Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Makanan dan Minuman Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman

2.5. Penelitian Terdahulu

Selama ini belum ada penelitian yang mengukur peranan dan keterkaitan industri makananan dan minuman baik dalam konteks nasional maupun wilayah dengan menggunakan analisis Input-Output. Meskipun demikian, telah ada penelitian yang berhubungan berupa analisis terhadap Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE tahun 1999 yang dilakukan oleh Priyarsono, Daryanto dan Herliana dalam Agro- Ekonomika No.1 Tahun XXXV April, 2005. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk melihat apakah sektor pertanian dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi nasional atau tidak. Teknis penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi seluruh sektor perekonomian dilihat dari beberapa sudut, yaitu: 1 Kontribusi terhadap nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja, 2 Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor, 3 Struktur pengeluaran konsumsi rumah tangga, 4 Koefisien Pengganda, dan 5 Dampak peningkatan pendapatan sektoral pada penerimaan rumah tangga. Penelitian ini tidak secara khusus melihat peranan industri makanan dan minuman melainkan keseluruhan sektor perekonomian yang ada di Indonesia. Guna melihat secara spesifik peran industri makanan dan minuman secara relatif terhadap subsektor- subsektor industri non migas manufaktur lainnya maka disajikan beberapa potongan penelitian dari SNSE tahun 1999 sebagai berikut:

2.5.1. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Industri Makanan dan Minuman

Derajat kecenderungan ekspor menggambarkan perbandingan antara ekspor dari suatu sektor ekonomi dengan nilai produksi total dari sektor tersebut. Notasi untuk ukuran ini adalah EiYi. Ei adalah nilai ekspor, Yi adalah nilai total produksi, sedangkan subskrip i menyatakan sektor. Dengan demikian semakin tinggi derajat kecenderungan ekspor suatu sektor mengindikasikan bahwa semakin besar bagian produksi sektor tersebut yang diekspor. Analog dengan definisi tersebut adalah derajat ketergantungan impor MiYi, kontribusi ekspor EiE, dan kontribusi impor MiM. Tabel 2.3. Derajat Kecenderungan Ekspor dan Impor Sektor Industri Manufaktur dalam persentase Subsektor EiYi MiYi EiE MiM Ind.MakananMinuman 13,0 2,4 17,9 8,7 Ind. Pemintalan, Tekstil Kulit 18,8 21,7 5,2 15,6 Ind. Kimia, Pupuk, Barang dari Logam dan Semen 27,2 12,5 18,3 22,0 Ind. Lainnya 26,3 14,8 11,6 17,2 Sumber: SNSE Indonesia 1999 dalam Priyarsono, Daryanto dan Herliana 2005 Keterangan: EiYi = derajat kecenderungan ekspor sektor i, MiYi = derajat ketergantungan impor sektor i, EiE = kontribusi ekspor sektor i, MiM = kontribusi impor sektor i Secara umum derajat kecenderungan ekspor subsektor-subsektor dalam sektor industri manufaktur bernilai tinggi lihat Tabel 2.3. Artinya, ada sebagian produk sektor ini dikonsumsi di luar negeri. Namun dapat dilihat, untuk industri makanan dan minuman meski memiliki derajat kecenderungan ekspor yang terkecil dibandingkan subsektor industri lainnya EiYi = 13,0 persen, derajat ketergantungan impor subsektor tersebut merupakan yang terkecil di antara subsektor industri yang lain MiYi = 2,4 persen. Hal ini menandakan bahwa industri makanan dan minuman di Indonesia sudah mampu mencukupi sebagian besar kebutuhan pangan nasional tanpa terlalu harus mengandalkan impor dari negara lain.

2.5.2. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman

Dapat dilihat pada Tabel 2.4, berdasarkan kontribusi nilai tambah, industri makanan dan minuman memberikan sumbangan terbesar diantara subsektor industri manufaktur lainnya 10,9 persen, sedangkan dalam hal penyerapan tenaga kerja industri makanan dan minuman berada pada urutan kedua setelah industri kimia, pupuk, barang dari logam dan semen 3,6 persen. Tabel 2.4. Distribusi Nilai Tambah dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Manufaktur Subsektor Nilai Tambah Rp Miliar Persentase per Sektor Persentase Total TK Industri Makanan Minuman 120 363.22 45,5 10,9 3,6 Industri Pemintalan, Tekstil Kulit 24 411.34 9,2 2,2 2,3 Industri Kimia, Pupuk, Barang dari Logam Semen 79 618.90 30,1 7,2 4,4 Industri Lainnya 40 393.10 15,3 3,6 2,8 Total Industri Manufaktur 264.786.56 100,0 23,9 13,0 Sumber: SNSE Indonesia 1999 dalam Priyarsono, Daryanto, dan Herliana 2005

2.5.3. Struktur Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga RT