12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Teori Belajar
Menurut Slameto 2010:2 belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
a. Teori Belajar Behavioristik Pandangan belajar menurut teori Behavioristik dicetuskan oleh Skinner
dala m Rifa’i dan Anni 2012:90 bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut tidak disebabkan oleh kemampuan internal manusia tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan
respon. Prinsip belajar dalam teori behavioristik yaitu adanya penguatan
reinforcement dan hukuman punishment. Penguatan merupakan unsur penting dalam belajar karena akan memperkuat perilaku, sedangkan hukuman
dimaksudkan untuk memperlemah atau meniadakan perilaku tertentu. b. Teori Belajar Naturalistik
Herbert Spencer menyatakan bahwa sekolah merupakan dasar dalam keberadaan naturalisme. Sebab, belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh
karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murit.
c. Teori Belajar Konvergensi Konvergensi berasal dari Convergative yang berarti penyatuan hasil atau
kerja sama untuk mencapai suatu hasil. William Stern mengatakan bahwa kemungkinan-kemungkinan yang dibawa sejak lahir itu merupakan petunjuk-
petunjuk nasib manusia yang akan datang dengan ruang permainan. Dalam ruang permainan itulah terletak pendidikan dalam arti yang sangat luas. Tenaga-tenaga
dari luar dapat menolong tetapi bukan yang menyebabkan perkembangan itu, karena datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga
pendorong. Paham konvergensi ini berpendapat bahwa didalam perkembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memainkan peranan
penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah tersedia perlu menemukan lingkungan yang sesuai
sepaya dapat berkembang. d. Teori Belajar Kontruktivisme
Rifa’i dan Anni 2012:106 menyatakan bahwa teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa pendidik tidak dapat memberikan
pengetahuan kepada
peserta didik.
Sebaliknya, peserta
didik harus
mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari
apa yang dipelajari. Beda dari teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanik antara stimulus dan respon, sedangkan
teori konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Teori konstruktivisme juga memahami pemahaman tentang belajar yang
yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan belajar dinilai penting, tetapi proses melibatkan cara belajar, dan strategi belajar
akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berfikir seseorang. Sebagai
upaya memperoleh
pemahaman atau
pengetahuan ,
siswa “mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang
ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif dan pengetahuan yang dimiliki.
Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi oengetahuan melalui
pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap
inidividu. Pengetahuan dari hasil “pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh
setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan atau diingat dalam setiap individu.
Inti dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan discovery dan transformasi kompleks yang berlangsung pada
diri seseorang. Oleh karena itu, agar peserta didik mampu melakukan kegiatan belajar maka dia harus terlibat aktif dalam pembelajaran.
e. Teori Belajar Humanistik Pandangan belajar teori humanistik yang dicetuskan oleh Roger dalam
Rifa’i dan Anni 2012:126 yang menyatakan bahwa belajar diperkasai diri sendiri adalah relevan dengan kebutuhan peserta didik. Pendekatan humanistik
memandang pentingnya penekanan dalam bidang kreativitas, minat terhadap seni, dan rasa ingin tahu sehingga hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan
sosial emosional lebih penting dibandingkan dengan hasil pendidikan yang bersifat akademik.
Penelitian ini berkaitan dengan teori belajar yang telah dijelaskan diatas yaitu teori kontruktivisme. Inti dari teori kontruktivisme adalah bahwa belajar
merupakan proses penemuan discovery dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Teori kontruktivisme siswa tidak hanya
menerima pengetahuan dari guru melainkan siswa harus mengkontruksi pengetahuan sendiri dan mampu terlibat aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam penelitian ini siswa dituntut untuk menemukan dan mengkontruksi suatu pengetahuannya sendiri serta dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah.
Terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa selain teori di atas, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Keberhasilan belajar siswa bukan hanya dipengaruhi dari faktor internal tetapi juga dipengaruhi dari faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada
dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis
tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Faktor eksternal adalah hal- hal yang datang atau ada di luar diri siswa yang meliputi lingkungan dan
pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan.
2.2 Hasil Belajar