektor unggulan Kabupaten Tangerang. Hal ini karena peranannya yang besar dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang mengingat ia dapat diandalkan untuk mendorong peningkatan output wilayah dan penciptaan lapangan pekerjaan baru. Selain itu, upaya pemda Kabupaten Tangerang untuk memajukan sektor pertanian harus secara bersamaan mengembangkan industri makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan industri makanan dan minuman adalah sektor terbesar dalam hal penyerapan output pertanian dibanding sektor-sektor lainnya.
(4)
Oleh
TEUKU FAJAR AKBAR H14103035
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(5)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Teuku Fajar Akbar
Nomor Registrasi : H14103035 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si NIP. 131 878 941
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:
(6)
Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya, penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ir. Dewi Ulfah. Wardani, M.Si yang telah memberikan bimbingan baik pada waktu persiapan, pengambilan data mapun penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada instansi terkait dan pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penelitian.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua dan saudara penulis atas kesabaran, doa dan dorongan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan berguna bagi pihak yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2007
Teuku Fajar Akbar
(7)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Teuku Fajar Akbar H14103035
(8)
Penulis bernama Teuku Fajar Akbar, lahir pada tanggal 1 Oktober 1985 di Jakarta. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Drs.Teuku Darmawan dan Titien Sumarni. Pada saat tulisan ini dibuat kedua orang tua penulis sedang bertugas di luar negeri karena ayahanda penulis sedang mengemban tugas sebagai Konsul Jenderal RI di Hamburg, Republik Federal Jerman.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB), Bangkok, Thailand. Kemudian dilanjutkan pendidikan sekolah dasar di Sir William Osler Elementary School, Vancouver, Canada. Pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah umum pada tahun 2003 di Sekolah Indonesia Cairo (SIC), Cairo, Mesir. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif pada organisasi IPB English Debating Community (IDC) dan sering mewakili IPB dalam ajang lomba debat bahasa Inggris tingkat nasional yang kerap diadakan oleh universitas-universitas dari seluruh Indonesia. Diantara perlombaan debat bahasa Inggris yang penulis pernah ikuti adalah
Indonesian Varsities English Debate (IVED 2005) yang diselenggarakan oleh Universitas Bina Nusantara (UBINUS) dan Java Overland Varsities English Debate (JOVED 2005) yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran (UNPAD). Penulis juga pernah meraih penghargaan sebagai adjudicator with “very good” accreditation dalam ajang lomba debat bahasa Inggris JOVED 2005 yang bertempat di Bandung.
(9)
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
2.1. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 ... 9
2.1.1. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran, Minyak dan Lemak (Kode KBLI: 151) ... 9
2.1.2. Industri Susu dan Makanan dari Susu (Kode KBLI: 152) ... 10
2.1.3. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung, dan Pakan Ternak (Kode KBLI: 153)... 10
2.1.4. Industri Makanan Lainnya (Kode KBLI: 154) ... 10
2.1.5. Industri Minuman (Kode KBLI:155) ... 11
2.2. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia... 11
2.3. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Negara Maju ... 13
2.4. Tabel Input-Output... 15
2.4.1. Konsep dan Definisi... 18
2.4.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output... 21
2.4.3. Analisis Keterkaitan ... 25
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Depan... 25
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Belakang... 25
2.4.3.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan ... 25
2.4.3.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang... 26
2.4.4. Analisis Dampak Penyebaran ... . 26
(10)
2.4.4.2.Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) ... 26
2.4.5. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 27
2.4.5.1. Pengganda Output... 27
2.4.5.2. Pengganda Pendapatan... 27
2.4.5.3. Pengganda Tenaga Kerja... 28
2.4.5.4. Analisis Dampak Pengganda (Multiplier Effect) ... 28
2.5. Penelitian Terdahulu... 30
2.5.1. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Makanan dan Minuman ... 30
2.5.2. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman... 32
2.5.3. Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT)... 32
2.5.4. Koefisien Pengganda... 33
2.5.5. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral pada Penerimaan Rumah Tangga ... 34
2.6. Kerangka Pemikiran ... 35
III. METODE PENELITIAN... 39
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 39
3.2. Metode Analisis... 39
3.2.1. Koefisien Input ... 40
3.2.2. Analisis Keterkaitan ... 40
3.2.2.1. Keterkaitan Langsung ke Depan... 40
3.2.2.2.Keterkaitan Langsung ke Belakang ... 41
3.2.2.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan ... 41
3.2.2.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang ... 42
3.2.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 42
3.2.4. Analisis Dampak Penyebaran... 44
3.2.4.1. Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion) .... 44
3.2.4.2. Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) ... 45
IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG... 46
(11)
ANALISIS PERANAN INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG
OLEH
TEUKU FAJAR AKBAR H14103035
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(12)
TEUKU FAJAR AKBAR. Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang (dibimbing oleh DEWI ULFAHWARDANI).
Industri makanan dan minuman merupakan subsektor dari industri manufaktur (non migas) yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Sebagaimana dalam konteks nasional, keberadaan industri makanan dan minuman diduga juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Tangerang.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisa kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang, (2) Menganalisa keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Tangerang, (3) Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan minuman dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan efek pengganda (multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja, (4) Menganalisa dampak penyebaran antara industri makanan dan minuman dengan sektor lainnya serta penetapan prioritas sektor, dan (5) Menganalisa perkembangan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang dalam kurun periode 2000 hingga 2006 dilihat sisi realisasi investasi dan penyerapan tenaga kerja.
Penelitian ini menggunakan dua metode analisis utama yakni analisis Input-Output (I-O) dan analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu Tabel Input-Output (I-O) Kabupaten Tangerang tahun 2000 klasifikasi 40 sektor dan data investasi industri di Kabupaten Tangerang tahun 2000 hingga 2006 hasil
monitoring Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Kabupaten Tangerang. Khusus untuk keperluan analisis Input-Output, tabel I-O diagregasi menjadi 19 sektor. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan peranti lunak (software) GRIMP for Windows Versi 1.0.1 dan Microsoft Excel 2003.
Berdasarkan hasil analisis kontribusi, industri makanan dan minuman dalam perekonomian Kabupaten Tangerang dilihat dari kontribusi yang diberikannya terhadap permintaan akhir total dan pembentukan output total menduduki peringkat kedua, sedangkan terhadap pembentukan permintaan antara total menempati peringkat ketiga. Impor dan konsumsi masyarakat untuk subsektor industri ini adalah yang terbesar dibanding sektor lainnya. Dalam hal pembentukan nilai tambah bruto total berada pada peringkat kelima, sedangkan dalam hal ekspor ia berada pada peringkat keenam.
Dilihat dari hasil analisis keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke depan, industri makanan dan minuman menempati peringkat kedua. Untuk keterkaitan langsung dan langsung tidak langsung ke belakang, industri makanan dan minuman berada pada peringkat kelima. Hal tersebut didukung pula oleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa indutri makanan dan minuman menyerap output dari sektor pertanian terbesar dibanding sektor perekonomian lainnya. Dengan kata lain, industri makanan dan minuman merupakan sektor yang paling berpotensi dalam hal membangun dan mendayagunakan sektor pertanian dan sektor agroindustri di Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil analisis pengganda, industri makanan dan minuman memiliki pengganda output tipe I peringkat kelima dan pengganda output tipe II peringkat pertama.
(13)
Jika dilihat dari hasil analisis pengganda pendapatan, industri makanan dan minuman hanya menempati peringkat kedelapanbelas baik tipe I maupun tipe II. Peran industri makanan dan minuman dalam penciptaan lapangan pekerjaan baru di Kabupaten Tangerang tergolong cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari nilai pengganda tenaga kerja tipe I dan tipe II yang menduduki peringkat kedua.
Hasil analisis dampak penyebaran diperoleh industri makanan dan minuman memiliki kemampuan yang tinggi dalam hal mendukung pertumbuhan output sektor hulu dan hilirnya. Sedangkan dari hasil penetapan sektor prioritas, industri makanan dan minuman tergolong salah satu sektor prioritas (sektor unggulan).
Sesuai dengan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa industri makanan dan minuman dalam periode 2000 hingga 2006 mengalami pertumbuhan investasi dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja meski nilainya cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun. Industri makanan dan minuman skala investasi besar memiliki peranan terbesar dalam hal pembentukan barang modal (investasi) dan penyerapan tenaga kerja. Jenis industri makanan dan minuman skala investasi besar yang memiliki peranan terbesar (lebih dari 50 persen) dalam hal pertumbuhan penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman adalah industri penghasil kue kering (1.758 orang) dan industri penghasil coklat dan kembang gula (1.578 orang). Keduanya merupakan golongan dari industri makanan lainnya. Sedangkan untuk industri makanan dan minuman skala investasi kecil, penyerapan tenaga kerja terbesar juga dikontribusi oleh golongan industri makanan lainnya yakni: industri penghasil roti (113 orang), industri penghasil kue kering (74 orang) dan industri penghasil tempe (46 orang).
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka sudah semestinya pemerintah daerah (pemda) Kabupaten Tangerang mengembangkan industri makanan dan minuman sebagai salah satu sektor unggulan Kabupaten Tangerang. Hal ini karena peranannya yang besar dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang mengingat ia dapat diandalkan untuk mendorong peningkatan output wilayah dan penciptaan lapangan pekerjaan baru. Selain itu, upaya pemda Kabupaten Tangerang untuk memajukan sektor pertanian harus secara bersamaan mengembangkan industri makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan industri makanan dan minuman adalah sektor terbesar dalam hal penyerapan output pertanian dibanding sektor-sektor lainnya.
(14)
Oleh
TEUKU FAJAR AKBAR H14103035
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(15)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Teuku Fajar Akbar
Nomor Registrasi : H14103035 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Ir. Dewi Ulfah Wardani, M.Si NIP. 131 878 941
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:
(16)
Puji syukur dipanjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya, penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Peranan Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada Ir. Dewi Ulfah. Wardani, M.Si yang telah memberikan bimbingan baik pada waktu persiapan, pengambilan data mapun penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada instansi terkait dan pihak-pihak yang telah membantu penulis selama proses penelitian.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua dan saudara penulis atas kesabaran, doa dan dorongan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan berguna bagi pihak yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2007
Teuku Fajar Akbar
(17)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Teuku Fajar Akbar H14103035
(18)
Penulis bernama Teuku Fajar Akbar, lahir pada tanggal 1 Oktober 1985 di Jakarta. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Drs.Teuku Darmawan dan Titien Sumarni. Pada saat tulisan ini dibuat kedua orang tua penulis sedang bertugas di luar negeri karena ayahanda penulis sedang mengemban tugas sebagai Konsul Jenderal RI di Hamburg, Republik Federal Jerman.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB), Bangkok, Thailand. Kemudian dilanjutkan pendidikan sekolah dasar di Sir William Osler Elementary School, Vancouver, Canada. Pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 dan pendidikan menengah umum pada tahun 2003 di Sekolah Indonesia Cairo (SIC), Cairo, Mesir. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan pendidikan ke Fakultas Ekonomi dan Manajemen Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif pada organisasi IPB English Debating Community (IDC) dan sering mewakili IPB dalam ajang lomba debat bahasa Inggris tingkat nasional yang kerap diadakan oleh universitas-universitas dari seluruh Indonesia. Diantara perlombaan debat bahasa Inggris yang penulis pernah ikuti adalah
Indonesian Varsities English Debate (IVED 2005) yang diselenggarakan oleh Universitas Bina Nusantara (UBINUS) dan Java Overland Varsities English Debate (JOVED 2005) yang diselenggarakan oleh Universitas Padjajaran (UNPAD). Penulis juga pernah meraih penghargaan sebagai adjudicator with “very good” accreditation dalam ajang lomba debat bahasa Inggris JOVED 2005 yang bertempat di Bandung.
(19)
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
2.1. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005 ... 9
2.1.1. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran, Minyak dan Lemak (Kode KBLI: 151) ... 9
2.1.2. Industri Susu dan Makanan dari Susu (Kode KBLI: 152) ... 10
2.1.3. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung, dan Pakan Ternak (Kode KBLI: 153)... 10
2.1.4. Industri Makanan Lainnya (Kode KBLI: 154) ... 10
2.1.5. Industri Minuman (Kode KBLI:155) ... 11
2.2. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia... 11
2.3. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Negara Maju ... 13
2.4. Tabel Input-Output... 15
2.4.1. Konsep dan Definisi... 18
2.4.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output... 21
2.4.3. Analisis Keterkaitan ... 25
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Depan... 25
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Belakang... 25
2.4.3.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan ... 25
2.4.3.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang... 26
2.4.4. Analisis Dampak Penyebaran ... . 26
(20)
2.4.4.2.Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) ... 26
2.4.5. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 27
2.4.5.1. Pengganda Output... 27
2.4.5.2. Pengganda Pendapatan... 27
2.4.5.3. Pengganda Tenaga Kerja... 28
2.4.5.4. Analisis Dampak Pengganda (Multiplier Effect) ... 28
2.5. Penelitian Terdahulu... 30
2.5.1. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Makanan dan Minuman ... 30
2.5.2. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman... 32
2.5.3. Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (RT)... 32
2.5.4. Koefisien Pengganda... 33
2.5.5. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral pada Penerimaan Rumah Tangga ... 34
2.6. Kerangka Pemikiran ... 35
III. METODE PENELITIAN... 39
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 39
3.2. Metode Analisis... 39
3.2.1. Koefisien Input ... 40
3.2.2. Analisis Keterkaitan ... 40
3.2.2.1. Keterkaitan Langsung ke Depan... 40
3.2.2.2.Keterkaitan Langsung ke Belakang ... 41
3.2.2.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan ... 41
3.2.2.4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang ... 42
3.2.3. Analisis Pengganda (Multiplier) ... 42
3.2.4. Analisis Dampak Penyebaran... 44
3.2.4.1. Koefisien Penyebaran (coefficient on dispersion) .... 44
3.2.4.2. Kepekaan Penyebaran (sensitivity of dispersion) ... 45
IV. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN TANGERANG... 46
(21)
xii
4.1.1. PDRB Menurut Komponen Penggunaan ... 46
4.1.2. PDRB dari Sisi Sektoral ... 49
4.2. Kondisi Tenaga Kerja ... 51
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 54
5.1. Kontribusi Industri Makanan dan Minuman dalam Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000... 54
5.1.1. Struktur Permintaan ... 54
5.1.2. Ekspor dan Impor... 58
5.1.3. Struktur Nilai tambah Bruto... 61
5.1.4. Struktur Output ... 64
5.2. Analisis Keterkaitan... 65
5.2.1. Keterkaitan Ke Depan... 65
5.2.2. Keterkaitan ke Belakang ... 67
5.3. Analisis Pengganda (Multiplier)... 69
5.3.1. Pengganda Output ... 70
5.3.2. Pengganda Pendapatan... 71
5.3.3. Pengganda Tenaga Kerja ... 73
5.4. Dampak Penyebaran ... 74
5.4.1. Koefisien Penyebaran ... 74
5.4.2. Kepekaan Penyebaran ... 75
5.4.3. Analisis Penetapan Prioritas Sektor ... 77
5.5. Perkembangan Industri Makanan dan Minuman di Kabupaten Tangerang ... 79
5.5.1. Perkembangan (Δ) Investasi ... 80
5.5.2. Perkembangan (Δ) Penyerapan Tenaga Kerja ... 83
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
6.1. Kesimpulan... 87
6.2. Saran... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 90
(22)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output... 21
2.2. Tabel Input-Output ... 23 2.3. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor
Industri Manufaktur (dalam persentase) ... 31 2.4. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri
Manufaktur... 32 2.5. Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga untuk Industri
Manufaktur ... 33 2.6. Koefisien Pengganda SNSE Indonesia Tahun 1999
Sektor Industri ... 34 2.7. Dampak Peningkatan Pendapatan Sektoral terhadap Penerimaan
Rumah Tangga ... 35 3.1. Rumus Pengganda Output dan Pendapatan (Tipe I dan II)... 43 3.2. Rumus Pengganda Tenaga Kerja (Tipe I dan II) ... 44 4.1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Komponen
Penggunaan di Kabupaten Tangerang Tahun 2001 hingga 2005
(Juta Rupiah) ... 48 4.2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tangerang
Sektor Industri Manufaktur Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2002 hingga 2005 (Juta Rupiah) ... 49 4.3. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tangerang
Sektor Industri Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2002 hingga 2005 (Juta Rupiah dan Persen)... 50 4.4. Penyerapan Tenaga Kerja Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas
Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2005 ... 52 4.5. Jumlah Perusahaan berdasarkan Status Perusahaan
dan Tenaga Kerja pada Tahun 2005... 52 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor
Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000
(23)
xiv
5.2. Struktur Permintaan Sektor Industri
di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) ... 56 5.3. Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah,
Pembentukan Modal Tetap dan Perubahan Stok
Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) ... 57 5.4. Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kabupaten Tangerang
Tahun 2000 ... 59 5.5. Sepuluh Sektor Terbesar Pembentuk Nilai Ekspor
dan Nilai Impor di Kabupaten Tangerang
Tahun 2000 (Juta Rupiah)... 60 5.6. Kontribusi Nilai Tambah Bruto Kabupaten Tangerang 2000,
Klasifikasi 19 sektor (Juta Rupiah) ... 62 5.7. Lima Sektor Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Bruto,
Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ... 64 5.8. Sembilan Sektor Terbesar Pembentuk Output
Kabupaten Tangerang Tahun 2000 (Juta Rupiah) ... 65 5.9. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang
Sektor Perekonomian di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ... 66 5.10. Distribusi Output Sektor Pertanian terhadap
Sektor Industri di Kabupaten Tangerang
Tahun 2000 ... 68 5.11. Pengganda Output Sektor-Sektor Perekonomian
Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ... 71 5.12. Total Pengganda Pendapatan Sektor-Sektor
Perekonomian Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ... 72 5.13. Total Pengganda Tenaga Kerja Sektor-sektor Perekonomian
di Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ... 73 5.14. Koefisien dan Kepekaan Penyebaran
Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten
Tangerang Tahun 2000 ... 75 5.15. Kriteria Penentuan Peringkat Prioritas Sektor ... 77
(24)
5.16. Kriteria Indeks Prioritas Pengembangan Sektor Perekonomian
Kabupaten Tangerang Tahun 2000 ... 78 5.17. Perkembangan (Δ) Nilai Investasi Industri
Makanan dan Minuman Berdasarkan Skala Investasi
Perusahaan Tahun 2000 hingga 2006 (Juta Rupiah)... 81
5.18. Perkembangan (Δ) Penyerapan Tenaga Kerja Subsektor Industri Makanan dan Minuman berdasarkan Komoditi
(25)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1. LPE dan Angka Pengangguran Kabupaten Tangerang... 6
(26)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Klasifikasi Sektor-Sektor Perekonomian
Kabupaten Tangerang ... 92 2. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Klasifikasi 40 Sektor (Juta Rupiah) ... 94 3. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000
Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah) ... 104 4. Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 19 Sektor... 107 5. Matrik Leontif Terbuka Klasifikasi 19 Sektor ... 108
(27)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri makanan dan minuman yang dikenal juga dengan industri pangan merupakan subsektor dari industri manufaktur (non migas) yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Andil industri ini dalam memberikan lapangan kerja dapat dikatakan sangat besar. Mulai dari industri kecil dan rumah tangga, industri menengah, besar nasional sampai multinational company
memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menyerap tenaga kerja maupun pendapatan bagi pemerintah berupa pajak. Berdasarkan analogi di atas, dapat diketahui bahwa industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peranan penting karena memberikan kontribusi positif terhadap penyediaan lapangan pekerjaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional (Sibarani, 2004).
Selain berperanan dalam hal penyerapan tenaga kerja, industri makanan dan minuman juga sangat berperanan dalam hal pembentukan output dan nilai tambah sektor industri nasional. Pada tahun 2004, industri makanan dan minuman memberikan nilai produksi terbesar diantara subsektor industri (kategori besar dan sedang) lainnya yaitu sekitar 18,06 persen dari total nilai produksi industri besar dan sedang pada tahun 2004. Kontribusi tersebut meningkat pada tahun 2005 menjadi 19,69 persen. Dalam hal pembentukan nilai tambah industri makanan dan minuman juga merupakan yang terbesar dibandingkan subsektor industri kategori besar dan sedang lainnya yaitu sekitar Rp 50 triliun pada tahun 2004. Pada tahun 2005
(28)
kontribusi industri makanan dan minuman terhadap pembentukan nilai tambah tersebut meningkat menjadi sekitar Rp 56 triliun (Badan Pusat Statistik, 2005).
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menyadarkan pemerintah bahwa semakin penting untuk memberdayakan industri-industri yang mampu menyerap dan menggunakan bahan baku lokal yakni dikenal dengan agroindustri. Dengan melihat basis sumber daya alam (SDA) dan basis tingkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia, upaya dalam mengembangkan agroindustri nasional sudah tidak dapat dielakkan lagi karena secara bersamaan juga dapat mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan devisa.
Industri makanan dan minuman adalah salah satu subsektor industri berbasis agro yang dimaksud dan terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi, karena pada umumnya bahan pokok dalam pembuatan produk industri makanan dan minuman berasal dari sektor pertanian. Pada akhirnya, sektor pertanian juga ikut ditopang oleh kemandirian industri makanan dan minuman tersebut. Lebih dari itu, hasil bumi yang sudah mendapatkan nilai tambah diperdagangkan di pasar lokal maupun regional, sehingga tidak heran jika sektor perdagangan ikut menjadi tumbuh. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa nilai tambah yang diberikan juga tidak sedikit, baik kepada sektornya sendiri maupun kepada sektor hulu dan hilirnya. Dengan kata lain, tidak hanya sektor pertanian saja yang diuntungkan, tetapi juga sektor ekonomi lainnya, seperti perdagangan, jasa, transportasi dan sektor-sektor lainnya.
(29)
3
Usaha produksi makanan adalah sebuah usaha yang strategis bagi Indonesia. Ada dua alasan yang mendasarinya yaitu: Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar merupakan pasar potensial. Kedua, sebagian besar industri pangan di Indonesia memakai bahan baku hasil pertanian lokal yang bisa memacu pengembangan sektor agroindustri nasional. Dengan memiliki industri turunan yang banyak, industri makanan mampu mendayagunakan sektor ekonomi lainnya dari sektor hulu hingga sektor hilirnya (Atantya, 2003).
Industri makanan dan minuman banyak tersebar pada beberapa wilayah di berbagai penjuru tanah air, salah satunya di Kabupaten Tangerang. Kabupaten yang dikenal sebagai salah satu kantung industri Indonesia ini memiliki sejumlah perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman dengan berbagai ukuran menurut skala usahanya (kecil dan rumah tangga, sedang dan besar) serta tersebar di berbagai kecamatan. Sebagaimana dalam konteks nasional, keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang diduga juga memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Tangerang.
Dalam ruang lingkup perekonomian wilayah Kabupaten Tangerang, industri makanan dan minuman tentunya tidak lepas kaitannya dengan sektor lain yang ada di Kabupaten Tangerang, mulai dari proses produksi hingga proses distribusi hasil output. Dengan kata lain, sektor-sektor ekonomi yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap seluruh rangkaian produksi hingga pemasaran produk akhir seperti pertanian, perdagangan, jasa, transportasi dan sektor-sektor
(30)
ekonomi lainnya ikut diuntungkan melalui suatu mekanisme yang dikenal dengan mekanisme keterkaitan (linkage mechanism).
Terkait dengan sektor pertanian di Kabupaten Tangerang, diketahui bahwa masih banyak masyarakat di Kabupaten Tangerang yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tangerang, pada tahun 2005 terdapat 85.571 penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian yakni sebagai petani atau buruh tani. Angka tersebut tidaklah sedikit, dan untuk itu perlu ada suatu upaya agar potensi pertanian di Kabupaten Tangerang dapat didayagunakan seoptimal mungkin. Salah satunya adalah dengan meningkatkan nilai tambah (added value) dari komoditi pertanian melalui serangkaian proses pengolahan lebih lanjut yang dilakukan oleh sektor industri terutama industri-industri yang berbasis agro. Industri makanan dan minuman adalah salah satu industri berbasis agro yang berpotensi untuk melakukan hal tersebut.
Dengan berbagai pertimbangan yang telah dijabarkan di atas, dipandang penting untuk menganalisa beberapa hal terkait dengan keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang. Hal ini dapat ditunjukkan melalui kontribusi industri makanan dan minuman terhadap perekonomian wilayah, keterkaitannya dengan sektor lainnya, dampak pengganda (multiplier effect) yang ditimbulkannya, serta perkembangannya dari tahun ke tahun dilihat dari sisi investasi, penyerapan tenaga kerja dalam konteks perekonomian Kabupaten Tangerang.
(31)
5
1.2. Perumusan Masalah
Kontribusi dan peranan industri makanan dan minuman sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah terbukti handal. Industri ini merupakan salah satu yang memiliki nilai tinggi dalam output dan penyerapan jumlah tenaga kerja. Sejak bulan Maret 2002 hingga bulan Juli 2005, indeks produksi dari industri makanan dan minuman selalu di atas 100. Lebih dari itu, pada tahun 2005 andil industri makanan dan minuman dalam memberikan lapangan kerja dapat dikatakan besar, yakni berkisar 600 ribu orang (BPS, 2005).
Dalam konteks perekonomian Kabupaten Tangerang, berdasarkan Gambar 1.1 menunjukkan pada tahun 2005 nilai Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Tangerang berada pada posisi tertinggi sejak tahun 2002 yakni sebesar 7,4 persen. Namun demikian, angka pengangguran berada pada posisi tertinggi pula yakni sebesar 13,51 persen (Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang, 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Tangerang pada kurun periode ini tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para pencari pekerjaan (job seekers). Keberadaan industri makanan dan minuman Kabupaten Tangerang diharapkan dapat mengurangi proporsi angka pengangguran tersebut. Hal ini didasarkan pada konteks perekonomian nasional bahwa industri makanan dan minuman mampu menyerap tenaga kerja besar.
(32)
Sumber: Dinas Tenaga kerja Kabupetan Tangerang (2005) Keterangan:
Gambar 1.1. LPE dan Angka Pengangguran Kabupaten Tangerang
Selain itu, keberadaan industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang diharapkan juga dapat menjadi salah satu pemacu dalam memajukan dan mendayagunakan secara maksimal serta optimal potensi yang terdapat pada berbagai sektor perekonomian di Kabupaten mulai dari sektor hulu hingga sektor hilir karena pada dasarnya kemajuan pada suatu sektor ekonomi tertentu tidaklah bisa dipandang secara parsial. Dengan kata lain, peningkatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi pada satu sektor akan berimbas pada sektor-sektor lainnya. Demikian juga dengan pertumbuhan yang pesat pada industri makanan dan minuman akan mendorong sektor perekonomian lainnya. Salah satu sektor yang diduga akan memperoleh manfaat adalah sektor pertanian.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal yang akan diidentifikasi dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
16
5,01
9,06
10,69
13,51
4,56 4,44
6,4 7,4
0 2 4 6 8 10 12 14
2002 2003 2004 2005
Pengangguran LPE
(33)
7
1. Berapa besar kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimana keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Tangerang dilihat dari keterkaitan input maupun outputnya?
3. Berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan minuman (peningkatan pendapatan, peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi) ditinjau berdasarkan efek multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja?
4. Berapa besar dampak penyebaran industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang serta apakah industri makanan dan minuman tergolong sebagai sektor prioritas?
5. Bagaimana perkembangan industri makanan dan minuman dalam kurun tahun 2000 hingga 2006 dilihat dari sisi perkembangan investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penulisan dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisa kontribusi industri makanan dan minuman dalam perekonomian di Kabupaten Tangerang.
(34)
2. Menganalisa keterkaitan industri makanan dan minuman dengan sektor-sektor lainnya di Kabupaten Tangerang, baik yang menyediakan input maupun yang menggunakan output dari industri makanan dan minuman.
3. Menganalisa dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh industri makanan dan minuman dalam meningkatkan pendapatan, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan efek multiplier
terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja.
4. Menganalisa koefisien dan kepekaan penyebaran industri makanan dan minuman di Kabupaten Tangerang dengan sektor lainnya serta menentukan apakah industri makanan dan minuman tergolong sebagai sektor prioritas atau tidak.
5. Menganalisa perkembangan industri makanan dan minuman dalam kurun tahun 2000 hingga 2006 dilihat dari sisi perkembangan investasi dan perkembangan penyerapan tenaga kerja.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten Tangerang dalam usahanya memajukan seluruh sektor perekonomian di Kabupaten Tangerang pada umumnya, industri makanan dan minuman pada khususnya.
(35)
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Golongan Industri Makanan dan Minuman Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2005
Industri makanan dan minuman pada KBLI tahun 2005 diberi kode 15 (berdasarkan Kode KBLI dua digit). Industri ini dikelompokkan menjadi lima pokok golongan berdasarkan Kode KBLI tiga digit yakni; industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak, industri susu dan makanan dari susu, industri penggilingan padi-padian, tepung, dan pakan ternak, industri makanan lainnya serta industri minuman.
2.1.1. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging, Ikan, Buah-buahan, Sayuran, Minyak dan Lemak (Kode KBLI: 151)
Golongan ini mencakup usaha pemotongan hewan, pengolahan/pengawetan daging, ikan atau biota air dan buah-buahan atau sayuran serta pengolahan minyak makan dan lemak dari nabati atau hewani. Pengolahan dan pengawetan daging, ikan atau biota air dan buah-buahan atau sayuran dilakukan dengan cara pengalengan, pengasapan, pengeringan, pembekuan, pengasinan/pemanisan, pelumatan dan sebagainya. Pengolahan bahan-bahan dari lemak nabati maupun hewani menjadi minyak mentah (minyak makan), margarine, minyak goreng (dari minyak kelapa dan kelapa sawit), minyak goreng lainnya, minyak makan dan lemak lainnya.
2.1.2. Industri Susu dan Makanan dari Susu (Kode KBLI: 152)
Golongan ini mencakup usaha pembuatan susu bubuk, susu kental, susu cair, susu asam dan susu kelapa termasuk usaha pengawetannya. Selain itu, usaha yang juga termasuk dalam golongan industri susu dan makanan dari susu adalah usaha
(36)
pembuatan mentega, keju, makanan bayi, bubuk es krim dan es krim yang bahan utamanya dari susu.
2.1.3. Industri Penggilingan Padi-Padian, Tepung, dan Pakan Ternak (Kode KBLI: 153)
Golongan ini mencakup usaha penggilingan, pembersihan, pengupasan padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan termasuk pembuatan kopra; pembuatan tepung terigu dan berbagai macam tepung dari padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan, umbi-umbian dan sejenisnya serta industri pati ubi kayu, industri berbagai macam pati palma, dan industri pati lainnya. Industri pakan ternak, seperti ransum dan konsentrat pakan ternak juga termasuk dalam golongan ini.
2.1.4. Industri Makanan Lainnya (Kode KBLI: 154)
Golongan ini mencakup usaha pembuatan dan pengolahan makanan lainnya, seperti: pembuatan segala macam roti, kue kering dan sejenisnya, gula pasir, gula merah, gula lainnya, sirop, industri pengolahan gula lainnya selain sirop, pengolahan biji coklat, pembuatan bubuk coklat, makanan dari coklat dan kembang gula serta industri makaroni, mie, spagheti, bihun, so’un dan sejenisnya. Industri makanan lainnya yang belum tercakup dalam klasifikasi termasuk juga dalam golongan ini seperti; industri pengolahan teh dan kopi, es, kecap, tempe, makanan dari kedelai dan kacang-kacangan lainnya selain kecap dan tempe, kerupuk dan sejenisnya, bumbu masak dan penyedap masakan, kue-kue basah, serta industri makanan lainnya yang belum termasuk golongan manapun.
(37)
11
2.1.5. Industri Minuman (Kode KBLI: 155)
Golongan industri minuman terdiri dari dua sub kategori utama yakni industri minuman keras (minuman berakohol) dan industri minuman ringan (soft drink).
Industri pembuatan dan pengolahan minuman yang menggunakan bahan baku alkohol dilakukan dengan proses destilling, rectifying dan blending, seperti minuman keras jenis: whisky, brandy, rum dan pencampuran minuman keras. Industri pengolahan minuman secara fermentasi, industri pembuatan malt, serta minuman keras dari malt, seperti: bir, ale, porter, stout, temulawak dan legen termasuk juga dalam golongan industri minuman berakohol. Adapun usaha pembuatan minuman ringan (tidak mengandug alkohol) seperti; limun, air soda, krim soda, markisa, beras kecur, air tebu dan air minum dalam kemasan digolongkan pada industri minuman ringan (soft drink).
2.2. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia
Total industri pangan Indonesia, baik berskala besar, kecil dan menengah, maupun rumah tangga pada tahun 2004 mencapai jumlah 944.948 industri, meningkat dibanding tahun 2003 dengan jumlah 883.880 industri. Akan tetapi, jumlah tersebut masih dibawah tahun 2002, dimana jumlahnya mencapai 972.784 industri. Industri makanan berskala besar dan menengah sejumlah 4.419 industri, yang berskala kecil 78.449 industri dan rumah tangga sebanyak 862.080 industri. Namun kalau dilihat nilai output dan penyerapan tenaga kerjanya, maka yang besar dan menengah mencapai Rp.173,9 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 653.930 orang, sedangkan yang skala kecil dan rumah tangga masing-masing mencapai Rp 13,2 triliun dan Rp. 20,1 trilun serta penyerapan tenaga kerja masing-masing mencapai
(38)
635.036 orang dan 1.764.421 orang (Darmawan dalam Buletin Industri Pangan Indonesia-Edisi Kesebelas, 2006).
Omzet industri pangan baik skala besar, menengah, kecil dan rumah tangga selalu tumbuh dengan besaran 10-12 persen per tahun. Kalau pada tahun 2002 mencapai Rp 163,6 triliun, maka pada tahun 2003 telah meningkat menjadi Rp 207,3 triliun. Pada tahun 2004 total omzet industri pangan mencapai kira-kira Rp 800 triliun, dengan perincian 70 persen tidak diolah dan 30 persen diolah. Omzet industri pangan pada tahun 2005 sebanyak Rp 220 triliun sedangkan pada tahun 2006 menembus jumlah Rp 250 triliun (BPS, 2005). Angka peningkatan ini juga disumbangkan oleh banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia melalui kerjasama produksi dan pengambilalihan saham-saham industri pangan seperti yang terjadi pada awal krisis tahun 1998. Namun demikian, berbagai perusahaan multi nasional yang telah beroperasi bertahun-tahun di Indonesia telah mencapai kapasitas produksi maksimum sehingga dibutuhkan investasi baru seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan daya belinya.
Sebagaimana halnya dengan industri pangan skala besar dan sedang, industri kecil menengah (IKM) atau usaha kecil menengah (UKM) pangan nasional dari waktu ke waktu juga menunjukkan suatu sumbangsih yang cukup berarti bagi perekonomian Indonesia. Situasi IKM makanan di Indonesia, pada umumnya dikerjakan dan dikendalikan oleh SDM yang berpengetahuan minim di bidang pengolahan dan mutu makanan, sehingga tidak diherankan ada banyak berita mengenai keracunan makanan. Mengacu pada data BPS, banyaknya industri kecil
(39)
13
menengah pangan (IKM) yang ada di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2004 berjumlah 1.031.767 (80 persen dari industri yang ada di Indonesia).
IKM pangan yang tumbuh di masyarakat umumnya adalah sebagai antisipasi masalah krisis ekonomi dan pada umumnya pula skala usaha, sarana produksi dan manajemennya dirancang pada skala kecil dan tidak memenuhi standar manajemen pangan yang ada. Strategi usaha demikian memang paling tepat dan fleksibel untuk menghadapi situasi tak menentu (fluktuatif) sehingga pola usaha dapat dijalankan dalam pola yang fleksibel tanpa harus menanggung risiko keuangan yang besar. Selain itu, pada umumnya IKM pangan Indonesia memanfaatkan bahan baku lokal dalam pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu, tidak diherankan bahwa pada saat terjadi krisis ekonomi di Indonesia, IKM pangan mampu bertahan (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, 2006).
2.3. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Negara Maju
Kehidupan industri makanan dan minuman tiap tahunnya selalu mengalami perkembangan. Tidak hanya di tanah air saja, secara global industri makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam hal memajukan perekonomian suatu negara. Salah satunya dapat dilihat pada dua negara maju yang telah memiliki reputibilitas baik dalam hal keamanan pangan (food safety) yaitu Kanada dan Selandia Baru.
Industri makanan dan minuman di Kanada menghasilkan omzet per tahunnya sebesar US $ 32 miliar. Selain itu, lebih dari 700.000 orang bekerja di sektor tersebut pada tahun 2004. Pada tahun 2005, industri makanan dan minuman di Kanada mempekerjakan 213.000 tambahan orang dari tahun sebelumnya. Subsektor industri
(40)
makanan dan minuman juga memainkan peran sebagai pemberi kerja bagi orang-orang muda yang baru masuk ke dunia pekerjaan (Canadian Trade and Enterprise, www.cthrc.ca, 2006).
Di Selandia baru, sektor industri makanan dan minuman merupakan tulang punggung perekonomian dan pemberi kesejahteraan bagi masyarakatnya. Sebagai salah satu negara yang memiliki akreditasi keamanan pangan (food safety) terbaik di dunia, sektor industri makanan dan minuman merupakan subsektor industri manufaktur terbesar dilihat dari total output. Lebih dari itu, industri makanan dan minuman juga turut berkontribusi dalam membentuk neraca perdagangan yang positif dan ekspor yang nilainya selalu berlipat ganda tiap tahunnya semenjak tahun 1990 dengan tambahan US $ 14 miliar per tahun. Industri makanan dan minuman di Selandia Baru menyumbang lebih dari separuh nilai ekspor Selandia Baru per tahun. Negara ini menyadari bahwa sektor ini sangatlah krusial bagi perekonomiannya, dan senantiasa berinovasi seiring dengan perkembangan tren dunia dan menambah added value (nilai tambah) dari produk-produk industri makanan dan minumannya sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain dalam kancah perdagangan internasional (New Zealand Trade and Enterprise, www.nzte.govt.nz, 2006).
Adapun yang telah diidentifikasi sebagai mega trends dalam perindustrian makanan dan minuman global adalah sebagai berikut:
a. Makanan yang sehat : Kesehatan dan makanan dewasa ini tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Mayoritas konsumen sekarang ini lebih menginginkan makanan yang sehat dan bergizi dibandingkan makanan-makanan yang tidak baik bagi kesehatan.
(41)
15
b. Kepuasan: Konsumen sudah tidak lagi hanya memikirkan kandungan dari
makanan tetapi lebih menginginkan makanan yang bervariasi.
c. Demografik: Pertumbuhan masyarakat yang berpenghasilan tinggi di negara-negara barat dan kelas menengah di Asia.
d. Isu-isu Sosial dan Lingkungan: Teknis produksi industri yang tidak bersahabat dengan lingkungan dan masyarakat sekitar mempengaruhi sikap konsumen untuk tidak membeli hasil industri tersebut.
e. Keamanan Pangan (Food Safety/Food Security): Konsumen maupun produsen pangan semakin menghendaki produk yang terjamin keamanannya.
2.4. Tabel Input-Output
Tabel Input-Output (I-O) pada dasarnya hanyalah merupakan sistem penyajian data statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Namun demikian, tabel I-O tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat dalam suatu tabel input-output terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi. Dengan kata lain, tabel I-O bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai stok dan arus barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi.
Akan tetapi, dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang menjadikan tabel Input-Output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari
(42)
sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif (BPS, 2000).
Tabel Input-Output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily Leontif pada akhir dekade 1930-an. Berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Leontif, informasi yang dimuat dalam suatu tabel Input-Output pada hakikatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang menyebabkan tabel Input-Output populer juga disebut sebagai tabel transaksi antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari penyusunan suatu tabel Input-Output, yaitu untuk melakukan analisis saling ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian.
Konsep dasar yang dikembangkan oleh Leontif adalah:
1. Struktur perekonomian tersusun dari berbagai ”sektor” (industri) yang satu sama lain berinteraksi melalui transaksi jual beli.
2. Output suatu sektor dijual kepada sektor-sektor lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir.
3. Input suatu sektor dibeli dari sektor-sektor lainnya, dan rumah tangga (dalam bentuk jasa tenaga kerja), pemerintah (misalnya pembayaran pajak tidak langsung, penyusutan), surplus usaha serta impor.
4. Hubungan input dengan output bersyarat linier.
5. Dalam suatu kurun waktu analisis (biasanya 1 tahun) total input sama dengan total output.
(43)
17
6. Suatu sektor terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dan output tersebut diproduksikan oleh satu teknologi (Richardson, 1972; Miernyk, 1965; Isard; 1975 dalam Budiharsono, 2001)
Berbagai asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam penggunaan model I-O adalah:
1. Homogenitas. Asumsi ini menyatakan bahwa suatu sektor hanya
menghasilkan barang melalui satu cara dengan satu susunan input.
2. Proporsionalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa perubahan suatu tingkat output selalu didahului oleh perubahan penggunaan input yang seimbang. 3. Additivitas. Asumsi ini menyatakan bahwa akibat total dari pelaksanaan
produksi di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.
Keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan model I-O dalam perencanaan pengembangan wilayah yaitu:
1. Model I-O dapat memberikan deskripsi yang detail mengenai perekonomian nasional ataupun perekonomian regional dengan mengkuantifikasikan ketergantungan antar sektor dan asal (sumber) dari ekspor dan impor.
2. Untuk suatu set permintaan akhir dapat ditentukan besarnya output dari setiap sektor, dan kebutuhannya akan faktor produksi dan sumber daya.
3. Dampak perubahan permintaan terhadap perekonomian baik yang disebabkan oleh swasta maupun pemerintah dapat ditelusuri dan diramalkan secara terperinci.
(44)
4. Perubahan-perubahan teknologi dan harga relatif dapat diintegrasikan ke dalam model melalui perubahan koefisien teknik.
Sedangkan kelemahan model I-O ini antara lain: (a) asumsi-asumsi yang agak restriktif, (b) biaya pengumpulan data yang besar dan (c) hambatan-hambatan dalam mengembangkan model dinamik.
Hambatan terbesar yang dihadapi oleh lembaga-lembaga perencanaan, teutama di daerah, dalam menggunakan analisis I-O antara lain adalah: (1) biaya yang relatif besar dalam pengumpulan data; (2) data pokok yang belum memadai dan (3) keterbatasan kemampuan teknis. Akan tetapi kalau kendala-kendala tersebut dapat diatasi maka model I-O ini merupakan model yang canggih untuk merencakan pembangunan ekonomi suatu wilayah secara terintegrasi. Walaupun model Input-Output mengandung berbagai kelemahan seperti yang telah diuraikan, namun model Input-Output masih tetap merupakan alat analisis yang handal dan bermanfaat, terutama karena kemampuannya untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif (Budiharsono, 2001).
2.4.1. Konsep dan Definisi
Untuk lebih mempermudah pemahaman dalam membaca tabel I-O, berikut ini diuraikan beberapa pengertian yang berkaitan dengan pengertian-pengertian pokok yang sering digunakan (BPS, 2000).
a. Output
Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah
(45)
19
(negara, propinsi dan sebagainya) dalam suatu periode waktu tertentu (umumnya satu tahun), tanpa memperhatikan asal-usul pelaku produksinya.
b. Input Antara
Input antara mencakup penggunaan berbagai barang dan jasa oleh suatu sektor dalam kegiatan produksi. Barang dan jasa tersebut berasal dari produksi sektor-sektor lain dan juga produksi sendiri. Barang-barang yang digunakan sebagai input antara biasanya habis sekali pakai, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan bakar dan sejenisnya.
c. Input Primer
Input primer atau lebih dikenal dengan nilai tambah merupakan balas jasa yang diberikan kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi. Balas jasa tersebut mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung.
d. Permintaan Antara
Permintaan antara merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Dengan kata lain, permintaan antara menunjukkan jumlah penawaran output dari suatu sektor ke sektor lain yang digunakan dalam proses produksi.
e. Permintaan Akhir dan Impor
Permintaan akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Sesuai dengan pengertian ini maka permintaan akhir tidak mencakup barang dan jasa yang digunakan untuk kegiatan produksi. Permintaan akhir
(46)
terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor.
(i) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dan badan-badan yang tidak mencari untung dikurangi nilai netto penjualan barang bekas dan barang sisa. Akan tetapi, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dimasukkan sebagai pembentukan modal tetap sektor usaha persewaan bangunan dan tanah (real estate).
(ii) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk konsumsi kecuali yang sifatnya pembentukan modal, termasuk pengeluaran untuk kepentingan angkatan bersenjata.
(iii) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Pembentukan modal tetap bruto mencakup semua pengeluaran untuk pengadaan barang modal baik dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta. Barang modal dapat terdiri dari bangunan/konstruksi, mesin dan peralatan, kendaraan dan angkutan serta barang modal lainnya.
(iv) Perubahan stok
Perubahan stok sebenarnya juga merupakan pembentukan modal (tidak tetap) yang diperoleh dari selisih antara stok akhir dan stok awal periode penghitungan. Stok biasanya dipegang oleh produsen merupakan hasil produksi yang belum sempat dijual dan oleh konsumen sebagai bahan-bahan (inventory) yang belum sempat digunakan.
(47)
21
(v) Ekspor dan Impor
Ekspor dan impor merupakan kegiatan atau transaksi barang dan jasa antara penduduk di suatu daerah dengan penduduk di luar daerah tersebut, baik penduduk kota lain maupun luar negeri. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi dan berbagai jasa lainnya. 2.4.2. Kerangka Dasar Tabel Input-Output
Tabel Input-Output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris tabel Input-Output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya.
Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kerangka Penyajian Tabel Input-Output
Kuadran I (n x n)
Kuadran II (n x m) Kuadran III
(p x n)
Kuadran IV (p x m) Sumber: Badan Pusat Stratistik Jakarta (2000)
Keterangan: Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom
Kuadran I, sering disebut juga sebagai input atau permintaan antara yang berisi informasi tentang transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam kegiatan
(48)
produksi. Dengan kata lain, kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam melakukan kegiatan produksi.
Kuadran II mencakup dua jenis transaksi, yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan jasa selain yang digunakan dalam kegiatan proses produksi. Permintaan akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponen-komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok dan ekspor.
Sementara itu, informasi pada kuadran III adalah tentang input primer atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai kuadran Nilai Tambah Bruto atau input primer. Input primer adalah input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto.
Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Meskipun demikian, dalam penyusunan Tabel Input-Output Indonesia, kuadran ini diabaikan oleh karena bukan merupakan tabel pokok dan beberapa alasan lainnya.
Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel Input-Output pada sistem perekonomian yang terdiri dari n sektor produksi, yaitu sektor 1, 2, ..., n. Ilustrasi tabel I-O dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:
(49)
23
Tabel 2.2. Tabel Input-Output
Sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta (2003)
Tabel di atas menunjukkan bahwa susunan angka-angka dalam bentuk matriks memperlihatkan suatu jalinan yang kait mengait di antara beberapa sektor. Dalam tabel I-O ada suatu patokan yang amat penting, yaitu jumlah output suatu sektor harus sama dengan jumlah inputnya. Dari Tabel 2.2 akan diperoleh beberapa hubungan persamaan sebagai berikut:
Kalau dibaca menurut baris
X11+ X12+ ... + X1n+ F1 = X1
X21+ X22+ ... + X2n + F2= X2
: : : : Xn1 + Xn2+ ... + Xnn+ Fn = Xn
Permintaan Antara Sektor Produksi
1 2 ... n
Permintaan akhir Jumlah output 1 2 . . . n . . . . . . ... ... . . . ... . . . . . . . . .
Jumlah Input Primer ... Jumlah Input ...
Alokasi Output Susunan input Inpu t An tara Sek tor Pro duk si 11 X 21 X 12 X 22 X n X1 n X2 1 F 2 F 1
X X2
1
n
X Xn2
1
V V2 Vn n X 1 X 2 X nn
(50)
Secara umum persamaan di atas dapat dirumuskan kembali menjadi:
∑Xij + Fi = Xi ; untuk i = 1, 2, ..., n. (2.1) Dimana:
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j Fi = permintaan akhir terhadap sektor i
Xi = jumlah output sektor i
Pembacaan angka-angka pada tabel 2.2 menurut kolom menunjukkan penggunaan input yang disediakan oleh sektor lain untuk aktivitas produksi. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut:
X11 + X21 + ... + Xn1 + V1 = X1
X12+ X22 + ... + Xn2 + V2 = X2 : : : : : X1n+ X2n + ... + Xnn + Vn= Xn
Persamaan di atas dalam bentuk persamaan umum dapat dirumuskan kembali menjadi:
∑ Xij+Vj = Xj ; untuk j = 1, 2, ..., n. (2.2) Dimana:
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j Vj = input primer dari sektor j = (Lj + Mj + Gj) Lj = upah dan gaji rumah tangga
Mj = impor
(51)
25
Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal dari output domestik (Xi) dan impor untuk produk sejenis (Mi). Sedangkan permintaannya terdiri dari permintaan antara (Xij) dan permintaan akhir (Fi). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut dari input antara (Xij) dan input primer (Vi). 2.4.3. Analisis Keterkaitan
2.4.3.1. Keterkaitan Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
2.4.3.2. Keterkaitan Langsung ke Belakang
Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.
2.4.3.3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan merupakan alat untuk mengukur akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan output bagi sektor tersebut baik secara langsung maupun tak langsung per unit kenaikan permintaan total.
(1)
Lanjutan Lampiran 2.
Sektor 304
305
309
1 3.727 103 818.806
2 4.868 18.729 113.721
3 4.057 10.180 606.262
4 3.731 29.959 183.061
5 51 7.060 13.124
6 25.740
406.635
2.866.933
7 371.153
7.093.844
18.254.710
8 0 0 1.804.733
9 0 0 516.748
10
0 532.508
1.930.083
11 0 226.515
821.005
12 0 122.511
1.391.245
13 0 1.767 2.154
14 0 142.288
1.434.851
15 0 2.351 44.779
16 0 5.831
341.078
17 0 123 102.205
18 0 2.152
438.096
19 0 213 432.516
190 413.328 8.602.769 32.116.111
200 0
0 4.796.829
201 0
0 4.752.867
202 0
0 8.274.016
203 0
0 1.159.506
204 0
0 467.055
205 0
0
0
209 413.328 8.602.769 51.566.383
210 0
0 1.062.311
(2)
104
`Lampiran 3. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Tahun 2000 Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah)
Sektor
1 2 3 4 5 6
7
8 9 10 11 12
1
33.044 0
3.660 0 0
218.228 246 204 0 961
17
26.188
2 164
183
92 0 0
37.439 24.548
0 0 11 0
8.696
3
4.189
60
13.984 0 0
207.735 26.611
0 0 16 0
29.272
4
0 0
123
735 0
43.904 1.105
0 0 25 0
30.058
5
0 0 0 0
23
7 1.330
4.645 7
0 0
0
6
0 0
74.950
3.093 0
224.291 20.749
0 0
296.684
141.354
224.418
7 121.597 5.698
11.425 8.047 518 88.576 6.210.878 320.879
195.592 82.174 3.605 29.763
8 4.039 329 6.933 429 13 14.429 393.222 58.933 2.957
230.404
86.099 21.889
9
643 1.496 1.546 725 116
7.267
41.991 28.067 2.527
2.139 1.787
6.006
10
17.158 593
11.314 1.256 47 73.226 532.434 31.092
14.934 44.778
17.272 40.642
11 7.299 252 4.812 535 20 31.148 226.484 13.226 6.353 19.047 7.346 17.288
12 973 61 162 762 25 2.591 34.086 3.297
1.006
172.965
107.967 2.014
13
0 0 0 0 0
7
47
4 1
5 2
1
14 6.007 1.595 3.796 450 171 34.700 245.218 15.419 7.352 69.181
28.402 17.948
15
56 18 361 46
2
811 11.240 1.301 266 1.274 435 1.060
16 1.311 132 929
1.095 354 16.733 62.299 71.917
5.543 44.340 368 6.936
17
0 0 0 0 0 19 5.481
3.285
546 448
374 172
18
490 4.396 2.115 337 90 14.598
43.350 11.266 382 10.944 9.740
622
19
0 0 0 0 0 11
35 182
73 116 0
1.000
190 196.971 14.812 136.202 17.509
1.379 1.015.720
7.881.353
563.717 237.540
975.514 404.768
463.973
200 130.545 7.367
36.489 6.684 1.946
1.050.958 2.482.912 472.458
40.729 176.483
21.983 86.535
201 100.015 17.012 80.972 34.276 1.675 236.778 2.830.889 189.365 88.557 227.477 99.221 204.375
202 382.819 69.947 336.841 113.168
7.619
414.005
4.362.354
400.513 122.719
460.450 235.294
498.189
203
5.870 2.496 12.751 5.368
487
54.787
514.097 177.846 15.875
39.855 30.022
86.082
204 2.586 2.087 3.007 6.056
19 94.686 183.106
833
11.328 50.305
29.718 52.091
205 0 0 0 0 0
0
0
0 0
0 0
0
209 818.806 113.721 606.262 183.061 13.124 2.866.933 18.254.710 1.804.733 516.748 1.930.083 821.005 1.391.245
210 41.189 7.006 33.348 13.541 4.620
23.641
281.875
2.772 51.140 113.578 49.536 102.032
(3)
105
Lanjutan Lampiran 3. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Transaksi Domestik Atas Dasar Harga
Produsen Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah)
.
Sektor
13 14 15 16 17 18 19 180 301 302 303
1 26
0 0 0 0 0 0
282.573
532.403 0
0
2 3
0 0 0 0
50 0 71.186
18.939 0
0
3 28
0 0 0 0 0 0
281.895
280.108 0
30.022
4 40
0 0 0 0 0 0 75.989
73.381 0
0
5 0
0 0 0 0 1 0 6.013
0 0
0
6
217
203
4 179 4.152
29 1.148 991.471
1.443.087
0
0
7
90 125.813 1.638 5.342 7.729
82.355
36.208 7.337.927
2.029.237
47.477
1.375.072
8
77
4.147 821 9.488 2.320
14.346
16.056 866.931 937.802
0
0
9
42 10.069 1.446 1.489 2.623 1.965
16.411 128.356
0
0 388.392
10
43 13.552 188 594 1.342 9.427 4.560 814.452 445.188
0 137.935
11 18 5.765 80 252 571
4.010
1.939 346.444
189.372
0 58.674
12
11 13.566
83 6.779 1.694 139
21.808 369.988 898.746
0
0
13 0 17 2 5 1 1
23 116 271 0
0
14
23 29.768 244 4.136 3.092 4.138
16.825 488.463 767.646
0 36.453
15 18 1.215
1.223 521 308 292
8.013 28.459 13.927
0
42
16
29 11.332 1.607
11.200 3.271 9.899 9.819 259.113 76.135
0
0
17 26 6.859 310 997
2.796 670 355 22.340 49.940
29.802
0
18
9
191.192 183 190 566
1.416 77 291.963
140.518
0 3.462
19 5 292 35 94
104 0
210 2.157
59.321
370.799
26
190
705
413.790
7.864 41.265 30.568 128.738 133.452 12.665.837 7.956.021 448.078 2.030.078
200
167 180.721 5.090 22.196 3.252 22.110 48.205 4.796.829
0
0
0
201
290 213.732 10.435 93.750 16.729 74.855
232.465 4.752.867
0
0
0
202
742 460.874 11.254
154.093 45.193
193.796 4.146 8.274.016
0
0
0
203
179 148.301 9.656 18.661 6.234 17.092 13.846 1.159.506
0
0
0
204 71 17.433 480
11.113 229
1.506 402 467.055
0
0
0
205 0
0 0 0 0 0 0
0
0 0
0
209 2.154 1.434.851 44.779 341.078 102.205 438.096 432.516 32.116.110 7.956.021 448.078 2.030.078
(4)
106
Lanjutan Lampiran 3. Tabel Input-Output Kabupaten Tangerang Transaksi Domestik Atas Dasar Harga
Produsen Klasifikasi 19 Sektor (Juta Rupiah)
.
Sektor 304
305
309
1 3.727 103 818.806
2 4.868
18.729 113.721
3 4.057
10.180 606.262
4 3.731
29.959 183.061
5 51 7.060 13.124
6 25.740
406.635
2.866.933
7 371.153
7.093.844
18.254.710
8 0 0 1.804.733
9 0 0 516.748
10
0 532.508
1.930.083
11 0
226.515
821.005
12 0
122.511
1.391.245
13 0 1.767 2.154
14 0
142.288
1.434.851
15 0 2.351 44.779
16 0 5.831
341.078
17 0 123 102.205
18 0 2.152
438.096
19 0 213 432.516
190 413.328
8.602.769
32.116.111
200 0
0 4.796.829
201 0
0 4.752.867
202 0
0 8.274.016
203 0
0 1.159.506
204 0
0 467.055
205 0
0
0
209 413.328
8.602.769
51.566.383
(5)
107
Lampiran 4. Matrik Koefisien Teknis Klasifikasi 19 Sektor
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
1 0,040 0,000 0,006 0,000 0,000 0,076 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,019 0,012 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,009
2 0,000 0,002 0,000 0,000 0,000 0,013 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,006 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002
3 0,005 0,001 0,023 0,000 0,000 0,072 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,021 0,013 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,009
4 0,000 0,000 0,000 0,004 0,000 0,015 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,022 0,019 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002
5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 0,000 0,000 0,003 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
6 0,000 0,000 0,124 0,017 0,000 0,078 0,001 0,000 0,000 0,154 0,172 0,161 0,101 0,000 0,000 0,001 0,041 0,000 0,003 0,031
7 0,149 0,050 0,019 0,044 0,039 0,031 0,340 0,178 0,379 0,043 0,004 0,021 0,042 0,088 0,037 0,016 0,076 0,188 0,084 0,228
8 0,005 0,003 0,011 0,002 0,001 0,005 0,022 0,033 0,006 0,119 0,105 0,016 0,036 0,003 0,018 0,028 0,023 0,033 0,037 0,027
9 0,001 0,013 0,003 0,004 0,009 0,003 0,002 0,016 0,005 0,001 0,002 0,004 0,020 0,007 0,032 0,004 0,026 0,004 0,038 0,004
10 0,021 0,005 0,019 0,007 0,004 0,026 0,029 0,017 0,029 0,023 0,021 0,029 0,020 0,009 0,004 0,002 0,013 0,022 0,011 0,025
11 0,009 0,002 0,008 0,003 0,002 0,011 0,012 0,007 0,012 0,010 0,009 0,012 0,008 0,004 0,002 0,001 0,006 0,009 0,004 0,011
12 0,001 0,001 0,000 0,004 0,002 0,001 0,002 0,002 0,002 0,090 0,132 0,001 0,005 0,009 0,002 0,020 0,017 0,000 0,050 0,012
13 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
14 0,007 0,014 0,006 0,002 0,013 0,012 0,013 0,009 0,014 0,036 0,035 0,013 0,011 0,021 0,005 0,012 0,030 0,009 0,039 0,015
15 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,008 0,001 0,027 0,002 0,003 0,001 0,019 0,001
16 0,002 0,001 0,002 0,006 0,027 0,006 0,003 0,040 0,011 0,023 0,000 0,005 0,014 0,008 0,036 0,033 0,032 0,023 0,023 0,008
17 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002 0,001 0,000 0,000 0,000 0,012 0,005 0,007 0,003 0,027 0,002 0,001 0,001
18 0,001 0,039 0,003 0,002 0,007 0,005 0,002 0,006 0,001 0,006 0,012 0,000 0,004 0,133 0,004 0,001 0,006 0,003 0,000 0,009
19 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,002 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000
Total 0,241 0,130 0,225 0,096 0,105 0,354 0,432 0,312 0,460 0,505 0,493 0,333 0,327 0,288 0,176 0,121 0,299 0,294 0,309 0,394
200 0,159 0,065 0,060 0,037 0,148 0,367 0,136 0,262 0,079 0,091 0,027 0,062 0,078 0,126 0,114 0,065 0,032 0,050 0,111 0,149
201 0,122 0,150 0,134 0,187 0,128 0,083 0,155 0,105 0,171 0,118 0,121 0,147 0,135 0,149 0,233 0,275 0,164 0,171 0,537 0,148
202 0,468 0,615 0,556 0,618 0,581 0,144 0,239 0,222 0,237 0,239 0,287 0,358 0,344 0,321 0,251 0,452 0,442 0,442 0,010 0,258
203 0,007 0,022 0,021 0,029 0,037 0,019 0,028 0,099 0,031 0,021 0,037 0,062 0,083 0,103 0,216 0,055 0,061 0,039 0,032 0,036
204 0,003 0,018 0,005 0,033 0,001 0,033 0,010 0,000 0,022 0,026 0,036 0,037 0,033 0,012 0,011 0,033 0,002 0,003 0,001 0,015
205 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
209 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
(6)
108
Lampiran 5. Matrik Leontif Terbuka Klasifikasi 19 Sektor
Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Total
1 1,043 0,000 0,018 0,002 0,000 0,088 0,002 0,001 0,001 0,018 0,021 0,035 0,023 0,001 0,000 0,001 0,005 0,001 0,003 1,264
2 0,001 1,002 0,002 0,000 0,000 0,015 0,002 0,001 0,001 0,003 0,004 0,009 0,003 0,000 0,000 0,000 0,001 0,001 0,001 1,047
3 0,007 0,001 1,035 0,002 0,000 0,083 0,004 0,001 0,002 0,017 0,020 0,036 0,023 0,001 0,001 0,001 0,005 0,001 0,003 1,243
4 0,000 0,000 0,003 1,005 0,000 0,017 0,001 0,000 0,001 0,005 0,006 0,025 0,021 0,000 0,000 0,001 0,001 0,000 0,001 1,088
5 0,000 0,000 0,000 0,000 1,002 0,000 0,000 0,003 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1,007
6 0,010 0,003 0,146 0,022 0,003 1,107 0,016 0,009 0,015 0,196 0,223 0,192 0,123 0,008 0,004 0,006 0,056 0,010 0,019 2,169
7 0,246 0,102 0,054 0,075 0,073 0,091 1,541 0,302 0,597 0,136 0,079 0,071 0,112 0,189 0,090 0,041 0,159 0,310 0,179 4,448
8 0,017 0,009 0,019 0,007 0,005 0,016 0,044 1,048 0,029 0,138 0,122 0,027 0,048 0,016 0,025 0,032 0,034 0,048 0,049 1,731
9 0,002 0,014 0,004 0,004 0,009 0,004 0,005 0,018 1,007 0,005 0,006 0,006 0,022 0,009 0,035 0,006 0,028 0,006 0,041 1,232
10 0,031 0,010 0,027 0,011 0,007 0,037 0,049 0,029 0,050 1,040 0,038 0,040 0,031 0,020 0,009 0,005 0,023 0,034 0,021 1,513
11 0,013 0,004 0,011 0,005 0,003 0,016 0,021 0,012 0,021 0,017 1,016 0,017 0,013 0,009 0,004 0,002 0,010 0,014 0,009 1,218
12 0,007 0,003 0,005 0,006 0,004 0,007 0,011 0,008 0,011 0,098 0,139 1,008 0,011 0,013 0,005 0,022 0,022 0,007 0,055 1,440
13 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 1,000
14 0,013 0,017 0,011 0,005 0,015 0,019 0,025 0,016 0,026 0,046 0,045 0,020 0,018 1,027 0,009 0,015 0,038 0,017 0,046 1,428
15 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,009 0,001 1,028 0,002 0,004 0,001 0,019 1,073
16 0,004 0,003 0,005 0,007 0,029 0,009 0,009 0,046 0,016 0,034 0,010 0,009 0,019 0,014 0,041 1,036 0,038 0,028 0,029 1,387
17 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,002 0,002 0,001 0,001 0,000 0,013 0,005 0,008 0,003 1,029 0,002 0,002 1,069
18 0,004 0,042 0,007 0,003 0,009 0,010 0,008 0,010 0,007 0,015 0,021 0,005 0,008 0,138 0,006 0,003 0,012 1,007 0,008 1,321
19 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,001 0,002 0,000 0,001 0,000 0,001 0,000 1,001 1,007