Pendekatan keterlambatan produk yang dipesan digunakan asumsi adanya ketidakpastian lead time dan permintaan produk, yang menyebabkan terjadinya
stock out . Dalam hal ini tergantung pada keadaan penggunaannya yaitu : 1. Tingkat pelayanan frekuensi frequency level of service : secara rata-rata
tingkat pelayanan x persen dalam jangka panjang, persediaan dapat memenuhi seluruh permintaan langganan dalam periode pemenuhan atau penggantian x
dari setiap 100. 2. Tingkat pelayanan kuantitas quantity level of service adalah perbandingan
secara rata-rata dalam jangka panjang dari seluruh pesanan pelanggan, yang dapat dipenuhi dengan persediaan yang ada tanpa pembatalan atau
penangguhan. Setelah diketahui tingkat pelayanan, kemudian ditentukan frekuensi
distribusi permintaan produk yaitu distribusi normal untuk barang yang cepat bergerak, dan distribusi Chi-square untuk barang yang lambat bergerak. Selain
itu juga ada faktor-faktor jarak waktu penyerahan produk yang dipesan sampai ke gudang, dan waktu yang terlindungi dimana persediaan pengaman dapat menutup
fluktuasi permintaan tanpa dibantu oleh penambahan persediaan.
3.1.5. Titik Pemesanan Kembali Reorder Point
Titik pemesanan kembali adalah suatu batas dari jumlah persediaan yang ada pada saat pesanan harus diadakan kembali, dan titik ini menunjukkan untuk
mengganti persediaan yang telah digunakan Assauri, 1980. Besarnya penggunaan barang ditentukan oleh lead time dan tingkat penggunaan rata-rata.
Berdasarkan Gambar 4, persediaan mencapai titik pesanan kembali apabila ROP yang telah ditentukan sebelumnya, sama dengan pemesanan yang dilakukan
sebanyak Q. Hal ini dikarenakan permintaan selama masa tenggang tidak pasti, sedangkan persediaan dapat berfluktuasi, sehingga mengakibatkan kehilangan
penjualan atau tunggakan pesanan back order sampai pesanan sebanyak Q unit yang diterima.
Gambar 4. Karakeristik Sistem Pemesanan Kembali.
Sumber : Buffa dan Sarin1996
3.1.6. Penjualan dan Distribusi
Menurut Downer, dan Erickson 1989, penjualan adalah suatu tindakan pengalihan pemilikan barang dan jasa, serta memiliki keterkaitan terhadap laba.
Sedangkan menurut Gultinan, Paul 1990, penjualan meliputi semua kegiatan yang terjadi dalam mentransfer barang, dan menyediakan bantuan serta informasi
kepada pembeli akhir atau distributor. Kegiatan penjualan selalu identik dengan kegiatan distribusi, karena
keduanya saling berkaitan sama lain. Menurut Yunarto 2006, kegiatan distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
Waktu Pesanan
dilakukan Pesanan
dilakukan Pesanan
dilakukan
Jumlah Unit Kehilangan Penjualan
ROP Tingkat
Persediaan nan
penyampaian produk dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan baik dari jenis, jumlah, harga, tempat dan maupun
saat dibutuhkan. Menurut Ta mbulun 2004, distribusi produk menggunakan berbagai alat angkut seperti truk, kereta api, kapal, dan pesawat
Untuk menjual produk agar sampai ke konsumen, diperlukan berbagai macam cara dalam penjualan dan distribusi. Menurut Gultinan, dan Paul 1990
ada beberapa cara dalam kegiatan tersebut antara lain : 1. Sistem tanggapan langsung : fungsi utamanya adalah mendapatkan order,
produk didistribusikan langsung ke konsumen akhir, pesanan penjualan disampaikan kepada pembeli secara peorangan melalui telepon atau surat
langsung. 2. Sistem penjualan tatap muka langsung : fungsi utamanya menyediakan
informasi kepada pelanggan, produk didistribusikan kepada pembeli akhir, dan pesanan penjualan disampaikan dengan kontak tatap muka.
3. Sistem penjualan perdagangan : fungsi utama mendapatkan dukungan dari distributor, pesanan penjualan melalui kontak tatap muka dan telepon, dan
produk didistribusikan melalui pedagang besar atau pengecer yang membeli untuk dijual kembali kepada pembeli akhir.
4. Penjualan misionaris : fungsi utama memberikan informasi produk dan layanan kepada pelanggan secara langsung, produk didistribusikan langsung ke pembeli
akhir, dan pesanan penjualan disampaikan dengan kontak tatap muka. Berkaitan dengan pendistribusian produk, terdapat saluran distribusi yang
merupakan rangkaian perantara baik yang dikelola pemasar maupun yang independen dalam menyampaikan barang dari produsen ke konsumen. Menurut
Yunarto 2006 bahwa saluran distribusi distribution channel merupakan sekumpulan organisasi yang saling berhubungan untuk membuat suatu produk atau
jasa yang tersedia bagi konsumen atau pemakai dan kemudian dapat dikonsumsi oleh konsumen tersebut.
Menurut Gultinan, dan Paul 1990, saluran distribusi adalah seperangkat unit organisasi yang biasanya dilakukan oleh distributor untuk melaksanakan
semua kegiatan yang diperlukan, untuk menyampaikan suatu produk dari penjual ke pembeli akhir. Sehingga, tugas distributor adalah menyediakan produk di
lokasi yang memudahkan bagi pelanggan, serta penjualan dan pengiklanan setempat mengenai manfaat produk. Selain itu distributor meyediakan produk
bagi konsumen dari persediaan barang jadi Buffa dan Sarin, 1996. Dalam saluran distribusi ada tiga komponen utama yaitu perantara
Intermediary, agen agent, dan fasilitator. Pada Gambar 5 dapat dilihat variasi saluran distribus i dimana produsen dapat langsung mendistribusikan produknya
ke konsumen akhir, selain itu produsen pun dapat menyalurkan produk ke agen, wholesaler, dan retailer.
Gambar 5. Variasi Saluran Distribusi.
Sumber : Yunarto, 2006
PRODUSEN
KONSUMEN AKHIR RETAILER
WHOLESALER AGEN
AGEN
Saluran distribusi menurut Yunarto 2006 berperan penting dalam sistem distribusi, hal ini dikarenakan antara lain :
1. Membantu produsen yang kekurangan sumberdaya dalam memasarkan secara langsung ke pemakai akhir. Untuk memasarkan dan mendistribusikan suatu
produk dibutuhkan sumberdaya resources untuk melakukan komunikasi dan membina hubungan dengan customer, dan sumberdaya lainnya.
2. Penjualan secara langsung tidak memungkinkan karena produk dari produsen harus dijual dengan produk lainnya yang sejenis.
3. Mengatasi ketidakcocokan produk product discrepancies, jumlah, paket atau campuran, waktu dan tempat.
4. Mengurangi banyak kontak yang berhubungan dengan biaya transaksi. 5. Memfokuskan diri ke bidangnya masing- masing misalnya hanya pada produksi
saja, sehingga produsen akan memperoleh return on investment ROI yang lebih besar jika dibandingkan fokus juga ke bidang distribusi.
Dalam strategi distribusi ada beberapa macam yang digunakan yaitu strategi struktur saluran distribusi, cakupan distribusi, saluran distribusi berganda,
modifikasi saluran distribusi, pengendalian saluran distribusi, dan manajemen konflik dalam saluran distribusi. Berikut pada Tabel 7 secara rinci akan dijelaskan
mengenai strategi distribusi tersebut.
Tabel 7. Lima Macam Strategi distribusi yang Dapat digunakan dalam Pemasaran Produk
No. Strategi
Keterangan
1. Struktur
saluran distribusi
Berkaitan dengan penentuan jumlah perantara yang gunakan untuk mendistribusikan barang dari produsen ke konsumen.
Alternatif yang dipilih dapat berupa distribusi langsung direct channel atau distribusi tidak langsung indirect channel.
2. Cakupan
distribusi Berkaitan dengan penentuan jumlah perantara di suatu wilayah
atau market exposure. Tujuan dari strategi ini adalah melayani pasar dengan biaya yang minimal, namun bisa menciptakan
citra produk yang diinginkan. Ada tiga macam cakupan distribusi antara lain distribusi eksklusif, distribusi intensif,
dan distribusi selektif.
3. Saluran
distribusi berganda
Berkaitan dengan penggunaan lebih dari satu saluran yang berbeda untuk melayani beberapa segmen pelanggan.
Tujuannya adalah untuk memperoleh akses yang optimal pada setiap segmen. Penggunaan saluran distribusi ganda ada dua
jenis yaitu saluran komplementer tidak saling berhubungan, dan saluran kompetitif saling berhubungan.
4. Modifikasi
saluran distribusi
Strategi yang mengubah susunan saluran distribusi yang ada berdasarkan evaluasi dan peninjauan ulang. Adapun
perubahan-perubahn yang terjadi di pasar antara lain mencakup perubahan di pasar konsumen dan kebiasaan
membeli, timbulnya kebutuhan baru, perubahan kepentingan relatif dari tipe outlet, dan perubahan volume penjualan pada
produk saat ini.
5. Pengendalian
Saluran Distribusi
Menguasai semua anggota dalam saluran distribusi, agar dapat mengendalikan kegiatan secara terpusat ke arah pencapaian
tujuan bersama. Tujuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan pengendalian, memperbaiki ketidakefisienan,
mengetahui efektifitas biaya melalui kurva pengalaman, dan mencapai skala ekonomis.
Sumber : Yunarto, 2006 3.1.7. Manjemen Rantai Pasokan
Supply Chain ManagementSCM
Menurut Render, dan Heizer 2001, SCM adalah kegiatan mentransfomasikan bahan mentah menjadi barang dalam proses dan barang jadi,
dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini mencakup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan-
kegiatan lainnya yang penting bagi hubungan antara pemasok dengan distributor
seperti pengangkutan, transfer kredit dan tunai, pemasok, pergudangan, pemenuhan pesanan, dan pengendalian persediaan.
SCM menurut Indrajit 2003, adalah cara baru memandang mata rantai penyediaan barang, dimana maslah logistik dilihat sebagai rangkaian yang sangat
panjang sejak bari bahn dasar sampai barang jadi yang dipakai oleh konsumen akhir. SCM berkaitan dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok, ke
produksi, ke gudang, ke distribusi, sampai ke konsumen Render, dan Heizer, 2001. Menurut Tambulun 2004 perusahaan dalam menerima pasokan dari
suppliers harus disesuaikan dengan keputusan pembelian, persediaan invetory di gudang, dan standarisasi perusahaan terhadap pasokan.
Dalam kegiatan pasokan, pihak yang melakukan aktivitas tersebut adalah pemasok suppliers. Menurut Tambulun 2004, pemasok merupakan bagian
penting di dalam sistem konversi, yang dimulai dari input faktor berupa bahan baku raw materials, dalam proses transformasi berupa bahan pembantu,
komponen peralatan untuk mesin, serta untuk output berupa bahan pembungkus. Setiap perusahaan dalam memenuhi pasokan produk terlebih dahulu memesan
pada pihak suppliers melalui telepon atau faksimili, serta pembelian via internet E-commerce. Menurut Chopra, dan Meindl 2007, kegiatan pasokan produk
hingga ke konsumen melibatkan berbagai tahapan mulai dari suppliers, perusahaan, distributor dan pengecer.
Dalam SCM, secara langsung terkait dengan pengendalian persediaan. Menurut Chopra, dan Meindl 2003, persediaan merupakan seluruh bahan baku
bahan setengah jadi, dan barang jadi yang terdapat dalam supply chain. Menurut Buffa, dan Sarin 1996, pengendalian persediaan adalah strategi untuk menjaga
keseimbangan antara kelebihan dan kekurangan persediaan, agar tercapai kondisi biaya optimum. Adapun fungsi utama pengendalian persediaan pada dasarnya
adalah menyimpan persediaan untuk melayani kebutuhan perusahaan dari waktu ke waktu.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional