Menurut Aini 2005 ritel modern dibedakan atas dasar ukuran dan jenis barang yang dijual yaitu minimarket, supermarket, hypermarket , special store,
dan departement store. Minimarket merupakan toko dengan luasan kurang dari 150 m
2
yang menjual berbagai macam produk konsumsi. Ritel ini sudah ada di Indonesia sejak tahun 1988 dan hingga sekarang perkembangan bisnis ini menjadi
waralaba franchise seperti Alfamart, dan Indomaret. Jenis ritel lainnya yaitu supermarket yang merupakan toko dengan luasan antara 500 – 4000 m
2
. Supermarket umumnya menjual berbagai macam produk segar dan kebutuhan
primer manusia. Ritel ini berada pada wilayah perkotaan, adapun di Indonesia contohnya adalah Superindo, Matahari dan Hero Susilowati, 2005.
Ritel modern lain yang kini sedang berkembang di Indonesia adalah hypermarket. Ritel ini menjual berbagai ribuan produk baik produk segar maupun
kebutuhan lainnya, dan ukurannya tempatnya lebih luas yaitu = 8000 m
2
. Hypermarket di Indonesia merupakan ritel yang dikembangkan oleh peritel luar
negeri seperti Carrefour, Wall-Mart, sehingga peritel lokal pun bersaing dengan membentuk hypermarket seperti Giant milik Hero Group dan Hypermart milik
Matahari Group.
2.3. Pasar Tradisional
Pasar tradisional wet market di Indonesia sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Perkembangan pasar tradisional yang selalu identik dengan segmen
menengah ke bawah middle-low masih memberikan kontribusi yang berarti bagi sektor ekonomi usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM. Keberadaan pasar
tradisional secara langsung menentukan arus barang dari berbagai saluran tataniaga untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Perkembangan pasar tradisional secara langsung mengalami persaingan dari pasar ritel modern. Jumlah pasar tradisional yang ada pada tahun 1997
sebanyak 10.381 buah dan bertambah di tahun 1999 menjadi 10.430 buah atau meningkat hanya 0,47. Dengan produk yang lebih berkualitas dan harga yang
tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pasar tradisional, membuat konsumen lebih memilih ritel modern sebagai tempat membeli.
Keberadaan tempat ritel modern dan pasar tradisional yang tidak begitu jauh membuat konsumen pun lebih memilih berbelanja ke ritel modern. Untuk
mengurangi keberadaan ritel modern pada salah satu propinsi yaitu DKI Jakarta mengatur tentang jarak antara ritel modern dengan pasar tradisional berdasarkan
Peraturan Daerah PERDA No.22002. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5 mengenai aturan jarak antara ritel modern dengan pasar tradisional di DKI
Jakarta. Tabel 5. Jarak Ritel Modern dengan Pasar Tradisional di DKI Jakarta
Luas ritel modern m
2
Jarak dengan Pasar Tradisional
100 -200 0,5 km
200 - 1.000 1 km
1.000 - 2.000 2 km
= 4.000 2,5 km
Sumber: PERDA DKI Jakarta No.22002
2.4. Rantai Pasokan Supply Chain
Rantai pasokan produk pada dasarnya bertujuan untuk memaksimumkan nilai yang ada, meminimalkan berbagi biaya, dan memuaskan pelanggan.
Rangkaian supply chain mulai dari produsen, kemudian pemasok, distributor, hingga ke konsumen. Panjang pendeknya supply chain, tergantung dai jenis
barang yang disimpan Indrajit, 2003. Implikasi dari supply chain, peranan
pemasok sangat penting terhadap keberadaan berbagai produk di pasar terutama bagi ritel modern, yang kekuatannya terletak pada banyak produk atau merek
yang berada di outletnya. Pemasok tentunya memiliki pelanggan tetap, apalagi memiliki
ketergantungan produk yang dipasoknya. Biasanya pemasok yang sudah memiliki brand dan memiliki kekuatan tawar- menawar yang kuat, maka akan
ditempatkan pada display khusus oleh pelanggan. Pelayanan khusus atau hak eksklusif ini tentunya memberikan keuntungan win-win solution bagi pelanggan
dan pemasok.
2.5. Penelitian-Penelitian Terdahulu