62
Skor Adopsi
Panen tepat waktu
eknologi Penuh
3 26 124 82,7 Tinggi
eknologi Sedang
2 22 eknologi
Rendah 1 2
Sumber : Data primer diolah 2010 Sebanyak 22 petani responden melaksanakan tindakan panen kurang
sesuai dengan rekomendasi dari PPL atau pemandu lapang setempat. Hal tersebut dikarenakan petani memanen tanamannya pada saat padi pada saat
tingkat kekuningan padi kurang dari 90 . Selain itu petani responden tidak melakukan tindakan panen karena hasil panenan langsung ditebas kepada para
tengkulak. Dengan total skor 124 menghasilkan persentase tingkat adopsi sebesar 82,7 yang berarti tingkat adopsi komponen panen tepat waktu adalah
tinggi.
4.7 Dampak SLPTT Terhadap Pendapatan Petani Padi
4.7.1 Biaya usaha tani padi
Pengeluaran biaya dalam usahatani padi meliputi biaya variabel yaitu untuk membeli sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, herbisida, dan
upah tenaga. Penggunaan sarana produksi tepat akan berpengaruh terhadap perolehan hasil usahatani. Biaya lainya yaitu yang bersifat biaya tetap seperti
pembayaran pajak dan iuran untuk pengairan serta biaya nilai penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan dalam proses produksi.
Dari tabel 4.20 nampak bahwa dalam satu kali musim tanam, penggunaan biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli sarana produksi
63
seperti pupuk lebih banyak digunakan oleh petani sesudah mengikuti SLPTT yaitu sebesar Rp 900.208,88 dan pembelian pupuk sebelum SLPTT sebesar
Rp 735.874,67. Untuk pembelian benih sebelum SLPTT petani harus mengeluarkan biaya senilai Rp 296.579,63 dan sesudah SLPTT naik sedikit
yaitu menjadi Rp 299.321,15. Sedangkan biaya untuk membeli sarana produksi herbisida lebih banyak dikeluarkan oleh petani padi sebelum
mengikuti SLPTT yaitu sebesar Rp 127.708,33 dibanding dengan sesudah mengikuti SLPTT senilai Rp 107.088,95. Hal ini dikarenakan herbisida
dianjurkan untuk digunakan setelah teknologi pengendalian gulma yaitu dengan menggunakan alat gasrok tidak bisa lagi menekan populasi gulma.
Oleh karena para petani padi sawah sistem PTT akan selalu berupaya mengurangi biaya untuk pembelian pestisida.
Tabel 4.20 Biaya produksi pada usaha tani padi sebelum SLPTT dan sesudah SLPTT Rata-rata satu ha
No Jenis Sarana Sebelum SLPTT
Rp Sesudah SLPTT
Rp 1
enih 296.579,63 299.321,15
2 upuk 735.874,67
900.208,88 3
estisida 321.180,16 325.430,81
4 erbisida 127.708,33
107.088,95 5
enaga Kerja 3.113.994,78
3.098.302,87 6
ajak 112.810,95 112.810,95
7 ewa Lahan
5.074.257,43 5.074.257,43
8 enyusutan Peralatan
42.566,58 42.566,58
9 uran 130.731,1 134.647,5
Sumber : Data primer diolah 2010 Untuk biaya tenaga kerja diperoleh dengan mengalikan curahan kerja
dengan upah yang berlaku di lokasi penelitian. Upah untuk tenaga kerja laki- laki sebesar Rp 25.000,00 per hari dan upah tenaga kerja wanita sebesar Rp
64
15.000,00 per hari. Biaya total yang dikeluarkan untuk curahan kerja usahatanimusim pada usahatani padi sebelum mengikuti SLPTT rata-rata per
hektar sebesar Rp 3.113.994,78. Dan setelah adanya SLPTT pengeluaran untuk tenaga kerja menjadi menurun sebesar Rp 3.098.302,87.
Sedangkan pengeluaran lainya yang bersifat tetap yaitu penyusutan peralatan, sewa lahan dan iuran relatif tetap atau dengan kata lain terdapat
perubahan tetapi sangat sedikit, seperti pengairan dari Rp 130.731,1 sebelum SLPTT menjadi Rp 134.647,5 sesudah SLPTT.
4.7.2 Pendapatan Usahatani Padi Sawah Sebelum dan Sesudah SLPTT