yang dilakukan oleh Robert Millema yang sebelumnya memutuskan persaudaraan karena merasa berdarah Eropa dan kedua adalah
pengaruh NO yang selalu mananamkan perspektif negatif mengenai bangsa Belanda. Namun dari dua pengalaman buruk tersebut,
pengalaman kekerasan seksual yang dialami Annelies lebih berdampak negatif terhadap kondisi psikologisnya karena membuatnya terpisah
secara paksa dari lingkungan yang dicintainya. Annelies mengalami kekerasan secara psikologis yang disebabkan oleh tindak diskriminasi
terhadapnya.
3. Dampak Diskriminasi dalam bidang Hukum dan Politik
NO tidak dapat diakui sebagai istri sah secara hukum, anak- anaknya pun tidak dapat dibaptis. Pada akhirnya ia pun juga tidak
berhak menyandang status ibu kandung. Hal tersebut membuktikan dampak negatif yang diterima NO akibat diskriminasi dalam bidang
hukum. Diskriminasi tersebut menyebabkan NO kehilangan hak status ibu terhadap anak-anaknya.
Tahun 1816 perbudakan di Nusantara dihapuskan. Budak wanita menghilang dan tempatnya diganti oleh nyai Suyono, 2005:
33. Dalam sistem Kolonialisme, posisi perempuan semakin subordinat karena diberlakukannya undang-undang larangan pernikahan dengan
pribumi. Larangan laki-laki Belanda menikah dengan perempuan pribumi menimbulkan perbudakan dan pelacuran yang terselubung.
Kendati perbudakan sudah dihapus, namun hal itu tetap terjadi. Seperti halnya pergundikan yang menyebabkan banyak perempuan pribumi
menjadi seorang nyai. Tindakan
diskriminasi terhadap
perempuan pribumi
ditunjukkan ketika NO disidang di pengadilan Eropa dan tidak diperbolehkan menggunkan bahasa Belanda melainkan menggunakan
bahasanya sendiri, yaitu bahasa Jawa. Selain itu dalam bidang jurnalistik, suara NO tidak diperhitungkan. Media masa milik Belanda
tidak menyuarakan hak-hak NO terhadap perusahaan dan anak gadisnya. Akibatnya masyarakat Eropa di Hindia memandang NO
sebagai kriminal karena dianggap melakukan pelanggaran. Diskiminasi yang berlaku dalam hukum kolonial membuat
Annelies kehilangan status istri sah Minke yang telah diakui dalam hukum Islam. Tindakan tersebut tidak hanya berpengaruh pada
kehidupan, Minke, NO dan Annelies namun juga memicu protes warga masyarakat luas yang beragama Islam khusunya para ulama BM: 509-
512. Selain itu hukum memutuskan Annelies harus berangkat ke Nederland bersama orang-orang yang tidak dikenalnya.
Dalam mendengarkan itu terngiang-ngiang kata-kata Bunda: Belanda sangat, sangat berkuasa, namun tidak merampas istri
orang seperti raja-raja Jawa. Bunda? Tidak lain dari menantumu, istriku, kini terancam akan mereka rampas,
merampas anak dari ibunya, istri dari suaminya, dan hendak merampas juga jerih payah Mama selama lebih dari duapuluh
tahun tanpa mengenal hari libur. Semua hanya didasarkan pada surat-surat indah jurutulis-jurutulis ahli, dengan tinta
hitam tak luntur yang menembus sampai setengah tebal kertas BM: 487.
Seorang nyai tidak mendapat hak perlindungan dalam hukum Kolonial meskipun mereka dijadikan gundik orang Kolonial. NO tidak
mendapat hak dari hasil kerja kerasnya memimpin perusahaan sejak Herman Millema meninggalkannya dan anak-anaknya sekaligus
meninggalkan perusahaannya. Selain itu, NO juga tidak mempunyai hak menjadi ibu terhadap kedua anak kandungnya sendiri karena ia
adalah pribumi. Penindasan yang dialami NO membuatnya menjadi korban, namun di sisi lain keterpurukan membentuk sifat berani pada
diri NO dan mampu membuatnya melakukan perlawanan terhadap hukum Kolonial. Meskipun ia kehilangan Annelies dan hak
perusahaan, ia merasa yakin telah melawan dengan kehormatan. Hal tersebut menunjukkan adanya dampak positif bagi perempuan yang
berupa perasaan memiliki harga diri dihadapan masyarakat.
4. Dampak secara Ekonomi