Usia Responden Usia petani padi responden di Kecamatan Tayu berkisar dari 29 tahun Tingkat Pendidikan Pengalaman Bertani

50 2 asar Hewan 1 3 Kios Toko Warung 1.047 4 asar Ikan TPI 2 5 KUD Kospin 16 6 KK 1 7 RI Unit 2 8 egadaian 1 Sumber: Monografi Kecamatan Tayu Tahun 2009 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati antara lain : pasar umum, pasar hewan, kios TPI, KDKospin, BKK, BRI dan Pegadaian. Sarana perekonomian yang ada diharapkan dapat membantu penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari, selain itu juga dapat memenuhi kebutuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Sarana perekonomian yang banyak di jumpai di Kecamatan Tayu adalah toko, kios atau warung yaitu sebanyak 1.047 buah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak penduduk di Kecamatan Tayu yang membuka usaha sendiri berupa toko, kios maupun warung.

4.5 Karakteristik responden

Karakterisitik responden dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu umur responden, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, status usahatani dan luas lahan yang dimiliki menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan responden dalam mengelola usaha tani yang dijalankannya.

4.5.1 Usia Responden Usia petani padi responden di Kecamatan Tayu berkisar dari 29 tahun

sampai dengan 72 tahun. Rata-rata petani responden berumur 44,94 tahun 51 seperti pada tabel 4.6. Usia tersebut merupakan usia yang dapat dikatakan sebagai usia produktif. Usia produktif merupakan suatu tahap dimana pada usia tersebut kemampuan fisik petani cukup potensial untuk menjalankan aktivitasnya baik untuk mengolah lahan maupun untuk mengembangkan usaha tani yang mereka miliki dalam hal ini usaha tani padi. Tabel 4.6 Usia Responden Umur Frekuensi Persentase 0-40 17 34 0-60 31 62 0-80 2 4 otal 50 100 ata-rata 44,94 Sumber : Data Primer diolah 2010

4.5.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh petani juga berpengaruh terhadap pola pikir dan penguasaan teknologi. Berdasar pada tingkat pendidikan formal, sebagian responden menempuh pendidikan setara sekolah dasar SD yaitu sebesar 34, sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama SMP sebesar 36 persen dan Sekolah Menengah Atas SMA ditempuh oleh 26 responden serta sebanyak 4 mencapai jenjang pendidikan perguruan tinggi, seperti yang terlihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase idak sekolah - 52 D 17 34 MP 18 36 MA 13 26 erguruan Tinggi 2 4 otal 50 100 Sumber : Data Primer diolah 2010 Dengan jenjang pendidikan formal yang ditempuh petani relatif terbatas maka pengelolaan usahatani padi hanya dijalankan secara sederhana sesuai dengan kebiasaan yang selama ini dilakukan dan informasi yang didapatkan antar petani. Selain itu, petani juga mendapatkan pendidikan informal berupa Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SLPTT padi Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati sehingga dapat menjadi faktor pendukung baik pengetahuan maupun informasi yang lebih banyak bagi petani untuk mengelola usaha tani padi.

4.5.3 Pengalaman Bertani

Aspek pengalaman bertani juga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk mengembangkan usahatani padi. Pengalaman bertani responden berkisar dari 1 tahun sampai dengan 35 tahun. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa petani dengan pengalaman bertani 0 – 5 tahun mencapai 18, pengalaman bertani 6 - 10 tahun sebesar 24, pengalaman bertani 11 – 15 tahun mencapai 24. Sedangkan pengalaman bertani selama lebih dari 15 tahun mencapai nilai tertinggi yaitu 34 atau setara dengan 17 responden. Rata – rata pengalaman bertani responden yang membudidayakan padi yaitu sebesar 13,09 tahun. Dari hasil tersebut, petani dapat dikatakan sudah cukup lama membudidayakan padi. Pengalaman tersebut merupakan modal awal bagi 53 petani dalam membudidayakan padi karena dengan pengalaman tersebut, petani dapat menghadapi berbagai hambatan dalam budi daya padi. Selain itu, para petani juga dapat mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi. Tabel 4.8 Pengalaman Bertani Lama Pengalaman Bertani Tahun Frekuensi Persentase – 5 9 18 – 10 12 24 1 – 15 12 24 15 17 34 otal 50 100 ata-rata 13,09 Sumber : Data Primer diolah 2010

4.5.4 Status Usahatani

Dokumen yang terkait

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

1 80 95

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ( SLPTT ) DARI ASPEK PRODUKSI DAN PENDAPATAN SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

0 5 25

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ( SLPTT ) DARI ASPEK PRODUKSI DAN PENDAPATAN SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

0 2 25

EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI DESA KEDALEMAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

0 4 198

Hubungan Antara Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Jagung ( Kasus: Desa Pulo Bayu, Kecamatan Hutabayuraja, Kabupaten Simalungun)

0 13 91

Hubungan Antara Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (Slptt) Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Jagung ( Kasus: Desa Pulo Bayu, Kecamatan Hutabayuraja, Kabupaten Simalungun)

0 2 91

(ABSTRAK) DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI.

0 1 2

EVALUASI PROGRAM PADA SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI CIHERANG DI GAPOKTAN MAGURU DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 0 12