Persamaan MO.71, Persamaan Pertumbuhan PDRB Kakao Biji

520 Ini berarti bahwa dalam jangka pendek makin kurang jumlah rumah tangga miskin, makin tinggi pertumbuhan ekonomi kabupaten. Pengaruh tersebut masih berlangsung dalam jangka panjang, namun dalam kekuatan pengaruh yang makin berkurang sebagaimana diindikasikan oleh koefisien AR1 yang bertanda negatif, tetapi nyata secara statistik. Hal ini konsisten dengan kecenderungan penurunan jumlah rumah tangga miskin, sebagaikana diinidkasikan oleh koefisien tahun dalam persamaan MO.90. Dalam persamaan tersebut koefisien tahun bertanda negatif, sesuai harapan, dan nyata secara statistik. Selain disebabkan oleh kecenderungan penurunan jumlah rumah tangga miskin kabupaten-kabupaten di Sulteng, juga disebabkan oleh kecenderungan penurunan pertumbuhan ekonomi kabupten dalam periode analisis. Hal ini diindikasikan oleh koefisien tahun dalam persamaan MO.70 yang bertanda negatif, meskipun nyata secara statistik. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa program-program pengentasan kemiskinan yang diluncurkan baik oleh pemerintah kabupaten, propinsi maupun pusat, meskipun tampaknya bisa mengurangi jumlah penduduk miskin, namun belum bisa meningkatkan kinerja ekonomi kabupaten. Hal ini diindikasikan oleh pertumbuhan ekonomi kabupaten yang cenderung menurun, sebagaimana diindikasikan oleh koefisien tahun bertanda negatif, tidak sesuai harapan, namun nyata secara statistik.

J. Persamaan MO.71, Persamaan Pertumbuhan PDRB Kakao Biji

Sulteng Peubah pertumbuhan ekonomi kabupaten GEKONOMIKit? merupakan salah satu peubah penjelas dalam persamaan pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng, yaitu persamaan MO.71. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa perkebunan usahatani kakao terhampar di semua kabupaten di Sulteng. Oleh karena itu, kinerja pertumbuhan ekonomi kabupaten diharapkan berpengaruh positif atas PDRB kakao biji Sulteng. Selain pertumbuhan ekonomi kabupaten, 521 terdapat peubah penjelas lain 7 peubah yang diintroduksikan ke dalam persamaan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai adj-R 2 Hasil analisis di atas mengisyaratkan bahwa perencanaan pengembangan komoditi kakao biji di tingkat propinsi sudah searah dengan perencanaan dari persamaan tersebut hampir 0,7000 0,6858, dan nyata secara statistik yang diindikasikan oleh nilai probabilitas F-stat sebesar 0,0000. Hal ini mengartikan bahwa 68,58 persen variasi keseluruhan peubah penjelas mampu menerangkan variasi peubah respon. Hal ini mengisyaratkan bahwa persamaan MO.71 memiliki kemampuan prediksi yang cukup tinggi. Kemampuan tersebut ddidukung oleh nilai DW-stat dan Durbin h stat yang menunjukkan tidak adanya otokorelasi serial dalam peubah-peubah penjelas dari persamaan tersebut. Meskipun hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Durbin h stat - 0,4746 dan nilai tersebut nyata secara statistik P = 0,0000. Oleh karena nilai tersebut Durbin h tersebut t-tabel df = 143, sehingga disimpulkan bahwa nilai tersebut tidak nyata. Dari 8 peubah penjelas yang diintroduksikan ke dalam persamaan MO.71, separuh 4 peubah bertanda sesuai harapan. Nilai dugaan parameter peubah pertumbuhan ekonomi kabupaten GEKONOMIKit? bertanda positif, sesuai harapan, dan nyata secara statistik. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi kabupaten mendorong pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt?. Sayangnya, dalam jangka panjang dorongan tersebut akan berkurang, sebagaimana diindikasikan oleh koefisien AR1 bertanda negatif, meskipun nyata secara statistik. Pengurangan dorongan tersebut sebenarnya disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi kabupaten dalam jangka panjang yang cenderung menurun, sebagaimana diindikasikan oleh koefisien peubah tahun dalam persamaan MO.70 yang bertanda negatif, dan nyata secara statistik. Hal ini berarti bahwa apabila kecenderungan pertumbuhan ekonomi dapat dialihkan menjadi meningkat atau minimal konstan, maka dorongan pertumbuhannya terhadap pertumbuhan PDRB kakao biji diharapkan dalam jangka panjang akan meningkat, bukan berkurang. 522 pembangunan pertumbuhan ekonomi kabupaten. Kesimpulan tersebut dapat ditelusuri melalui tarikan pertumbuhan ekonomi kabupaten GEKONOMIKit? terhadap pertumbuhan sektor pertanian kabupaten GSPERTKit?. Sebagaimana diilustrasikan dalam persamaan MO.66 bahwa ternyata tarikan tersebut adalah tarikan positif dan nyata secara statistik. Pengaruh tarikan tersebut merupakan pengaruh terbesar dari semua pengaruh peubah-peubah penjelas yang diintroduksikan ke dalam persamaan MO.66. Jadi, perencanaan pengembangan sektor pertanian kabupaten secara agregat adalah searah dengan perencanaan pembangunan ekonomi kabupaten. Harapan bahwa pertumbuhan sektor pertanian dapat menarik pertumbuhan subsektor perkebunan juga terpenuhi sebagaimana diilustrasikan dalam persamaan MO.65. Dalam persamaan tersebut tampak bahwa pertumbuhan sektor pertanian berpengaruh secara positif dan sangat nyata secara statistik terhadap pertumbuhan subsektor perkebunan. Juga tarikan tersebut merupakan tarikan terbesar dari semua peubah penjelas yang diintroduksikan ke dalam persamaan tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya keselarasan perencanaan pengembangan subsektor perkebunan sebagai salah satu subsektor pendukung sektor pertanian dengan perencanaan pengembangan sektor pertanian itu sendiri. Pertumbuhan subsektor perkebunan kabupaten yang diharapkan menarik pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten menunjukkan pengaruh sebagaimana yang diharapkan, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil analisis persamaan MO.64. Meskipun pengaruh tersebut bukan merupakan pengaruh tarikan terbesar dalam persamaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa perencanaan pengembangan subsektor perkebunan searah dengan pengembangan komoditi kakao biji kabupaten-kabupaten di Sulteng. Sebaliknya pengembangan komoditi kakao di kabupaten-kabupaten Sulteng searah dengan pengembangan subsektor perkebunan di kabupaten-kabupaten tersebut. 523 Oleh karena PDRB kakao biji propinsi merupakan akumulasi dari PDRB kakao biji kabupaten, maka keselarasan yang dijelaskan di atas muncul dalam perencanaan pengembangan komoditi kakao di tingkat propinsi dengan perencanaan pembangunan ekonomi kabupaten secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi kabupaten GEKONOMIKit? berpengaruh positif dan nyata secara statistik terhadap pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt?, sebagaimana hasil analisis yang telah dikemukakan di atas. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa PDRB kakao biji Sulteng adalah akumulasi PDRB kakao biji kabupaten, maka konsekuensi logis dari hal tersebut ialah bahwa pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten GPDRBKBKit? dapat mendorong pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt?. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai dugaan peubah penjelas tersebut GPDRBKBKit? bertanda positif, dan sangat nyata secara statistik. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan PDRB kakao biji di kabupaten-kabupaten Sulteng GPDRBKBKit? mendorong pertumbuhan PDRB kakao biji SultengGPDRBKBSt?, sebagaimana yang diharapkan. Hasil analisis di atas dan hasil analisis persamaan MO.64 menunjukkan bahwa hubungan kedua peubah yang dibicarakan di atas merupakan hubungan yang simetris. Jadi, pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten GPDRBKBKit? mendorong pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt?. Sebaliknya, pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt? menarik pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten GPDRBKBKit?. Tidak seperti pengaruh peubah-peubah penjelas yang telah dikemukakan sebelumnya, pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji kabupaten GNPBKBit? berpengaruh negatif, tidak sesuai harapan, meskipun sangat nyata secara statistik. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji kabupaten GNPBKBit? menarik mundur pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt?. Padahal, pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji kabupaten GNPBKBit? cenderung meningkat dan nyata secara 524 statistik, sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan MO.62, sehingga peubah penjelas tersebut menarik naik pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten GPDRBKBKit, sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan MO. 64. Selanjutnya, GPDRBKBKit? mendorong pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt? sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Meskipun pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji GNPBKBit? berpengaruh negatif, namun pengaruh tersebut dinetralisir oleh pengaruh pertumbuhan kakao biji kabupaten GPDRBKBKit? yang positif dan lebih besar. Jadi, makin tinggi pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji kabupaten GNPBKBit? yang berpengaruh negatif, namun pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng tetap makin tinggi. Hal ini disebabkan oleh keadaan di mana makin tinggi nilai perdagangan bersih kakao biji kabupaten, makin tinggi pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten, dan selanjutnya makin tinggi pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng. Peubah lain yang diintroduksikan sebagai peubah penjelas dalam persamaan MO.71 adalah peubah pertumbuhan PDRB subsektor perdagangan yang berasal dari margin tataniaga kakao biji Sulteng GPSSPAMTNKBSt?, sebagai konsekueni logis dari konsep keterkaitan antar-industri yang membangun perekonomian wilayah. Nilai dugaan parameter peubah penjelas tersebut dalam tahun berjalan bertanda positif, sesuai harapan, dan sangat nyata secara statistik. Nilai dugaan tersebut meskipun tidak lebih besar daripada satu, namun merupakan nilai dugaan terbesar dalam persamaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan keterkaitan I-O antar kedua peubah tersebut cukup kuat dan sangat nyata dalam jangka pendek. Sayangnya dalam jangka panjang hubungan tersebut akan berkurang sebagaimana diindikasikan oleh koefisien AR1 yang bertanda negatif, meskipun nyata secara statistik. Peubah pertumbuhan subsektor perkebunan Sulteng GSSPERKSit merupakan peubah penjelas yang diharapkan dapat menarik tingkat pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng. Sayangnya, meskipun nilai dugaan parameter peubah penjelas tersebut bertanda positif, sesuai harapan, namun 525 tidak nyata secara statistik. Hasil analisis ini tidak konsisten dengan keadaan di tingkat kabupaten di mana pertumbuhan subsektor perkebunan menarik pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten secara nyata. Hal tersebut sebenarnya disebabkan oleh pertumbuhan subsektor perkebunan Sulteng GSSPERKSt? yang cenderung konstan, sebagaimana diindikasikan oleh koefisien tahun yang meskipun bertanda positif, sesuai harapan, namun tidak nyata secara statistik dalam persamaan MO.72. Sementara itu, pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng GPDRBKBSt? bahkan cenderung menurun, sebagaimana diindikasikan oleh koefisien tahun yang bertanda negatif, tidak sesuai harapan, namun nyata secara statistik dalam persamaan MO.71. Hasil analisis di atas mengisyaratkan bahwa meskipun di tingkat kabupaten perencanaan subsektor perkebunan searah dengan pengembangan kakao biji, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, namun di tingkat propinsi hal tersebut belum berlangsung. Jadi, di tingkat propinsi kebijakan- kebijakan pengembangan subsektor perkebunan belum optimal ditujukan kepada pengembangan kakao biji sebagai komoditi primadona di Sulteng. Ini diperkuat oleh hasil analisis yang menunjukkan bahwa daya saing komoditi kakao biji Sulteng meskipun bertanda positif, namun masih sangat jauh dari nilai optimal, sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Paparan di atas menunjukkan bahwa salah satu pernyataan dalam hipotesis butir viii, yaitu, terdapat hubungan positif dan nyata secara statistik antara pertumbuhan PDRB kakao biji dengan pertumbuhan subsektor perkebunan; di tingkat propinsi belum teruji kebenarannya, meskipun di tingkat kabupaten hubungan tersebut telah teruji kebenarannya. Selain koefisien tahunit?, koefisien AR1 dan AR4 bertanda negatif, tidak sesuai harapan, namun juga nyata secara statistik. Ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan PDRB kakao biji yang cenderung menurun, tidak saja terjadi dalam jangka panjang, tetapi juga dalam jangka menengah, dan jangka pendek. Jadi, penurunan pertumbuhan tersebut tergolong konsisten. Konsistensi tersebut juga berlangsung di tingkat kabupaten, meskipun di tingkat 526 kabupaten pertumbuhan peubah tersebut cenderung konstan sebagaimana diilustrasikan dalam persamaan MO.64.

K. Persamaan MO.72, Pertumbuhan Subsektor Perkebunan Sulteng