Jumlah Bibit Sistem Tanam

56 PTT Skor Adopsi Bibit Muda eknologi Penuh 3 16 115 76,6 Sedang eknologi Sedang 2 33 eknologi Rendah 1 1 Sumber : Data primer diolah 2010 Sebagaimana data yang tersaji pada tabel 4.12, sebanyak 16 petani responden menggunakan bibit muda sesuai dengan rekomendasi dari PPL setempat . Ini berarti bahwa petani menanam bibit pada usia muda yaitu pada usia 15 hari setelah semai. Secara keseluruhan tingkat adopsi komponen bibit muda adalah sedang karena persentasenya mencapai 76,6. Petani yang menggunakan bibit kurang sesuai dengan rekomendasi dari PPL sebanyak 33 petani, hal tersebut dikarenakan petani memindah bibit ke lahan pada saat berumur kurang dari 21 HSS. Dan sisanya sebanyak 1 responden tidak menggunakan teknologi.

4.6.3 Jumlah Bibit

Tabel 4.13 Adopsi komponen jumlah bibit Teknologi PTT Kriteria Skor Frekuensi Total Skor Persentase Tingkat Adopsi umlah Bibit eknologi Penuh 3 28 124 82,7 Tinggi eknologi Sedang 2 18 eknologi Rendah 1 4 Sumber : Data primer diolah 2010 Jumlah bibit yang dianujurkan oleh PPL adalah 1-3 bibit, manfaatnya yaitu untuk mengurangi persaingan bibit antar rumpun, kemudian memaksimalkan pencapaian jumlah anakan, memaksimalkan peluang 57 tercapainya potensi hasil suatu varietas dan yang terakhir dapat menghemat penggunaan benih. Dari tabel 4.13 sebanyak 28 petani responden memakai teknologi yang di anjurkan oleh PPL. Selanjutnya sebanyak 18 petani responden menggunakan jumlah bibit sebanyak 4-5 dalam satu rumpun tanam dan sisanya sebanyak 4 petani responden menerapkan jumlah bibit lebih banyak yaitu lebih dari 5 dalam satu rumpun. Dari tabel 4.13 di peroleh total skor sebanyak 124 atau 82,7 yang artinya tingkat adopsi komponen teknologi jumlah bibit termasuk tinggi.

4.6.4 Sistem Tanam

Sistem tanam adalah jarak tanam yang di gunakan oleh petani responden dalam usaha tani padinya. Berdasarkan pada tabel 4.14, sebanyak 9 petani menggunakan sistem tanam yang sesuai dengan rekomendasi dari PPL setempat. Sistem tanam yang dianjurkan PPL adalah sistem jajar legowo 2:1 atau 4:1. Sistem jajar legowo 2:1 yaitu cara tanam berselang-seling 2 baris kemudian 1 baris kosong. Sistem jajar legowo 4:1 adalah cara tanam berselang-seling 4 baris kemudian 1 baris kosong. Penggunaan sistem tanam jajar legowo mempunyai tujuan untuk memudahkan dalam pengendalian hama, penyakit dan gulma. Selain itu penggunaan sistem tanam jajar legowo bertujuan untuk penyediaan ruang kosong untuk pengaturan air. Sebanyak 37 petani menanam bibit pada lahan 58 dengan jumlah yang kurang sesuai dengan rekomendasi dari PPL dan kurang sesuai dalam penerapan sistem tanam. Dan sebanyak 4 petani responden tak mempergunakan teknologi. Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa tingkat adopsi untuk komponen teknologi sistem tanam adalah sedang dengan persentase 70. Tabel 4.14 Adopsi komponen sistem tanam Teknologi PTT Kriteria Skor Frekuensi Total Skor Persentase Tingkat Adopsi Sistem Tanam eknologi Penuh 3 9 105 70 Sedang eknologi Sedang 2 37 eknologi Rendah 1 4 Sumber : Data primer diolah 2010

4.6.5 Pemupukan N berdasarkan tingkat kehijauan warna daun

Dokumen yang terkait

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

1 80 95

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ( SLPTT ) DARI ASPEK PRODUKSI DAN PENDAPATAN SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

0 5 25

DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU ( SLPTT ) DARI ASPEK PRODUKSI DAN PENDAPATAN SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA

0 2 25

EFEKTIVITAS PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI DESA KEDALEMAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

0 4 198

Hubungan Antara Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Jagung ( Kasus: Desa Pulo Bayu, Kecamatan Hutabayuraja, Kabupaten Simalungun)

0 13 91

Hubungan Antara Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (Slptt) Dengan Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Jagung ( Kasus: Desa Pulo Bayu, Kecamatan Hutabayuraja, Kabupaten Simalungun)

0 2 91

(ABSTRAK) DAMPAK PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI.

0 1 2

EVALUASI PROGRAM PADA SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI CIHERANG DI GAPOKTAN MAGURU DESA PULUTAN KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 0 12