476 sebagaimana diindikasikan oleh probabilitas F-uji dari setiap persamaan yang
bernilai 0,000. Sama dengan BM sebelumnya, semua persamaan dalam BM
makroekonometrik wilayah adalah dalam bentuk log ganda, oleh karena itu, koefisien regresi dari setiap persamaan tersebut juga merupaka koefisien
elastisitas dari peubah-peubah penjelas terhadap peubah respon. Selanjutnya, sebagainmana dikemukakan sebelumnya bahwa hasil estimasi dengan
memanfaatkan teknik SUR lebih baik dibandingkan dengan hasil estimasi dengan menggunakan dua teknik lainnya kecuali untuk persamaan MO.74
dan MO.89, maka penafsiran model didasarkan atas koefisien-koefisien hasil estimasi dengan teknik tersebut. Sementara itu, untuk persamaan MO.74 dan
MO,89 ditafsirkan dengan menggunakan hasil estimasi teknik GLS.
A. Persamaan MO.62, Persamaan Pertumbuhan Nilai Perdagangan
Bersih Kakao Biji
Penafsiran model makroekonometrik wilayah dimulai dengan penafsiran persamaan pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji, yaitu persamaan
MO.62. Nilai bersih perdagangan kakao biji telah didefinsikan dalam persamaan MO.47 BM I Tabel 4. Dalam bentuk pertumbuhan, nilai
perdagangan bersih net trade tersebut diintroduksikan sebagai peubah respon dalam persamaan MO.62. Persamaan tersebut dibangun dengan
mengintroduksikan 16 peubah penjelas. Lebih dari separuh 11 dari peubah- peubah penjelas tersebut, bertanda sesuai harapan lihat Tabel 75. Hasil
analisis menunjukkan bahwa adj-R
2
bernilai 0,8777 mengartikan bahwa 87,77 persen variasi peubah-peubah penjelas menerangkan variasi peubah respon.
Nilai tersebut secara statistik sangat nyata yang diindikasikan oleh probabilitas F-stat bernilai 0,0000. Hal ini mengartikan bahwa persamaan
MO.62 memiliki kemampuan prediksi yang tinggi. Kemampuan tersebut didukung oleh nilai DW-stat dan Durbin h stat yang mengindikasikan tidak
adanya otokorelasi dalam persamaan tersebut.
477 Parameter dugaan peubah pertumbuhan penawaran kakao biji per
kabupaten GSUPPLYKB
it
memiliki tanda positif, sesuai harapan, namun tidak nyata secara statistik. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penawaran
kakao biji yang cenderung konstan. Hasil analisis konfirmasi regresi parsial di mana peubah jumlah kakao biji yang ditawarkan sebagai peubah respon dan
tahun merupakan peubah penjelas menunjukkan bahwa koefisien peubah tahun meskipun bertanda positif 0,0057, namun tidak nyata secara statistik P =
0,6860. Tidak seperti peubah pertumbuhan penawaran kakao biji, peubah
pertumbuhan produksi kakao biji GPRODKBit? memiliki parameter dugaan yang positif, sesuai harapan, dan sangat nyata secara statistik. Hal ini
mengindikasikan bahwa sisa stok kakao biji yang sebesar 20 persen setiap tahun sebagaimana telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya memiliki pengaruh
yang cukup berarti. Pengaruh tersebut yang membuat perbedaan antara koefisien pertumbuhan penawaran dan koefisien pertumbuhan produksi.
Dengan demikian, salah satu pernyataan yang dikemukakan dalam hipotesis butir viii bahwa ada hubungan yang nyata dan positif antara pertumbuhan
perdagangan bersih kakao biji. dengan pertumbuhan produksi kakao biji, teruji kebenarannya. Adapun, produksi kakao biji itu sendiri sebagaimana
diilustrasikan dalam bab sebelumnya dalam Tabel 69 adalah responsif terhadap kebijakan subsidi, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Sejalan dengan pengaruh peubah pertumbuhan produksi kakao biji, nilai dugaan parameter dari peubah inflasi bertanda negatif, sesuai harapan, dan
nyata secara statistik. Hal ini mengartikan bahwa makin tinggi inflasi, makin kurang pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji. Hal tersebut tidak
konsisten dengan hasil analisis persamaan MO.45 yang menunjukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kakao biji. Hal ini
mengisyaratkan bahwa inflasi telah melemahkan harga-harga riil kakao biji di pasar domestik kabupaten.
478 Selain tiga peubah internal yang dikemukakan di atas, peubah-peubah
penjelas lainnya yang diintroduksikan ke dalam persamaan MO.62 adalah peubah-peubah eksternal. Hasil analisis menunjukkan bahwa peubah
pertumbuhan GDP AS bertanda positif, sesuai harapan, dan nyata secara statistik. Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil analisis sebelumnya
dalam BM I persamaan MO.45 di mana GDP AS beda kala satu tahun berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor kakao biji kabupaten-kabupaten
di Sulteng. Perbedaan tersebut dapat ditelusuri ke nilai-nilai peubah respon dalam kedua persamaan tersebut. Dalam persamaan MO.45 peubah respon
adalah nilai fisik kakao biji ton, sementara dalam persamaan MO.62, peubah respon adalah pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji GNPBKB,
sehingga pengaruh harga ekspor dalam nilai rupiah turut memainkan peranan penting dalam pembentukan nilai ekspor. Oleh karena itu, kesimpulan yang
dapat dikemukakan ialah meskipun dalam beda kala satu tahun, GDP AS berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor kakao biji kabupaten-kabupaten
Sulteng, namun pertumbuhan GDP negara tersebut berpengaruh positif dan nyata secara statistik terhadap pertumbuhan NPBKB kabupaten-kabupaten di
Sulteng. Tidak seperti pengaruh pertumbuhan GDP AS, pertumbuhan GDP
Malaysia memiliki pengaruh negatif, tidak sesuai harapan, meskipun sangat nyata secara statistik. Hal ini mengartikan bahwa makin tinggi pertumbuhan
GDP negara tujuan ekspor utama tersebut, negara tersebut akan mengurangi impornya dari kakao biji asal kabupaten-kabupaten Sulteng, dan menambah
impor kakao biji berkualitas baik dari Ghana dan Pantai Gading. Hasil analisis tersebut konsisten dengan hasil analisis persamaan MO.45 dalam BM I di
mana baik dalam tahun berjalan, maupun dalam beda kala satu tahun GDP Malaysia berpengaruh negatif meskipun nyata secara statistik.
Pengaruh kurs kedua negara tersebut berlawanan dengan pengaruh pertumbuhan GDP masing-masing negara tersebut. Parameter dugaan kurs
rupiah terhadap dolar AS KRDA
it
bertanda negatif, tidak sesuai harapan, tetapi
479 sangat nyata secara statistik. Sebaliknya, parameter dugaan kurs rupiah terhadap
ringgit Malaysia bertanda positif, sesuai harapan, dan nyata secara statistik. Hal ini disebabkan oleh tujuan utama ekspor kakao biji Sulteng adalah Malaysia.
Oleh karena itu, makin tinggi kurs rupiah terhadap ringgit makin lemah rupiah terhadap ringgit, makin tinggi tingkat pertumbuhan ekspor kakao biji ke
Malaysia. Selanjutnya, interaksi antar kurs ringgit dan dolar bernilai positif, meskipun tidak nyata secara statistik terhadap tingkat pertumbuhan ekspor
kakao biji. Hasil analisis tersebut konsisten dengan hasil analisis persamaan MO.45 di mana nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, baik dalam tahun berjalan
maupun dalam beda kala satu tahun tidak berpengaruh nyata, sementara kurs rupiah terhadap ringgit Malaysia dalam beda kala satu tahun berpengaruh positif
dan nyata secara statistik. Parameter dugaan indeks harga konsumen kedua negara tujuan ekspor
tersebut menunjukkan pola yang searah dengan dua peubah lainnya, yaitu GDP dan kurs. Nilai dugaan parameter indeks harga AS bertanda positif, tidak sesuai
harapan, meskipun nyata secara statistik. Ini mengartikan bahwa meskipun indeks harga konsumen di negara tersebut cenderung meningkat, namun
permintaan impor kakao biji tetap cenderung meningkat pula. Jadi, kecenderungan peningkatan indeks harga konsumen tidak menjadi alasan bagi
importir dalam meningkatkan permintaan impor kakao biji dari kabupaten- kabupaten di Sulteng. Hal ini sejalan dengan koefisien pertumbuhan GDP
negara tersebut yang juga bertanda positif dan nyata secara statistik. Hasil analisis tersebut juga konsisten dengan hasil analisis persamaan MO.45 yang
menunjukkan bahwa nilai dugaan parameter dari peubah indeks harga AS dalam beda kala satu tahun bertanda positif dan nyata secara statistik.
Hasil analisis di atas sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dalam penafsiran BM I, sebenarnya mendukung kenyataan bahwa permintaan kakao
biji merupakan permintaan turunan. Argumentasi lain tentang hal ini adalah bahwa sektor industri pengolahan di Amerika telah menjadi sektor penting
dalam perekonomian negara tersebut, sehingga meskipun makin tinggi indeks
480 harga konsumen, makin tinggi pula permintaan impor bahan baku kakao biji
yang harus dipenuhi oleh eksportir Indonesia, dalam kasus ini eksportir di Palu. Sama seperti pengaruh indeks harga AS, indeks harga Malaysia
berpengaruh positif, tidak sesuai harapan, meskipun nyata secara statistik. Hasil analisis tersebut konsisten dengan hasil analisis persamaan MO.45 di mana
koefisien tersebut bertanda positif, dan nyata secara statistik dalam tahun berjalan. Hasil-hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa bahan baku
kakao biji asal kabupaten-kabupaten di Sulteng benar-benar merupakan bahan baku penting industri kakao di negara tujuan ekspor utama tersebut, sehingga
meskipun indeks harga negara tersebut cenderung meningkat, permintaan impor kakao biji negara tersebut juga tetap cenderung meningkat.
Meskipun peubah indeks harga kedua negara tujuan ekspor kakao biji asal Sulteng bertanda positif, tidak sesuai harapan, namun nyata secara statistik.
Iinterkasi kedua peubah tersebut juga bertanda positif, tidak sesuai harapan, namun tidak nyata secara statistik. Ini mengindikasikan bahwa meskipun kedua
negara tersebut merupakan negara tujuan utama ekspor, namun kinerja ekonomi yang digambarkan oleh indeks harga konsumen tidak saling mempengaruhi.
Hal ini sebenarnya, konsisiten dengan interaksi antara kedua mata uang negara tersebut yang dikonversi ke rupiah yang menunjukkan tidak nyata secara
statistik. Peubah eksternal terakhir yang diintroduksikan ke dalam persamaan
MO.62 adalah peubah pertumbuhan penduduk kedua negara tujuan utama ekspor kakao biji. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai dugaan parameter
dari peubah pertumbuhan penduduk AS, dan peubah pertumbuhan penduduk Malaysia, keduanya bernilai positif dan sangat nyata secara statistik. Koefisien
elastisitas peubah pertumbuhan penduduk AS merupakan koefisien elastisitas terbesar dalam persamaan tersebut. Ini mengartikan bahwa pertumbuhan
NPBKB kabupaten-kabupaten di Sulteng sangat responsif terhadap
pertumbuhan penduduk AS. Demikian pula terhadap pertumbuhan penduduk Malaysia, karena nilai koefisien elastisitas peubah tersebut masih lebih besar
481 daripada satu. Oleh karena koerfisien AR1 bertanda positif, maka ini
mengisyaratkan bahwa dalam jangka panjang responsivitas pertumbuhan NPBKB terhadap pertumbuhan penduduk kedua negara tujuan utama ekspor
tersebut, makin tinggi. Hasil analisis di atas konsisten dengan hasil analisis persamaan MO.45
yang menunjukkan bahwa koefisien elastisitas peubah penduduk Malayisa dalam tahun berjalan bertanda positif, lebih besar daripada satu yang merupakan
koefisien yang terbesar dalam persamaan tersebut, dan sangat nyata secara statistik Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun permintaan kakao biji
merupakan permintaan turunan, namun taste telah direpresentasikan oleh jumlah penduduk Malaysia.
AR4 bertanda negatif dan sangat nyata secara statistik yang
mengartikan bahwa pertumbuhan NPBKB empat beda kala satu tahun menarik mundur pertumbuhan NPBKB dalam tahun berjalan. Selanjutnya, AR1
bertanda positif, namun tidak nyata secara statistik. Hal ini mengartikan bahwa dalam jangka pendek GNPBKB cenderung konstan. Meskipun demikian,
dalam jangka panjang GNPBKB kabupaten-kabupaten di Sulteng cenderung meningkat. Hal ini diindikasikan oleh nilai koefisien tahun yang bertanda
positif, sesuai harapan, dan nyata secara statistik.
B. Persamaan MO.63, Persamaan Pertumbuhan Produksi Kakao Biji