Persamaan MO.39, Persamaan Produktivitas Usahatani Kakao

422 sebelumnya dalam bab yang sama bahwa tidak satu pun investor yang sementara studi dalam pengembangan usaha di Kapet Palapas berinvestasi dalam tanaman kakao. Nilai parameter dugaan AR4 bertanda positif, sesuai harapan namun tidak nyata secara statistik. Hal ini mengartikan bahwa respon luas areal tanam tidak dipengaruhi oleh siklus panen pertama. Jadi, pembukaan areal tanam baru berlangsung setiap tahun dan didrive oleh harga kakao biji yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga-harga komoditi perkebunan lainnya, seperti kopra. Kesimpulan ini konsisten dengan nilai parameter dugaan peubah tahun yang bertanda posifif dan sangat nyata secara statistik. Jadi, luas areal tanam cenderung meningkat terus menerus.

B. Persamaan MO.39, Persamaan Produktivitas Usahatani Kakao

Peubah luas areal tanam dalam tahun berjalan diintroduksikan sebagai peubah penjelas dalam persamaan MO.39. Di samping peubah tersebut, ada 21 peubah penjelas lainnya yang diintroduksikan ke dalam persamaan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 22 peubah penjelas yang diintroduksikan, lebih daripada separuh 15 peubah yang memiliki nilai parameter dugaan bertanda sesuai harapan. Peubah teknologi sebagai peubah penjelas utama memiliki nilai parameter dugaan yang bertanda positif, sesuai harapan, dan nyata secara statistik, baik dalam tahun berjalan maupun dalam beda kala satu tahun.. Ini mengisyaratkan bahwa pengaruh teknologi terhadap produktivitas berlangsung secara sinambung, meskipun tidak elastis. Adapun data teknologi yang digunakan adalah data yang diidentifikasikan berdasarkan konsep TFP, yaitu persamaan MT.15e dan MT.145b. Respon produktivitas terhadap teknologi yang tidak elastis berdampak pada penurunan produktivitas. Hal ini diindikasikan oleh nilai parameter dugaan peubah tahun yang bertanda negatif, tidak sesuai harapan, namun nyata 423 secara statistik. Selain cenderung menurun, tingkat produktivitas usahatani kakao rakyat Sulteng masih jauh dari tingkat produktivitas harapan. Berdasarkan data sekunder kurun waktu 1985 – 2008, yang disajikan dalam Lampiran B17, produktivitas usahatani kakao di propinsi kasus dapat dihitung hanya sebesar 1.165,82 Kg per Ha. Angka ini masih berada di bawah rata-rata produktivitas potensial propinsi tersebut, yaitu 1.266,92 Kg per Ha per Tahun. Angka produktivitas potensial tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani responden sebagaimana telah dikemukakan dalam sub-bab Usahatani. Dalam sub-bab tersebut juga telah dikemukakan produktivitas harapan dua klon unggulan Sulawesi Tengah, yaitu Klon BP-07 2.686 Kg per Ha per Tahun dan Klon SP – 7 2.453 Kg per Ha per Tahun. Hasil analisis yang dipaparkan di atas mengisyaratkan bahwa orientasi petani belum pada intensifikasi adopsi teknologi, melainkan pada ekstensifikasi. Hal ini diisyaratkan oleh nilai dugaan peubah kebijakan ekstensifikasi dalam persamaan MO.38 yang bertanda positif, sesuai harapan, dan nyata secara statistik. Selain itu, wawancara dengan petani mengungkapkan bahwa gairah petani dalam membuka areal baru bukan didorong oleh minat untuk mengembangkan tanaman tersebut sebagai usahatani andalan, melainkan oleh faktor bantuan proyek. Jadi, petani telah tergantung pada proyek, sehingga kebijakan yang tidak disertai oleh bantuan dana tidak akan direspon oleh petani. Pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti di desa-desa sampel dari kabupaten-kabupaten sampel memperkuat kesimpulan tersebut. Ini terungkap dari pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada peneliti oleh para petani sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Paparan di atas konsisten dengan hasil analisis yang menunjukkan bahwa nilai parameter dugaan luas areal tanam menghasilkan dalam tahun berjalan meskipun bertanda negatif, sesuai harapan, namun tidak nyata secara statistik. Padahal, sebenarnya luas areal tanam dan produktivitas berbanding terbalik, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai parameter dugaan peubah tahun dalam persamaan MO.38 dan MO.39. 424 Sama dengan pengaruh harga kakao di tingkat petani terhadap luas areal tanam yang menghasilkan dalam persamaan MO.38, maka dalam peramaan MO.39, peubah harga kakao biji di tingkat petani dalam tahun berjalan juga memiliki nilai parameter dugaan yang bertanda, sesuai harapan, dan nyata secara statistik. Hal ini mengisyaratkan bahwa dengan harga kakao biji tersebut, petani telah mampu mengadopsi teknologi. Meskipun respon produktivitas tersebut terhadap teknologi adalah tidak elastis. Harga peubah input faktor, baik harga pupuk maupun pestisida memiliki nilai dugaan parameter positif, tidak sesuai harapan, meskipun nyata secara statistik. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat pertumbuhan harga-harga input faktor pupuk dan pestisida yang sangat tinggi. Sebagaimana telah dibahas dalam persamaan MO.38 tingkat pertumbuhan harga-harga riil pupuk rata-rata 36,68 per tahun Tabel 67. Sebaliknya, produktivitas usahatani kakao biji, dalam jangka menengah cenderung konstan sebagaimana diindikasikan oleh koefisien AR4 yang meskipun bertanda positif, sesuai harapan, namun tidak nyata secara statistik. Bahkan dalam jangka panjang produktivitas usahatani kakao rakyat Sulteng cenderung menurun, sebagaimana diindikasikan oleh nilai parameter dugaan peubah tahun yang bertanda negatif, tidak sesuai harapan, namun nyata secara statistik. Selain apa yang dikemukakan di atas, alasan lain yang dapat dikemukakan ialah tingkat stasioneritas data yang tidak sama. Peubah-peubah penjelas harga pupuk dan harga pestisida stasioner pada level integrated 1, sementara peubah respon produktivitas stasioner pada level integrated 0. Hasil analisis konfirmasi dengan memanfaatkan data produktivitas yang stasioner pada level integrated 1, menunjukkan bahwa pengaruh kedua peubah tersebut tidak nyata secara statistik. Bagi petani yang memanfaatkan fasilitas kredit dalam pembelian faktor-faktor produksi dalam rangka peningkatan produktivitas sangat memperhatikan tingkat bunga bank dalam tahun berjalan. Jadi, tidak seperti dalam kasus luas areal tanama menghasilkan di mana pengaruh tingkat bunga 425 bank memiliki beda kala satu tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat bunga bank berpengaruh negatif dan nyata secara statistik dalam tahun berjalan, sementara pengaruh tersebut tidak nyata secara statistik dalam beda kala satu tahun. Hampir sama dengan pengaruh peubah tingkat bunga bank riil, peubah tingkat upah riil buruh tani di perdesaan juga berpengaruh negatif, sesuai harapan dan nyata secara statisitik, baik dalam tahun berjalan maupun dalam beda kala satu tahun. Keadaan ini konsisten dengan hasil analisis dalam bab sebelumnya bahwa tenaga kerja baik dalam maupun luar keluarga telah dimanfaatkan secara efisien. Hasil-hasil analisis tersebut secara common sense adalah logis, karena usahatani kakao membutuhkan pemeliharaan yang intensif, tidak seperti tanaman perkebunan lainnya, kelapa dalam. Kebalikan dari pola pengaruh upah buruh tani, inflasi berpengaruh positif, tidak sesuai harapan, meskipun nyata secara statistik dalam tahun berjalan. Jadi, tidak seperti dalam respon luas areal tanam menghasilkan, produktivitas merespon inflasi tersebut tanpa beda kala. Hal ini terkait dengan nilai kurs rupiah terhadap dolar AS, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Pengaruh inflasi dalam beda kala satu tahun tidak nyata secara statistik. Pengaruh yang tidak nyata juga ditunjukkan oleh peubah kebijakan subsidi. Interaksi peubah kebijakan subsidi dengan peubah harga pupuk dan harga pestisida juga tidak nyata secara statisitk. Hal ini mengisyaratkan bahwa kebijakan subsidi input faktor yang pernah dinikmati oleh petani dalam Pemerintahan Orde Baru tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas. Sama dengan pengaruh peubah boneka kebijakan subsidi, pengaruh peubah harga kopi biji juga tidak nyata secara statistik. Jadi, seperti pada respon luas areal tanam di mana harga kopi biji tidak berpengaruh nyata pada peningkatan produktivitas usahatani kakao. Berdasarkan kedua hasil analisis 426 tersebut MO.38 dan MO.39, dapat disimpulkan bahwa tanaman kopi bukan merupakan tanaman pesaing dari tanaman kakao. Kesimpulan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan petani yang mengungkapkan bahwa tidak satu pun petani kakao mengusahakan usahatani kopi. AR4 bertanda positif, sesuai harapan, namun tidak nyata secara statistik. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam jangka menengah, produktivitas usahatani kakao cenderung konstan. Padahal, dalam jangka pendek, produktivitas tersebut tampak cenderung meningkat, sebagaimana diindikasikan oleh AR1 yang bertanda positif, sesuai harapan, namun nyata secara statistik. AR1 diintroduksikan ke dalam persamaan MO.39 untuk mengidentifikasikan pengaruh tingkat produktivitas tahun sebelumnya terhadap tingkat produktivitas tahun berjalan. Hasil analisis tersebut sebenarnya bahwa sebenarnya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, tingkat produktivitas yang ada memotivasi petani dalam meningkatkan produktivitas usahatani. Motivasi merupakan faktor yang sangat mendasar dalam pengembangan suatu wilayah sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab Tinjauan Pustaka. Paparan di atas menunjuikkan bahwa motivasi sangat diperlukan oleh petani kakao di Sulteng, baik dalam jangka pendek, menengah, maupun dalam jangka panjang. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai parameter dugaan dari peubah tahun bertanda negatif, tidak sesuai harapan, namun nyata secara statistik. Ini mengisyaratkan bahwa dalam jangka panjang produktivitas usahatani kakao cenderung menurun.

C. Persamaan MO.40, Produksi Kakao Biji