66
bahwa SLPTT mempunyai dampak terhadap peningkatkan pendapatan petani padi di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.
4.8 Pembahasan
4.8.1 Analisis tingkat adopsi teknologi SLPTT
Dari hasil pengolahan data primer yang peneliti lakukan terhadap 50 responden di 2 kelompok tani yang mengikuti program SLPTT di
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati diperoleh hasil tiga komponen teknologi PTT yang diadopsi petani masuk kategori tinggi yaitu komponen
teknologi. Varietas unggul 94, jumlah bibit 82,7 dan panen tepat waktu 82,7, sedangkan komponen yang masuk dalam kategori adosi
sedang yaitu bibit muda 76,6 sistem tanam 70, pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun 75,3, pemupukan organik
77,3, pengairan berselang 76 dan pengendalian gulma 74. Komponen teknologi varietas unggul banyak di adopsi oleh petani
karena varietas unggul yang dianjurkan dalam SLPTT di lokasi ini adalah varietas ciherang dimana varietas ini memiliki ketahanan terhadap hama
penyakit serta ketersediaan benih dipasaran. Untuk komponen jumlah bibit petani tidak banyak mengalami kesulitan untuk proses adopsinya. Dengan
jumlah bibit yang lebih sedikit akan memaksimalkan jumlah anakan sehingga produktivitas yang dihasilkan nantinya juga meningkat.
Pada komponen bibit muda teknologi yang diunjurkan dalam SLPTT adalah penggunaan bibit umur 15 hari setelah semai. Sebelum
67
SLPTT petani di lokasi penelitian rata-rata menggunakan bibit yang berumur 21 hari setelah semai. Dengan umur bibit yang muda tanaman
akan lebih cepat beradaptasi dan meningkatkan persentase gabah isi sehingga produktivitas nantinya diharapkan meningkat.
Sistem tanam yang dilakukan petani sebelum SLPTT sangat berbeda dengan sistem tanam yang di anjurkan. Dengan tingkat adopsi
70 menunjukkan bahwa petani sudah mulai beralih kepada sistem tanam yang diajarkan yaitu jajar legowo. Pengunaan bahan organik, karena dalam
budaya masyarakat yang ada belum terbiasa memanfaatkan kotoran ternak yang ada, baik yang berasal dari sapi atau kotoran lainya, menyebabkan
penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk organik masih merupakan hal yang tidak lazim bagi petani. Adopsi pengairan berselang masih terkendala
oleh masalah cuaca. Apabila kondisi hujan terus menerus maka tanaman akan tergenang air, sehingga pengaturan airnya menjadi sulit dikontrol.
Dalam pengendalian gulma penggunaan gasrok masih menjadi pilihan terakhir karena banyak petani yang masih menggunakan herbisida karena
dinilai lebih praktis. Padahal dengan menggunakan gasrok mampu mencabut gulma sampai ke akarnya.
Menurut Suryana 2000 : 79, proses pembangunan ekonomi bisa dipercepat dengan adanya penelitian dasar ilmiah di bidang teknologi dan
aplikasi teknologi. Dengan SLPTT ini merupakan langkah awal proses pembangunan ekonomi khusunya dalam bidang pertanian yang menjadi
basis dari perekonomian Indonesia. Proses aplikasi teknologi yang
68
diberikan kepada petani lewat program SLPTT diharapkan akan member kemajuan pertanian di Indonesia. Pendapat serupa juga disampaikan oleh
Daniel 2002 : 25 yang menyatakan bahwa pengembangan teknologi akan meningkatkan produksi, pendapatan serta mendorong berkembangnya
sektor lain seperti koperasi industri dan jasa.
4.8.2 Analisis dampak SLPTT terhadap pendapatan petani