575
BAB VIII PENUTUP
8.1 Sintesis 8.1.1 Kinerja Ekonomi Sulteng
Kinerja ekonomi Sulteng diukur dengan pertumbuhan output PDRB, pengangguran, inflasi dan distribusi pendapatan. Dalam kurun waktu analisis,
pertumbuhan ekonomi Sulteng cenderung konstan. Hal tersebut disebabkan oleh pertama, terjadinya krisis ekonomi dunia dalam paruh kedua dekade 1990an. Kedua,
adanya indikasi kebocoran ekonomi melalui perdagangan kakao biji. Kebocoran tersebut sangat tinggi rata-rata di atas 50 dalam paruh kedua dekade 1990an.
Pertumbuhan ekonomi yang cenderung konstan masih mampu mendorong pertumbuhan PDRB kapita. Sebaliknya, pertumbuhan PDRB kapita menarik
mundur pertumbuhan pendapatan per kapita PPK. Hal ini merupakan indikator tambahan dari kebocoran ekonomi. Dalam kondisi yang demikian, pertumbuhan
ekonomi masih mampu menurunkan pengangguran. Sayangnya, penurunan pengangguran di kabupaten-kabupaten propinsi tersebut tidak berpengaruh nyata
terhadap inflasi di kabupaten-kabupaten tersebut. Jadi, inflasi telah menjadi momok dalam kehidupan masyarakat di tingkat grass root kabupaten-kabupaten di Sulteng.
Meskipun demikian, di tingkat perekonomian propinsi, penurunan pengangguran mampu meredam gejolak inflasi.
Konsekuensi logis dari kebocoran ekonomi, penurunan pengangguran yang sangat lambat, dan inflasi ialah distribusi pendapatan dalam Sulteng yang cenderung
timpang. Meskipun demikian, distribusi pendapatan antar-kabupaten cenderung merata. Kondisi kinerja ekonomi Sulteng yang demikian berdampak pada PPK yang
cenderung konstan, dan penurunan jumlah penduduk miskin yang sangat lambat.
8.1.2 Pengaruh Tarikan Sisi Permintaan
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi oleh tarikan permintaan dan dorongan penawaran. Peranan komoditi kakao biji terhadap perekonomian Sulteng
576 dapat ditelusuri hingga ke pengaruh tarikan sisi permintaannya dan pengaruh dorongan
sisi penawarannya. Tabel 95 dan Tabel 96 menginformasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Sulteng
dalam dekade 1980an dan dekade 2000an secara dominan ditarik oleh sisi permintaan. Hal ini sebenarnya mengisyaratkan bahwa fundamental ekonomi Sulteng masih lemah.
Dalam dekade 1990an, pengaruh tarikan permintaan berkurang hingga di bawah 50 persen. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam dekade tersebut fundamental ekonomi
Sulteng membaik. Fundamental ekonomi Suleng yang tampak kuat dalam dekade 1990an sebenarnya
sangat berkorelasi dengan peranan komoditi kakao biji. Komoditi kakao biji yang didefinisikan dalam dua sektor, yaitu NPKB nilai produksi kakao biji dan NTNKB
nilai tataniaga komoditi kakao biji diharapkan tidak saja dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui sisi permintaan, tetapi juga melalui sisi penawaran.
Makin kurang ketergantungan komoditi tersebut terhadap sisi permintaan, makin kuat dorongan sisi penawarannya.
8.1.3 Pengaruh Dorongan Sisi Penawaran
Dalam paruh kedua dekade 1990an, pada saat krisis ekonomi melanda dunia, sisi permintaan ekonomi Sulteng tidak dapat diandalkan, sehingga sisi penawarannya yang
berbasis kakao biji menjadi alternatif yang paling baik. Oleh karena itu, ekonomi Sulteng masih bisa bertumbuh hingga hampir 4 persen, sementara ekonomi nasional
mengalami stagnasi bertumbuh 2. Tabel 96 menginformasikan bahwa dalam paruh kedua dekade 1990an
kemampuan dorong komoditi kakao biji tergolong sangat tinggi, baik nilai produksi maupun nilai tataniaganya. Hal ini berkorelasi positif dengan tingkat kemampuan daya
dorong sisi penawaran ekonomi Sulteng. Sebenarnya, sejak paruh kedua dekade 1980an, kemampuan dorong sisi penawaran komoditi kakao biji tersebut sudah tinggi,
namun tidak mampu menetralisir kemampuan dorong sektor-sektor lain yang sangat lemah diindikasikan oleh koefisien bertanda negatif dari sektor-sektor lain tersebut.
577 Dalam paruh kedua dekade 2000an, kemampuan dorong komoditi kakao biji
kembali melemah. Hal ini berkorelasi dengan melemahnya kemampuan dorong sisi penawaran ekonomi Sulteng. Meskipun demikian, kondisi tersebut, sebenarnya tidak
perlu dikhawatirkan, karena dalam kondisi ekonomi dunia yang membaik, perekonomian Sulteng kembali dapat memanfaatkan peluang tarikan permintaan.
Tarikan permintaan sebagaimana diilustrasikan dalam persamaan MO.106 merupakan akumulasi pengaruh pertumbuhan nasional dan pengaruh mix industry.
Tampak dalam Tabel 96 bahwa dalam paruh kedua dekade 2000an, pengaruh tarikan nasional sangat tinggi 300.
8.1.4 Peranan Kakao Biji dalam Perekonomian Sulteng