E. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Mengetahui kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi terjadinya diskriminasi perempuan dalam novel BM.
2. Mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam
novel BM. 3.
Mengetahui dampak-dampak yang diakibatkan oleh diskriminasi perempuan dalam novel BM.
F. Manfaat penelitian
Terdapat dua hal manfaat yang terdapat dalam sebuah penelitian. Diharapkan dalam penelitian ini manfaat yang diperoleh adalah:
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah wawasan penelitian sastra pada masa yang akan datang.
b. Menghadirkan sudut pandang dan cara yang berbeda dalam
melakukan kajian mengenai perempuan, terutama dalam
menganalisis fenomena diskriminasi yang sering dialami oleh kaum perempuan pada masa kolonialisme.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
terhadap pengembangan teori sastra khususnya novel dan dapat digunakan untuk peningkatan apresiasi sastra, khususnya dalam
kajian Sosiologi Sastra.
2. Manfaat Praktis
Pertama, penelitian diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca khususnya mengenai eksistensi perempuan dalam
karya sastra. Kedua, dapat dijadikan bahan perbandingan terhadap hal- hal yang mengungkap fakta-fakta diskriminasi perempuan pada masa
sekarang. Ketiga, penelitian ini diharapkan dapat memotivasi penelitian yang akan datang agar dapat menggali lebih terperinci khususnya
mengenai kajian perempuan dalam karya sastra.
G. Landasan Teori
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, landasan teori untuk menganalisis novel BM adalah analisis sosiologi sastra.
Metode Sosiologi Sastra berdasarkan prinsip bahwa karya sastra kesusastraan merupakan refleksi masyarakat pada zaman karya sastra itu
ditulis, yaitu masyarakat yang melatarbelakangi penulis, sebab dalam proses berkarya penulis tidak dapat lepas dari masyarakatnya. Hal tersebut beranjak
dari pemahaman bahwa karya sastra merupakan refleksi kenyataan pada zamannya.
Pemahaman terhadap karya sastra berangkat dari sebuah penjelasan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan. Karya sastra jelas
dibangun secara imajinatif, namun kerangka imajinatifnya tidak dapat dipahami di luar kerangka empirisnya. Di sisi lain karya sastra bukan
semata-mata merupakan gejala individual melainkan gejala sosial Ratna,
2003: 26-27. Karya sastra sebagai dunia miniatur berfungsi untuk menginventarisasikan sejumlah besar kejadian-kejadian yang telah dibangun
dalam pola-pola kreatifitas dan imajinasi pengarang. Menurut Satoto 1986: 150 pendekatan sosiologi sastra yang paling
banyak dianut orang sampai sekarang berorientasi pada aspek dokumentasi sosial. Hal tersebut sejalan dengan kritik aliran Hegel dan Taine bahwa
kebesaran sejarah dan sosial disamakan dengan kehebatan artistik. Seniman menyampaikan kebenaran sekaligus merupakan kebenaran sejarah dan sosial
WellekWerren, 1993: 111. Landasan tersebut yang menjadikan sastra sebagai rujukan dalam menganalisis gejala sosial pada masa tertentu.
Teori Ian Watt yang diungkapkan oleh Sapardi Djoko Damono juga mengungkapkan tiga macam pendekatan dalam sosiologi sastra, yaitu
pertama, konteks sosial pengarang. Hal ini berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca.
Hal yang terutama diteliti dalam pendekatan ini adalah: pertama, bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariannya. Hal itu termasuk apakah ia
menerima bantuan dari masyarakat secara langsung atau bekerja rangkap. Kedua, sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu
profesi. Ketiga, masyarakat apa yang dituju oleh pengarang. Hal ketiga dari prinsip pendekatan sosiologi sastra Ian Watt adalah sastra sebagai cermin
masyarakat, yaitu meliputi: pertama, sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra ditulis. Kedua, sejauh mana sifat pribadi
pengarang mempengaruhi
gambaran masyarakat
yang ingin
disampaikannya. Ketiga, sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili masyarakat. Unsur ketiga dalam
pendekatan Sosiologi Sastra adalah fungi sosial sastra. Dalam hubungan ini terdapat tiga hal yang menjadi pokok persoalan, yaitu: sejauh mana sastra
dapat berfungsi sebagai perombak masyarakatnya, sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur saja, dan sejauh mana terjadi sintesis antara
kemungkinan kedua hal tersebut Damono,1984: 3-4. Sosiologi Sastra juga mengungkap mengenai feminisme. Inti
tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kaum laki-laki Djajanegara, 2000: 4. Pada
umunya karya sastra yang menampilkan tokoh wanita dapat dikaji dari segi feministik.
Djajanegara mengungkapkan
beberapa metode
dalam menerapkan kajian feminis dalam karya sastra, yaitu: pertama,
mengidentifikasikan tokoh satu atau beberapa tokoh perempuan dalam karya sastra untuk mencari kedudukan tokoh-tokoh tersebut dalam masyarakat,
mengetahui perilaku atau watak tokoh melalui gambaran langsung yang dipaparkan oleh penulis dan menganalisis pendirian serta ucapan tokoh
perempuan yang bersangkutan. Kedua, meneliti tokoh lain terutama tokoh laki-laki yang mempunyai keterkaitan dengan tokoh-tokoh perempuan.
Ketiga, mengamati sikap penulis karya yang tengah dikaji. Untuk mengetahui pandangan serta sikap penulis sebaiknya juga mengamati latar
belakangnya Djajanegara, 2000: 51-54.
Diskriminasi perempuan adalah fenomena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat disebabkan dalam berbagai
faktor yang melatarbelakanginya . Istilah “diskriminasi terhadap perempuan”
itu sendiri dalam konvensi penghapusan diskriminasi terhadap perempuan diartikan menjadi:
“perbedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang berakibat atau bertujuan untuk mengurangi
atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, sipil atau apapun lainnya oleh kaum perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar
persamaan antara laki-laki dan perempuan
” Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan. www.bappenas.go.id.
Diskriminasi terhadap perempuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan semangat perjuangan bagi kaum perempuan yang
disebut dengan gerakan feminisme. Gerakan feminisme adalah gerakan pembebasan perempuan dari rasisme, stereotyping, seksisme, penindasan
perempuan dan phalogosentrisme www.yahoo-feminisme.com. Menurut
Najmanuddin dalam
penelitiannya mengatakan,
timbulnya berbagai isu atau permasalahan yang menyangkut perempuan disebabkan oleh hal-hal yang bersumber dari beberapa poin berikut ini,
yaitu: 1.
Paham patriarkhi yang dianut oleh laki-laki yang menekankan pembagian kerja secara seksual dan harus dipatuhi oleh kaum
perempuan.
2. Perbedaan sosiokultural termasuk norma sosial terjadi dalam suatu
perkawinan campur. Sastra adalah eskpresi kehidupan manusia yang tidak lepas dari
akar masyarakatnya. Dengan demikian meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda namun dapat saling melengkapi. Dalam hal ini sastra
merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan bentuk komunikasi pengarang dengan lingkungan yang membentuknya
Endraswara, 2003: 77, sehingga dengan mengkaji permasalahan sosial budaya dalam karya sastra, masyarakat dapat mengkaji fenomena dalam
masyarakat khususnya menyangkut permasalahan diskriminasi terhadap perempuan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA