2.1.5. Industri Minuman Kode KBLI: 155
Golongan industri minuman terdiri dari dua sub kategori utama yakni industri minuman keras minuman berakohol dan industri minuman ringan soft drink.
Industri pembuatan dan pengolahan minuman yang menggunakan bahan baku alkohol dilakukan dengan proses destilling, rectifying dan blending, seperti minuman
keras jenis: whisky, brandy, rum dan pencampuran minuman keras. Industri pengolahan minuman secara fermentasi, industri pembuatan malt, serta minuman
keras dari malt, seperti: bir, ale, porter, stout, temulawak dan legen termasuk juga dalam golongan industri minuman berakohol. Adapun usaha pembuatan minuman
ringan tidak mengandug alkohol seperti; limun, air soda, krim soda, markisa, beras kecur, air tebu dan air minum dalam kemasan digolongkan pada industri minuman
ringan soft drink.
2.2. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Indonesia
Total industri pangan Indonesia, baik berskala besar, kecil dan menengah, maupun rumah tangga pada tahun 2004 mencapai jumlah 944.948 industri, meningkat
dibanding tahun 2003 dengan jumlah 883.880 industri. Akan tetapi, jumlah tersebut masih dibawah tahun 2002, dimana jumlahnya mencapai 972.784 industri. Industri
makanan berskala besar dan menengah sejumlah 4.419 industri, yang berskala kecil 78.449 industri dan rumah tangga sebanyak 862.080 industri. Namun kalau dilihat
nilai output dan penyerapan tenaga kerjanya, maka yang besar dan menengah mencapai Rp.173,9 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 653.930 orang,
sedangkan yang skala kecil dan rumah tangga masing-masing mencapai Rp 13,2 triliun dan Rp. 20,1 trilun serta penyerapan tenaga kerja masing-masing mencapai
635.036 orang dan 1.764.421 orang Darmawan dalam Buletin Industri Pangan Indonesia-Edisi Kesebelas, 2006.
Omzet industri pangan baik skala besar, menengah, kecil dan rumah tangga selalu tumbuh dengan besaran 10-12 persen per tahun. Kalau pada tahun 2002
mencapai Rp 163,6 triliun, maka pada tahun 2003 telah meningkat menjadi Rp 207,3 triliun. Pada tahun 2004 total omzet industri pangan mencapai kira-kira Rp 800
triliun, dengan perincian 70 persen tidak diolah dan 30 persen diolah. Omzet industri pangan pada tahun 2005 sebanyak Rp 220 triliun sedangkan pada tahun 2006
menembus jumlah Rp 250 triliun BPS, 2005. Angka peningkatan ini juga disumbangkan oleh banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia melalui
kerjasama produksi dan pengambilalihan saham-saham industri pangan seperti yang terjadi pada awal krisis tahun 1998. Namun demikian, berbagai perusahaan multi
nasional yang telah beroperasi bertahun-tahun di Indonesia telah mencapai kapasitas produksi maksimum sehingga dibutuhkan investasi baru seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan daya belinya. Sebagaimana halnya dengan industri pangan skala besar dan sedang, industri
kecil menengah IKM atau usaha kecil menengah UKM pangan nasional dari waktu ke waktu juga menunjukkan suatu sumbangsih yang cukup berarti bagi
perekonomian Indonesia. Situasi IKM makanan di Indonesia, pada umumnya dikerjakan dan dikendalikan oleh SDM yang berpengetahuan minim di bidang
pengolahan dan mutu makanan, sehingga tidak diherankan ada banyak berita mengenai keracunan makanan. Mengacu pada data BPS, banyaknya industri kecil
menengah pangan IKM yang ada di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2004 berjumlah 1.031.767 80 persen dari industri yang ada di Indonesia.
IKM pangan yang tumbuh di masyarakat umumnya adalah sebagai antisipasi masalah krisis ekonomi dan pada umumnya pula skala usaha, sarana produksi dan
manajemennya dirancang pada skala kecil dan tidak memenuhi standar manajemen pangan yang ada. Strategi usaha demikian memang paling tepat dan fleksibel untuk
menghadapi situasi tak menentu fluktuatif sehingga pola usaha dapat dijalankan dalam pola yang fleksibel tanpa harus menanggung risiko keuangan yang besar.
Selain itu, pada umumnya IKM pangan Indonesia memanfaatkan bahan baku lokal dalam pelaksanaan produksinya. Oleh karena itu, tidak diherankan bahwa pada saat
terjadi krisis ekonomi di Indonesia, IKM pangan mampu bertahan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, 2006.
2.3. Kondisi Industri Makanan dan Minuman di Negara Maju