Tujuan Pendidikan KAJIAN TEORI

21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

Kajian teori merupakan kumpulan teori dari berbagai sumber ilmiah yang dijadikan acuan dalam penyusunan penelitian ini. Kajian teori dalam penelitian ini meliputi:

2.1.1 Tujuan Pendidikan

2.1.1.1 Tujuan Pendidikan Nasional Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab UUSPN Tahun 2003 pasal 3,dalam Gunawan, 2013:152. Berikut tujuan pendidikan nasional Indonesia: Membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila, membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, meliputi pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggungjawab, dan dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh rasa tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945”. 2.1.1.2 Tujuan Pendidikan Dasar Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan pendidikan sekolah dasar dasar menurut UUD 1945 pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. 2.1.2 Belajar 2.1.2.1 Pengertian belajar Belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan Djamarah, dan Zain, 2013:10. Artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Sedangkan Harold Spears menjelaskan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengarkan dan mengikuti arah tertentu. Menurut Cronbach, belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam Suprijono, 2012:2. Pendapat tersebut didukung pengertian belajar menurut Susanto 2013:4 yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa maupun dalam bertindak. Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto, 2010: 2. Sedangkan menurut Hamdani 2011: 20 seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Piaget belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep Dimyati, 2009:14. Sesuai dengan berbagai pendapat yang telah dijabarkan dapat disimpulkan belajar merupakan proses usaha sadar individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, yang berkesinambungan dan berlangsung seumur hidup didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan diharapkan mampu membawa perubahan tingkah laku pada aspek pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotorik dan sikap afektif. 2.1.2.2 Teori–teori Belajar 2.1.2.2.1 Teori Belajar Piaget Teori belajar Piaget merupakan teori perkembangan kognitif yang digambarkan sebagai proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini merupakan proses yang melibatkan skema, asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium. Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget berkembang secara kualitatif melalui empat tahapan, yaitu: 1 sensormotor period 0,0-2,0 tahun; 2 preoperational period 2,0-7,0 tahun; 3 concrete operatinonal period 7,0-1112 tahun; 4 formal operational period 1112-1415 tahun. Perkembangan perilaku kognitif dari Piaget berkenaan perilaku belajar. Kalau diperhatikan tahap uraian per- kembangan kognitif dari Piaget, maka siswa Sekolah Dasar masuk dalam kategori masa conceret operational period 7-12 tahun. Jadi, yang melandasai dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori Piaget Rifai dan Anni, 2011: 25-30. 2.1.2.2.2 Teori Belajar Kontruktivisme Inti sari teori kontruktivisme adalah peserta didik harus menemukan dan mentrasformasikan informasikompleks ke dalam dirinya sendiri. Dalam hal ini siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Gagasan kontruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut : a. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui subjek. b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pngalaman-pengalaman seseorang. 2.1.2.2.3 Teori Kebutuhan Maslow Dalam pandangan Maslow, tujuan pendidikan adalah aktualisasi diri, atau membantu individu menjadi yang terbaik sehingga mereka mampu menjadi yang terbaik. Maslow mengidentifikasi dua jenis kebutuhan, kebutuhan dasar dan meta kebutuhan. Setiap anak termotivasi untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan dari hirarki paling bawah sebelum mencapai hirarkhi paling atas. Hirarkhi kebutuhan yang dikembangkan Maslow digambarkan sebagai berikut : Diagram 2.1 Hirarkhi Kebutuhan Maslow 2.1.2.2.4 Taksonomi Bloom Menurut Bloom dalam Suprijono 2013:6-7 menyatakan hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berikut penjabaran dari ketiga kawasan tersebut: a. Domain kognitif adalah knowledge pengetahuan, comprehension pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh, application mene-rapkan, analysis menguraikan, menentukan hubungan, shyntesis mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation menilai. Hirarkhi Kebutuhan Maslow Pemahaman dan Pengetahuan Aktualisasi Diri Kebutuhan penghargaan Kebutuhan Cinta Kasih Kebutuhan Keamanan Kebutuhan Fisiologis b. Domain afektif adalah receiving sikap menerima, responding memberikan respon, valuing nilai, organization organisasi, characterization karakterisasi. c. Domain psikomotor adalah initiatory, preroutine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup kete-rampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi: a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi. b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering mengingat. b. Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding memahami. c. Pada level 3, application diubah menjadi applying menerapkan. d. Pada level 4, analysis menjadi analyzing menganalisis. e. Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan mendasar, yaitu creating mencipta. f. Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan sebutan evaluating menilai. Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level: remembering mengingat, understanding memahami, applying menerapkan, analyzing menganalisis, mengurai, evaluating menilai dan creating mencipta. Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6. a. Mengingat merupakan kemampuan menyebutkan kembali informasi pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan. b. Memahami merupakan kemampuan memahami instruksi dan menegaskan pengertianmakna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafikdiagram. c. Menerapkan merupakan kemampuan melakukan sesuatu dan mengaplikasikan konsep dalam situasi tetentu. d. Menganalisis merupakan kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen dan mnghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas konsep tersebut secara utuh. e. Mengevaluasi menilai merupakan kemampuan menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu f. Mencipta merupakan kemampuan memadukan unsurunsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren, atau membuat sesuatu yang orisinil Utari, 2012: 7-11. 2.1.2.3 Prinsip-prinsip dalam Belajar Ada beberapa prisip dalam belajar, Suprijono 2012:4 menjelaskan prinsip- prinsip belajar ada tiga, yaitu: Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri : 1 sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, 2 kontinyu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya, 3 fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, 4 positif atau berakumulasi, 5 aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, 6 permanen atau tetap, 7 bertujuan dan terarah, 8 mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. 2.1.2.4 Tujuan Belajar Menurut Suprijono 2012: 5 tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” live in suatu sistem lingkungan belajar tertentu. Tujuan belajar ada tiga jenis yaitu: a untuk mendapatkan pengetahuan; b penanaman konsep keterampilan; c pembentukan sikap. 2.1.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar sebagai proses atau aktivitas dipengaruhi olah banyak sekali faktor – faktor. Secara umum faktor – faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern Slameto, 2013: 54-72. 2.1.2.5.1 Faktor Intern Faktor intern ada tiga yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. a. Faktor Jasmaniah 1 Faktor Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian – bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan tergangu jika kesehatannya terganggu, selain itu dia akan cepat lelah kurang semangat, mudah mengantuk. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjaga. 2 Cacat Tubuh Cacat dapat berupa buta, tuli, lumpuh dan lain – lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya. b. Faktor Psikologis 1 Intelegensi Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang lebih rendah, walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhi. 2 Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktivan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata – mata tertuju kepada suatu obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. 3 Minat Daryanto 2010:38 menyebutkan bahwa bakat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikandan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap beajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya ia segan untuk belajar dan tidak memperolehkepuasan dari pelajaran itu. 4 Bakat Bakat menurut Hilgrad adalah “the capacity to learn” dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru kan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat sangat mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar. 5 Motif Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan menunjang belajar. 6 Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat fase dalam pertumbuhan seseorang. 7 Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever dalam Daryanto 2010:40 adalah “Preparedness to respond or react”. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksankan kecakapan. c. Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani bersifat psikis. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2.1.2.5.2 Faktor Ekstern a. Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakaup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin siswa, disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. c. Faktor masyarakat. Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.

2.1.3 Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 02 SEMARANG

0 11 293

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL JIGSAW DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 5 331

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

0 20 251

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

5 26 325

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN NGIJO 01 KOTA SEMARANG

0 3 300

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IVB SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

2 21 220

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN MEDIA CD INTERAKTIF PADA SISWA KELAS VC SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 13 282

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKN MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVB SDN TAWANGMAS 01 KOTA SEMARANG

0 4 315

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IVB SDN KEMBANGARUM 01 KOTA SEMARANG

0 5 224

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL NHT DENGAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 SEMARANG

0 8 289