Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Penerapan model TGT Team Game Tournament berbantuan Media

penguasaan dan pemahaman siswa selama proses pembelajaran dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

2.3.2 Pre-Test dan Post-Test

Purwanto 2009:28 Pre-test merupakan tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberikan pelajaran. Pre-test yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai, dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran yang akan diajarkan. Pelaksanaan pre-test memiliki banyak kegunaan sehingga memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Menurut Purwanto 2009:28 Post-test merupakan tes yang diberikan pada setiap akhir program satuan ajaran. Tujuan post-test ialah untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengejaran setelah mengalami suatu kegiatan belajar post-test memiliki kegunaan terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto 2010:54-72 mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: 1 Faktor internal faktor dari dalam diri siswa, terdiri dari: a. Faktor jasmaniah: faktor kesehatan dan cacat tubuh b. Faktor psikologis: intelegensi bakat, motif, kematangan serta kesiapan c. Faktor kelelahan: faktor kelelahan jasmani dan rohani 2 Faktor eksternal faktor dari luar diri siswa, terdiri dari: a. Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar serta tugas rumah. c. Faktor masyarakat: kesiapan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang pelajaran yang akan disampaikan, motivasi, serta perhatian siswa, sedangkan faktor eksternal antara lain model pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran serta kondisi lingkungan baik sekolah maupun masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dalam penelitian ini adalah faktor penggunaan model pembelajaran dan media pembelajaran oleh guru. 2.5 Model Pembelajaran 2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Menurut Suyitno 2004:28 pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajaran dapat dicapai. Joyce dan Weil dalam Rusman 2012:133 model pembelajaran adalah suatau rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan bahan pembelajaran, dan membimbing di kelas atau yang lain. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa..

2.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam bukunya Rusman 2012:202 pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kempok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya peerteaching lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa: 1. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain 2. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir kritis, memecahkan masalah-masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya 2009:194 merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokantim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen. Sebagaimana diungkapkan oleh Slavin 2010:4 bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Lebih lanjut Slavin 2010 mengemukakan bahwa terdapat tiga konsep yang menjadi karakteristik dari model pembelajaran kooperatif, antara lain: 1. Penghargaan tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan –penghargaan tim lainnya jika berhasil melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan. 2. Tanggung jawab individual Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahawa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya. 3. Kesempatan sukses yang sama Siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik, dan bahwa kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya. Ada beberapa versi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, jenis- jenis model tersebut adalah sebagai berikut: 1. Student Team Achievement Devision STAD Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok memastikan bahwa anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya. Nilai-nilai ini kemudian dijumlah untuk mendapatkan niali kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai dari paparan guru ke kerja kelompok sampai kuis, biasanya memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan kelas. STAD adalah yang paling tepat untuk mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti penghitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahasa dan mekanik, geografi dan ketrampilan perpetaan dan konsep-konsep sains lainnya. 2. Teams Games Tournament TGT Slavin 2010:163 secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain. Menurut Rusman 2012:224 TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelomok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. 3. Jigsaw II Dalam model Jigsaw guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponensubtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atu tiga orang. Siswa memilki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunilasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasi kepada kelompok lain. Pembelajaran model Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, disebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permsalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan sisampaikan pada anggota kelompoknya. 4. Team Accelerated Instruction TAI Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan perpaduan antara pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual. Metode ini memperhatikan perbedaan pengetahuan awal tiap siswa untuk mencapai prestasi belajar. Pembelajaran individual dipandang perlu diaplikasikan karena siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang berbeda-beda. Saat guru mempresentasikan materi pembelajaran, tentunya ada sebagian sisa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat untuk mempelajari materi tersebut. Ini tentu dapat menyebabkan siswa-siswa yang tidak memiliki pengetahuan prasyarat itu akan gagal mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan guru. Bagi siswa- siswa lain, mungkin sudah menguasai materi pembelajaran itu, atau mungkin karena bakat yang dimilikinya dapat mempelajari dengan sangat cepat waktu yang digunakan oleh guru untuk mengajar menjadi mubazir. Pada pelaksanaan pembalajrana TAI siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Salah satu poin penting yang harus diperhatikan untuk membentuk kelompok yang heterogen di sini adalah kemampuan akademik siswa. Masing- masing kelompok dapat beranggotakan 4-5 orang siswa. 5. Cooperatif Integrated Reading dan Composition CIRC CIRC adalah sebuah program yang komperhensif untuk mengajari pelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. Pengembangan CIRC yang simultan difokuskan pada kurikulum dan pada metode-metode pengajaran merupakan sebuah upaya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai sarana untuk memperkenalkan teknik terbaru latihan-latihan kurikulum yang berasal terutama dari penelitian dasar mengenai pengajaran praktis pelajaran membaca dan menulis. Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah tradisional dalam pengajaran pelajaran membaca, menulis, seni bahasa.

2.5.3 Model Pembelajaran TGT Team Game Tournament

Slavin 2010:163 secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain. Menurut Rusman 2012:224 TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelomok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut: 1. Presentasi di Kelas Materi dalam TGT pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelasmin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusunya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mempersiapkan anggotanya dengan baik. Tim adalah fitur paling penting dalam TGT. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. 3. Game Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaanyang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi si kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seseorang siswa yang mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing. 4. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja keompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Setelah turnamen pertama, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi. 5. Rekognisi Tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. 2.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran TGT 1. Kelebihan Pembelajaran TGT Team Game Tournament a. Memotivasi siswa untuk belajar bersama, sehingga diharapkan pemahaman siswa lebih aktif b. Siswa dapat mengharapkan keragaman dengan teman sekelasnya c. Siswa mempunyai tanggung jawab kelompok yang lebih tinggi d. Pembelajaran lebih menyenangkan dan partisipasi siswa lebih tinggi, sehingga harapannya siswa lebih memahami materi dan prestasinya meningkat. e. Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran

2. Kekurangan Pembelajaran TGT Team Game Tournament

a. Butuh persiapan yang lebih dari guru, membuat kartu soal dan kartu jawaban, membagi siswa daalm kelompok b. Kondisi kelas akan menjadi ramai

2.5.5 Model Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru seperti ceramah, tanya jawab dan latihan soal Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:592. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar mata pelajaran Ekonomi masih banyak yang menggunakan model konvensional. Model pembelajaran konvensional ini tidak dapat seluruhnya dapat ditinggal karena guru harus melakukan model konvensional pada setidak tidaknya pada awal proses pembelajaran dilakukan. Dalam bukunya Djamarah, 2010:98 model pembelajaran konvenisional adalah model pembelajaran tradisioanal atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran. Metode konvensioanl ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.

2.5.6 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional memiliki kelemahan dan kelebihan Umamik, 2006:25 a. Kelebihan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut: 1. Memudahkan untuk mengefisienkan akomodasi dan sumber-sumber peralatan, 2. Mempermudah penggunaan jadwal yang efektif. Dengan tipe pembelajaran seperti ini, guru dapat membuat situasi belajar yang berbeda dari para peserta didik. Semua rancangan dibuat untuk disesuaikan dengan materibahan yang sedang diajarkan, tingkat dan pengalaman peserta didik. b. Kelemahan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut: 1. Keberhasilan sangat bergantung pada ketrampilan dan kemampuan guru. 2. Kemungkinan masih banyak interpretasi. 3. Metode mengajar aktual yang akan diterapkan mungkin tidak sesuai untuk mengajar ketrampilan dan sikap yang diinginkan. 4. Pembelajaran cenderung bersikap memberi atau menyerahkan pengetahuan dan membatasi jangkauan peserta didik, sehingga peserta didik terbatas dalam memilih topik yang disukai dan relevan dengan paket ketrampilan yang dipelajari. 2.6 Media Pembelajaran 2.6.1 Pengertian Media Pembelajaran Djamarah dan Zain 2010:136 menyatakan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Media pembelajaran memegang peranan penting dalam pembelajaran. Media pembelajaran dapat menjadi alat bantu dan sumber belajar yang membuat siswa mengalami pengalaman langsung dalam pembelajaran, memperkaya wawasan, membuat hal yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret, menambah gairah dan motivasi belajar siswa dan membuat pelajaran menjadi mudah dan menyenangkan. Lebih dari itu media pembelajaran dapat menjembatani guru dalam menstransfer pengetahuan dan berkomunikasi dengan siswa guna mewujudkan tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat, bahan, peralatan, kegiatan yang digunakan oleh pendidikguru dalam rangka berkomunikasi dengan peserta didik dalam menciptakan atmosfer pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, mudah, nyata dan menyenangkan agar tercapai tujuan pembelajaranpendidikan yang diinginkan.

2.6.2 Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran

Sanjaya 2009:206 menjelaskan bahwa perolehan pengetahuan siswa akan menjadi abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal. Hal ini memungkinkan terjadinya verbalisme, artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tannpa memahami dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut. Penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal selain dapat menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, juga gairah siswa untuk menangkap pesan akan semakin kurang, karena siswa kurang diajak berpikir dan menghayati pesan yang disampaikan. Padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa baik fisik maupun psikis. Dari penjelasan tersebut, maka secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan seperti berikut ini: 1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disampaikan dan dapat digunakan manakala diperlukan. 2. Memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu. Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme. Selain itu, media pembelajaran juga dapat membantu menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak mungkin ditampilkan di dalam kelas. 3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat. 4. Media pembelajaran memiliki nilai praktis. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, media juga dapat batas ruang kelas.

2.6.3 Macam-Macam Media Pembelajaran

Dalam bukunya Sanjaya, 2009:211 media pembelajaran menurut sifatnya diklasifikasikan menjadi 3: 1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk kedalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis. 3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

2.6.4 Media Pembelajaran KOKAMI

Djamarah dan Zain 2010:136 menyatakan bahwa media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa media Kokami. Saputra 2013:113 mengemukakan bahwa Kokami kotak dan kartu misterius merupakan salah satu jenis media yang dikombinasikan dengan permainan bahasa. Penerapannya melibatkan seluruh siswa, baik siswa yang biasanya pasif maupun aktif. Dengan demikian, permainan ini sangat baik digunakan di dalam kelas yang heterogen. Gabungan antara media dan permainan ini mampu secara signifikan memotivasi dan menarik minat siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Permainan ini sangat baik digunakan dalam kelas yang heterogen. Media Kokami ini terdiri dari suatu kotak dan kartu misterius, dikatakan misterius karena kartu di masukkan dalam amplop yang kemudian amplop akan diletakkan di dalam suatu kotak sehingga isi dari kartu tidak diketahui. Permainan kokami ini dapat merangsang daya pikir siswa sehingga mereka mampu memahami pesan atau materi yang diberikan. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara mempersiapkan kelengkapan seperti sebuah kotak berukuran 30 x 20 x 15 cm, 25 buah amplop ukuran 8 x 14cm, berisi 25 lembar kartu soal ukuran 7,5 x 12,5cm. kartu pesan merupakan kartu yang berisi materi pelajaran peran bank umum dan bank sentral berisi materi pelajaran yang ingin disampaikan kepada siswa, diinformasikan dalam bentuk perintah, petunjuk, pertanyaan, pemahaman, bonus atau sanksi. Pembelajaran menggunakan media kokami memiliki beberapa peraturan sebagai berikut: a. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Tiap kelompok duduk menghadap papan tulis. Media Kokami dan kelengkapannya diletakkan di depan papan tulis di atas meja. b. Setiap kelompok mendapatkan lembar skor masing-masing kelompok yang akan diisi apabila kelompok tersebut berhasil menjawab soal. c. Setiap anggota kelompok berhak maju untuk mengambil kartu. d. Siswa yang telah mengambil kartu dalam kotak harus membacakan secara keras apa yang terdapat dalam kartu tersebut. e. Anggota kelompok bertanggung jawab menyelesaikan soal dalam kartu. f. Pemenang ditentukan dari skor tertinggi dan berhak mendapat hadiah. Media kokami yang digunakan berupa kartu pesan yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang materi peran bank umum dan bank sentral. Penggunaan media Kokami ini dapat menambah dimensi kegembiraan yang diperoleh dari permainan, membantu siswa dalam memahami peran bank umum dan bank sentral.

2.7 Penerapan model TGT Team Game Tournament berbantuan Media

Kokami Model pembelajaran TGT Team Game Tournament berbantuan media Kokami merupakan pembelajaran yang didasarkan atas kelompok-kelompok kecil yang heterogen, dimana masing-masing kelompok memainkan game dan turnamen dalam menjelaskan materi maupun menyelesaikan soal melalui kartu misterius. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model TGT berbantuan Kokami adalah sebagai berikut: 1. Siswa di bagi dalam tim yang heterogen beranggotakan 4-5 siswa 2. Guru melakukan pengajaran di kelas 3. Para siswa mengerjakan lembar-kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai materi 4. Pada akhir periode kelas, siswa melakukan turnamen kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan kemampuan yang homogen. 5. Untuk memulai permainan, siswa menarik kartu soal yang ada di dalam kotak dengan media Kokami untuk menentukan pembaca yang pertama. Permainan berlangsung sesuai waktu di mulai dari pembaca pertama 6. Pembaca pertama membacakan soal yang ada pada kartu Kokami dan mencoba menjawab soal, apabila si pembaca tidak yakin akan jawabannya diperbolehkan menembak siswa lain untuk menjawab soal 7. Siapapun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya 8. Jika si pembaca soal salah, tidak dikenakan sanksi, tetapi jika penantang atau siswa yang ditantang yang salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya dalam kotak lain. 9. Apabila permainan sudah berakhir atau jika kotaknya sudah kosong, para pemain mencatat nomor soal yang telah mereka menangkan pada lembar skor. 10. Setelah turnamen selesai, guru menentukan skor tim dan mempersiapkan sertifikat atau penghargaan untuk memberikan regognisi kepada tim peraih skor tertinggi.

2.8 Materi Peran Bank Umum dan Bank Sentral

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar IPS siswa melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe team game tournament materi masalah sosial lingkungan setempat kelas IV MI Dayatussalam Cileungsi Bogor Jawa Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 4 121

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi

1 3 310

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Games Digital Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Alat-Alat Optik

3 35 205

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL.

1 6 34

EFEKTIVITAS TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.

2 5 42

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SISWA.

0 0 17