The Regional Economic Model for Cocoa Beans Commodity of Central Sulawesi Province

(1)

MODEL EKONOMI WILAYAH

KOMODITI KAKAO BIJI PROPINSI SULAWESI TENGAH

M.R. YANTU

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi Model Ekonomi Wilayah Komoditi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah ialah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Disertasi ini.

Bogor, Juni 2011

M.R.Yantu P063020021


(3)

iii

ABSTRACT

M.R.YANTU. The Regional Economic Model for Cocoa Beans Commodity of Central Sulawesi Province. Under Direction of BAMBANG JUANDA, HERMANTO SIREGAR, ISANG GONARSYAH, and SETIA HADI.

The aim of the study was to develop a model for the economy of Central Sulawesi Province that bases on cocoa beans commodity Methods of analysis used were R/C ratio, significance test, production function, scale analysis, price efficiency analysis, game theory, logit model, S-C-P model, marketing margin analysis, fixed effect model, constant market share, shift share analysis, Gini ratio, and Theil Index. Data used were time series data 1985 – 2008 by regency about cocoa, population, prices and consumer price index, GDRP, income and its distribution, GDP and population of Malaysia and USA. Furthermore primary data were used too. It was taken by purposive and un-proportional stratified random sampling technique, so that 160 farmers and 46 traders were interviewed. The study developed a model for Sulteng economy that bases cocoa beans commodity. Based on the model, the effect of demand side has been dominated growth of the region economy. On the contrary, in the world economic crisis, the supply side can be traded on. The study recommended (i) program of empowerment for farmers in field of market information; (ii) program of development for marketing institutional of cocoa beans at farm level; (iii) the export volume of cocoa beans to Malaysia shall be increased, so the subsidy policy for factor inputs indirectly like in the Cocoa Gernas Program shall be maintained until condition of farmers stand alone financially; (iv) the economic growth that was pushed by supply side shall be increased by planning of regional economic growth that base cocoa beans. The planning will empty into a training program of cultivation technology, time after cocoa harvest (pascapanen), and cocoa institutional. Finally, some continuation studies that will be made compulsory are (i) participatory research for model development of the cocoa marketing institutional at farm level; (ii) experimental research (game theory) for verifying institutional conclusions of this study; (iii) simulation study that will refer to natural resources (agro-ecology); and (iv) revision study for the regional economy model of cocoa beans that was developed in this study, especially block model II.


(4)

iv

RINGKASAN

M.R.YANTU. Model Ekonomi Wilayah Komoditi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah. Dibawah Bimbingan BAMBANG JUANDA, HERMANTO SIREGAR, ISANG GONARSYAH, dan SETIA HADI.

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model ekonomi wilayah Sulteng berbasis komoditi kakao biji. Secara rinci penelitian ini bertujuan (i) menganalisis kelayakan usahatani kakao, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitasnya; (ii) mempelajari struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar kakao biji, serta keadaan kelembagaannya; (iii) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon produksi, volume ekspor, daya saing, dan jumlah penduduk miskin; (iv) menganalisis dampak perdagangan domestik kakao biji; dan (v) menganalisis dampak perdagangan internasional kakao biji.

Metode analisis adalah R/C, uji beda rata-rata, fungsi produksi, analisis skala usaha, analisis efisiensi harga, game theory, logit model; S-C-P model, analisis margin tataniaga; fixed effet model; constant market share, shift share analysis, Gini ratio dan Theil Index. Data yang digunakan adalah data sekunder periode 1985 – 2008 menurut kabupaten. Data yang dikumpulkan adalah luas areal tanam kakao, produksi dan harga kakao, penduduk, harga-harga dan IHK, PDRB, pendapatan dan distribusinya, dan GDP, penduduk serta kurs rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor. Selain data sekunder, data primer diambil dengan teknik purposive dan unproportional stratified random sampling. Ada sebanyak 160 petani, dan 46 orang pedagang telah diwawancarai

Penelitian ini telah mengembangkan model ekonomi wilayah kakao biji Sulteng. Berdasarkan model tersebut, pengaruh tarikan sisi permintaan lebih dominan dibandingkan pengaruh dorongan sisi penawaran. Sebaliknya, dalam krisis ekonomi dunia, pengaruh dorongan sisi penawaran dapat diandalkan. Konfirmasi model tersebut dengan model makroekonometrik wilayah menunjukkan bahwa kebocoran ekonomi Sulteng melalui aktivitas ekonomi berbasis komoditi kakao biji kurang berdampak pada pengurangan jumlah penduduk miskin.

Hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani kakao rakyat Sulteng layak, R/C> 1 (3,34 berdasarkan penerimaan riil dan 6,37 berdasarkan penerimaan potensial). Produktivitas usahatani tersebut tergolong rendah (riil, 285,06 Kg, dan potensial, 1,266.92 Kg) dan cenderung menurun. Produktivitas tersebut merespon secara positif harga kakao biji, harga kopi biji, kemajuan teknologi, dan tingkat inflasi. Sebaliknya produktivitas tersebut merespon negatif upah buruh tani dan tingkat bunga bank. Adapun peubah-peubah faktor produksi berpengaruh tidak sesuai harapan.

Produksi kakao biji merespon secara positif harga kakao biji di tingkat petani, kemajuan teknologi, inflasi, kebijakan subsidi input faktor, kebijakan ekstensifikasi, dan harga-harga faktor produksi. Responsivitas tersebut berlangsung baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, dan makin menguat dalam jangka panjang. Sebaliknya, produksi kakao biji juga merespon secara negatif terhadap upah buruh tani dan tingkat bunga bank. Sebenarnya, respon positif dari produksi terhadap harga-harga factor produksi merupakan respon yang tidak diharapkan.


(5)

v

Volume ekspor kakao biji dipengaruhi secara positif oleh jumlah kakao biji yang ditawarkan, kurs rupiah terhadap ringgit Malaysia, jumlah penduduk Malaysia, indeks harga konsumen Malaysia, dan indeks harga konsumen AS dalam beda kala satu tahun. Indeks harga kedua negara tujuan elkspor tersebut bertanda positif tidak sesuai harapan sebenarnya memperkuat kenyataan bahwa permintaan kakao biji merupakan permintaan turunan. Sebaliknya, volume ekspor tersebut dipengaruhi secara negatif oleh GDP kedua negara tujuan ekspor tersebut.

Integrasi pasar kakao biji dalam jangka pendek tidak saja lemah, tetapi juga dalam derajad integrasi yang tidak nyata secara statistik. Bahkan, pasar kakao biji di di tingkat petani dengan pasar domestik kakao biji kabupaten tersegmentasi. Sebenarnya, hal ini disebabkan oleh struktur pasar kakao biji di tingkat petani yang oligopsoni.

Dalam struktur pasar yang oligopsoni, informasi menjadi asimetri bagi petani, sehingga untuk mendapatkan informasi dan bantuan dana, petani membangun kerjasama dengan pedagang. Kerjasama tersebut melembaga dalam bentuk prinsipel – agen, dan memiliki biaya kontrak (bonus-imbalan dana panjar) yang tinggi (40%). Jadi, pasar kakao biji Sulteng belum efektif di mana bagian harga yang diterima petani (83,63%) masih harus dipotong dengan biaya kontrak (bonus). Hal ini menyebabkan petani sulit keluar dari kondisi kemiskinan. Di desa-desa sampel, rumah tangga miskin masih berada di atas 20 persen.

Daya saing kakao biji dipengaruhi secara positif dan nyata secara statistik oleh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji, harga kakao biji di tingkat petani, bunga bank, inflasi dan jumlah pengangguran. Selanjutnya, distribusi pendapatan dipengaruhi secara terbalik dan nyata secara statistik oleh daya saing kakao biji, tingkat pertumbuhan ekonomi Sulteng, kenaikan pengangguran, dan pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji. Terakhir, jumlah rumah tangga miskin dipengaruhi secara terbalik dan nyata secara statistik oleh peningkatan daya saing kakao biji, pertumbuhan ekonomi, kenaikan pengangguran, dan pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji.

Penelitian ini merekomendasikan pertama, dalam rangka meningkatkan integrasi pasar, maka seyogyanya pemerintah (a) mengadakan program pemberdayaan petani dalam aspek informasi pasar, dan (b) memfasilitasi pengembangan kelembagaan pemasaran kakao biji di tingkat petani. Kedua, kinerja perdagangan dengan Malaysia ditingkatkan. Untuk itu, kebijakan subsidi input faktor secara tidak langsung seperti dalam Gernas kakao dapat dipertahankan sampai pada situasi di mana petani mandiri dari aspek dana. Ketiga, pertumbuhan ekonomi melalui dorongan sisi penawaran ditingkatkan melalui perencanaan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan propinsi berbasis kakao biji Perencanaan tersebut bermuara pada program pelatihan teknologi budidaya, pascapanen, dan kelembagaan kakao.

Beberapa penelitian lanjutan yang disarankan ialah (i) penelitian partisipatif pengembangan model kelembagaan pemasaran kakao di tingkat petani; (ii) penelitian eksperimental (game theory) untuk menguji kesimpulan-kesimpulan tentang kelembagaan dalam penelitian ini; (iii) penelitian (simulasi) berbasis sumberdaya alam (agroekologi); dan (iv) revisi blok model makroekonometrik wilayah.


(6)

vi

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(7)

vii

MODEL EKONOMI WILAYAH

KOMODITI KAKAO BIJI PROPINSI SULAWESI TENGAH

M. R. YANTU

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(8)

viii

Judul Disertasi : Model Ekonomi Wilayah Komoditi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah

Nama : M.R. Yantu

NRP : P063020021

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec Ketua Anggota

Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah Dr. Ir. Setia Hadi, M.S Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Dekan Sekolah Pascasarjana Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr


(9)

ix Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup

1. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS

(Ketua Program Studi Agribisnis, Pascasarjana IPB)

2.

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS

(Staf Pengajar pada Departemen ESDL FEM IPB dan pada Program Studi Ilmu - ilmu Perencanaan Pem - bangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pasca - sarjana IPB)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka

1. Dr. Ir. Nizwar Syafaat, MS

(Direktur Litbang PT. Sang Hyang Sri, dan Alumni Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana IPB) 2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec

(Ketua Departemen ESDL FEM IPB dan staf pengajar pada Program Studi Ilmu - ilmu Perencanaan Pem - bangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pasca - sarjana IPB)


(10)

x

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT, Disertasi Model Ekonomi Wilayah Komoditi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah dapat dirampungkan penulis. Disertasi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Doktor pada program studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana IPB. Komoditi kakao biji merupakan komoditi andalan subsektor perkebunan secara khusus dan sektor pertanian secara umum dalam perekonomian Sulteng. Karena Sulteng adalah propinsi pemasok utama kakao biji nasional, dan kakao biji diperdagangkan secara meluas di pasar dunia. Penelitian dalam tema ini diselenggarakan karena kurangnya penelitian-penelitian yang mengkaji kaitan komoditi tersebut dengan perekonomian Sulteng.

Disertasi ini terdiri atas 8 bab, yaitu (i) pendahuluan, (ii) tinjauan pustaka, (iii) metodologi; (iv) gambaran umum wilayah Sulawesi Tengah, (v) kinerja usahatani kakao rakyat Sulawesi Tengah; (vi) model ekonometrik perdagangan kakao biji Sulteng; (vii) model makroekonometrik wilayah; dan (viii) penutup. Sebagian Bab VI telah diringkas dan diberi judul Integrasi Pasar Kakao Biji Perdesaan Sulteng dengan Pasar Kakao Biji Dunia, dan dipulikasikan dalam Jurnal Agro Ekonomi PSE, JAE Vol. 28 No. 2, Oktober 2010 (jurnal terakreditasi).

Penelitian ini memanfaatkan data primer dan sekunder kurun waktu 1985– 2008 menurut kabupaten (terdapat 9 kabupaten). Hingga 1999, Sulteng hanya 4 kabupaten dan 1 kota. Untuk mendapatkan data lengkap dilakukan identifikasi hingga ke kecamatan. Data yang tidak tersedia diadakan dengan teknik intra-, inter- dan exstra-polasi. Data daya saing kakao biji tidak tersedia, dan data distribusi pendapatan hanya satu titik waktu. Untuk mendapatkan data daya saing dilakukan dengan substitusi model CMS dengan SSA. Untuk mendapatkan data distribusi dilakukan dengan kombinasi model Gini Ratio dan Theil Index. Hasil kombinasi kedua model tersebut telah diringkas dan diberi judul The Model Development for Income Distritution in Regional Economy that Bases Agriculture: A Case Study of Economy of Central Sulawesi Province. Artikel tersebut akan diajukan untuk dipublikasikan pada UTIP Working Paper, University of Texas Inequality Project.

Penelitian ini telah mengembangkan model ekonomi Sulteng berbasis kakao biji. yang menunjukkan bahwa pengaruh tarikan sisi permintaan lebih dominan. Sebaliknya, dalam krisis ekonomi dunia, pengaruh dorongan sisi penawaran dapat diandalkan dalam mempertahankan kinerja ekonomi. Konfirmasi dengan model makroekonometrik wilayah menunjukkan bahwa kebocoran dalam ekonomi Sulteng menyebabkan penurunan yang sangat lambat dari jumlah penduduk miskin.

Semoga disertasi ini bermanfaat secara khusus dalam perencanaan pengembangan kakao biji dalam mendukung perekonomian Sulteng, dan secara umum pengembangan ilmu-ilmu perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan. Untuk penyempurnaannya, penulis mengharapkan kritik dan saran. Terima kasih.

Bogor, Juni 2011 M.R. Yantu


(11)

xi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menghaturkan puji syukur yang mendalam ke hadirat Allah SWT, karena sesungguhnya hanya berkat rahmat, inayah dan hidayahNYA, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan disertasi ini. Dalam penulisan disertasi ini, penulis diarahkan oleh tim komisi pembimbing. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang mendalam kepada Yth. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Bambang Juanda, MS, Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Hermanto Siregar, M.Ec, Bapak Prof. Dr. Ir. Isang Gornarsyah, dan Bapak Dr. Ir. Hi. Setia Hadi, M.S, yang berturut-turut ketua dan anggota-anggota komisi, atas bimbingan dan arahan selama penulisan disertasi ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas salah dan khilaf, terutama ketidakkonsistenan dalam menepati jadwal pertemuan-pertemuan dalam rangka penyelesaian disertasi ini.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang mendalam secara berturut-turut kepada Yth Ibu Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS (penguji luar komisi pada ujian tertutup), Dr. Ir. Nizwar Syafaat, MS dan Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim. M.Ec (penguji luar komisi pada ujian terbuka) yang telah memberikan masukan, kritik dan saran untuk penyempurnaan disertasi ini.

Penghargaan dan terima kasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi ini, sebagai berikut :

(i) Rektor, Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Jurusan Agribisnis, dan Ketua Lembaga Penelitian pada Universitas Tadulako beserta staf yang telah memberikan kesempatan (tugas belajar) kepada penulis, dan bantuan finansial serta administrasi selama proses pendidikan. Secara khusus, Bapak Drs. Hi. Sahabuddin Mustapa, M.Si, mantan Rektor UNTAD yang telah memberikan tugas belajar kepada penulis. Juga, kepada Rektor UNTAD yang baru, Prof. Dr. Ir. Muh. Basir Cyio, SE, MS (mantan Dekan FAPERTA UNTAD) yang memberikan dorongan dalam penyelesaian studi. (ii) Prof. Dr. Ir. Hi. Edi Guharja, MSc (IPB), Prof. Dr. Ir. Hi. Lutfi Ibrahim

Nasoetion, MSc (IPB), Prof. Dr. Ir. J.W.P. Mandagi, MSc (UNSRAT), Prof. Dr. Hi. Abdul Wahid Safar, SE, MS (UNTAD), dan Dr. Ir. Elim Bunga


(12)

xii

Somba, MSc (UNTAD) atas rekomendasi yang diberikan dalam memenuhi persyaratan pendaftaran pada Program Doktor IPB.

(iii) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa BPPS kepada penulis dalam program pendidikan pascasarjana program Doktor di IPB.

(iv) Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta staf administrasi atas bantuan dan fasilitas yang telah diberikan selama proses pendidikan.

(v) Pimpinan Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) beserta staf pengajar dan administrasi atas perhatian, dorongan motivasi dan dukungan fasilitas selama proses pendidikan. Secara khusus, dosen yang sempat mengajar penulis berturut-turut Prof. Dr. Ir. Hi. Affendi Anwar, MSc, Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah, Prof. Dr. Ir. Hi. Hermanto Siregar, MEc, Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, MSc, Prof. Dr. Ir. Hi. Bambang Juanda, MS, Dr. Ir. Hi. R.Sunsun Syaifulhakim, M.Agr, dan Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr, atas curahan ilmu dan diskusi yang hangat dalam perkuliahan. Juga kepada Mbak Elva, SE, (Sekretaris Pimpinan Program). (vi) Prof. Dr. Ir. Hi. Affendi Anwar, MSc (IPB), ketua program studi PWD pada

saat penulis mendaftar masuk mahasiswa program magister dan juga pada program doktor, dan penguji pada ujian Preliminasi Lisan, atas saran-saran kritis terhadap penyempurnaan metodologi penelitian untuk disertasi ini. (vii) Para mantan Dekan FAPERTA UNTAD, secara khusus Bapak Ir. Hi.

Burhanuddin Samad, SH yang telah mengesahkan berkas administrasi (pengajuan permohonan kuliah lanjut) bagi penulis. Juga, kepada Dekan FAPERTA UNTAD yang baru, Prof. Dr. Ir. Hi. Alam Anshary, MS. dan Kajur Agribisnis yang baru Ir. John Tomy, M.Si. Terakhir, kepada para mantan Ketua Jurusan Sosek/Agribisnis (Prof. Dr. Ir. Made antara, MP dan Ir. Hadayani, MS) dan mantan Sekjur Sosek (Ir. Abdul Muis, MP) atas informasi administrasi di tingkat jurusan.

(viii) Teman-teman yang telah membantu pengumpulan data, baik primer maupun sekunder berturut-turut Sisfahyuni, SP, MSi (UNTAD); Ludin Yunding, SP, MP (UNISMUH), Taufik, SP, MSi (DISBUN Sulteng), Luh Putu Suciati,


(13)

xiii

SP, MSi (Suci - UNEJ), Masduki, SP, MSi (DEPTAN), Dr. Lukman Lamanaung, ST, M.Si, (KAHMI), Muh. Ilyas, SE, M.Si (KAHMI), Moh. Asdi, SP, MSi (Badan Ketahanan Pangan Sulteng), Fadli, SP, MSi (UNSAM), Eren, SP, MSi (NTT); Elton Paudi (PAN Sulteng), Marlina Paudi, SE (BAPPEDA Parimo), Asdedy, SP dan Kasman Napu, SP (keduanya alumni SOSEK FAPERTA UNTAD), dan Muh. Fadly Mustapa (Muth - asisten pribadi yang bersedia menemani peneliti ke semua desa sampel melintasi hutan tanpa mengeluh sedikit pun). Terakhir, Mas Tatan Suwitka, SP, MSi atas sharing informasi virus asing dan domestik.

(ix) Teman-teman yang selalu dan terus menerus memberikan motivasi dan dorongan dalam penyelesaian studi penulis, berturut-turut Bapak Ir. Hi. Masril Bustami, MSc (Mantan Dekan FAPERTA UNTAD), Prof. Dr. Ir. Muh. Basir Cyio, SE, MS (mantan Dekan FAPERTA UNTAD, dan Rektor UNTAD saat ini), Prof. Ir. Hi. Muh. Salim Saleh, MP (Wadek Bidang Akademik FAPERTA UNTAD), Prof. Dr. Ir. Mahfud, MP (mantan Wadek Bidang Administrasi Keuangan Faperta UNTAD), Prof. Dr. Ir. Hj. Marhawati Mappatoba, MT (Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir/Lautan); Ir. Hadayani, MS (Mantan Kajur Sosek Faperta UNTAD), Ir. Abd. Kadir Paloloang, MP (Mantan Wadek Bidang Akademik Faperta UNTAD), Sisfahyuni, SP, MSi (UNTAD); Ludin Yunding, SP, MP (UNISMUH), A.Aris, SP, MSi (Kementerian Kelautan dan Perikanan), Luh Putu Suciati, SP, M.Si (Suci - UNEJ), Taufik, SP, M.Si (DISBUN Sulteng); Ir. Ketut Rembun (DISTANAK Sulteng), Syaifuddin Abdullah, S.Sos (Dadang - Pemkab Gorontalo), Kartin Abdullah, ST, MMT (Popi - Pemkab Gorut).

(x) Pemerintah Kabupaten Parimo Propinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo, dan Pemerintah Propinsi Gorontalao atas bantuan dana penelitian.

(xi) Pimpinan dan Staf berturut-turut Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi


(14)

xiv

Propinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perdagangan, Industri dan Koperasi Kabupaten Donggala. Selanjutnya, Bupati Parimo dan Bupati Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, atas izin survai dan pengambilan data sekunder.

(xii) Pimpinan BPS Indonesia, secara khusus Bapak Dr. Ir. Slamet Sutomo, MS, Deputi Bidang Analisis Neraca, dan Bapak Erisman, MS, Kadit Statistik Tanaman Perkebunan. Juga, Koordinator Perpustakaan BPS Sulteng, Pak Lahmudin, atas bantuan pengambilan data sekunder.

(xiii) Direktur Statistik Tanaman Perkebunan DITJEN Perkebunan DEPTAN atas bantuan pengambilan data statistik perkebunan, secara khusus tanaman kakao. Juga, Mbak Yaty Nuryaty, SP, MS (Kementerian Perdagangan dan Industri) atas email data harga-harga kakao biji dunia.

(xiv) Dewan Redaksi Jurnal PSE beserta Staf Editor yang bersedia menerima, memberikan rekomenasi, dan menerbitkan sebagian magteri yang diajukan untuk dipublikasikan, secara khusus Dr. Ir. S. Sumaryanto, MS (Ketua Dewan Redaksi) dan Ibu Dra. Tita Dvijati Permata, MSi (Editor). Juga kepada Pimpinan dan Staf Perpustakaan PSE yang senantiasa memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis. Secara khusus, Pak Agus (pensiunan), Pak Edi, Pak Rahmad, Ibu Yani Riani, dan Ibu Sofiah Syarief. (xv) Pimpinan DPP ASKINDO, secara khusus Bapak Is Darmawan, MBA (Wakil

Ketua) atas sharing diskusi tentang ekspor kakao, dan juga atas kiriman buku-buku Kiat Ekspor (ditulis sendiri oleh beliau) ke Jurusan Agribisnis FAPERTA UNTAD. Juga Pimpinan dan Staf DPW ASKINDO Sulteng, Bapak Ir. Tony Mangitung atas informasi perkembangan ekspor kakao asal Sulteng, dan Ibu Ima staf admistrasi atas informasi awal yang diberikan. Juga, staf ahli ASKINDO Sulteng Ir. Muslimin, MP (UNTAD), atas sharing diskusi tentang teknologi pascapanen kakao.

(xvi) Kepala Desa Petimbe Kecamatan Palolo, Kepala Desa Sejahtera Kecamatan Palolo, Sekretaris Desa Sausu Torono Kecamatan Sausu, Sekretaris Desa Malakosa Kecamatan Sausu, Kepala Desa Sidoan Kecamatan Tinombo, Kepala Desa Tada Kecamatan Tinombo, Kepala Desa Sioyong Kecamatan


(15)

xv

Damsol, Kepala Desa Lembah Mukti Kecamatan Damsol, juga teman-teman penyuluh di BPP Palolo, BPP Damsol dan BPP Tinombo. atas bantuan dalam fasilitasi pengumpulan data primer.

(xvii) Ketua-ketua kelompok tani dan petani-petani kakao responden di desa-desa sampel serta pedagang responden di semua jenjang, termasuk eksportir di Kota Palu yang semuanya telah bersedia memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan peneliti.

(xviii) Teman-teman di Prog. Studi PWD, berturut-turut Dr. Ansofino, MSi (UNISMUH Sumbar); Ir. Elan Masbulan, MP (DEPTAN); Dr. Ir. N. Utari Vipriyanti, MSi (Universitas Mahasaraswati); Dr. Askar Jaya, SE, MS (Pemprop Jambi); A.Aris, SP, MSi (Kementerian Kelautan dan Perikanan), H.A.Mubarok, SE, MSi (UIKA); Mahyudin, SP, M.Si (UNHAS); Amir Halid, SP, M.Si (UNG), Luh Putu Suciati, SP, MSi (Suci - UNEJ) dan Andi Darmawati Tombolututu, SE, MSi atas kebersamaan dan sharing diskusi selama ini.

(xix) Teman-teman yang berhimpun dalam HIMPAST Bogor berturut-turut : Prof..Dr. Ir. Mahfud, MP, Prof. Dr. Ir. Hj. Asriani Hasanuddin, MS, Prof. Dr. Ir. Ramadanil P, MP, Dr. Ir. Syamsudin Koloi, MS, Dr.Ir. Syukur Umar, DEA, Dr. Ir. Danang Wijayanto, MP, Dr.Ir. Anthon Monde, MP, Dr.Ir. Julius Duma, MP, Dr.Ir. Irwan Sahiri, MP, Dr.Golar, S.Hut, MSi, Dr.Ir. Andi Ete, MS, Dr. Ir. Alimudin Paada, MP, Dr. Ir. Hj. Wardah, MSc; Dr. Ir. Erniwati, S.Hut, MP, Dr. Shahabuddin, MP, Dr.Ir. Basir, MP, Dr.Ir. Abd. Rauf, MS; Dr.Ir. Saharia Kassa, MS, Dr.Ir. Nadjamudin, MP, Dr. Nurdin, MSi, Dr.Ir. Muh. Nur Sangaji, DEA, Dr.Ir. Alimudin Laapo, MSi, Dr.Ir. Iskandar Lapanjang, MP, Ir. Abd. Kadir Paloloang, MP, Ir. Ivon, Iskandar Mahi, SE, MM, MSi, Rustam Abd. Rauf, SP, MP, Ir. Abd. Rosyid, MSi (mantan Ketua DEMA SPs IPB), Umar Alatas, Spi, MSi (Ketua HIMPAST), Ir. Fadly Tantu, MSi, Ir. Jusri Nilawati, MSc, Ir. Rizal Tantu, MSi, Suyanti, SPt, MSi, Irwan Lakani, SP, MSi, Ir. Dwi Sulistyowaty, MP, Ir. Abd. Sakur, MSi, Ir. Basir Languha, MSi, Ir. Jamlis Lahandu, MSi, Yamin Paada, SP, MSi, Ir. Abd. Wahid, MSi, Nursalam, SP, Ir. Nova


(16)

xvi

Rugaiya, MSc, Ir.Hj. Eka Rosida, MSc, Andi Darmawati Tombolututu, SE, MSi atas rasa kebersamaan dan sharing informasi, serta diskusi-diskusi yang seru di Asrama HIMPAST.

(xx) Sahabat-sahabat jamaah Masjid Al Muhajirin Tegal Gundil Bogor, secara khusus Bapak Hi. Karim Baesuni, S.PdI (Imam Masjid) dan Bapak Ustadz Hi. Zarkasi yang senantiasa memelihara tali silaturrahim melalui kunjung mengunjungi dan diskusi-diskusi agama singkat setiap dua mingguan.

(xxi) Kel. Bapak Abd. Kohar (tetangga dekat) dan Kel. Bapak Hi. Ahadiat (Ketua RT) yang telah menganggap dan memperlakukan penulis sebagai kerabat dekat.

Dalam kesempatan ini pula, penulis menyampaiikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ayahanda Rahman D. Yantu (almarhum) yang semasa hidupnya telah mengndoktrinasi penulis sedemikain rupa, sehingga penulis memiliki himmah dalam menempuh jalur hidup sebagai seorang akademisi, dan menyelesaikan penulisan disertasi ini (syarat dalam memperoleh gelar tertinggi dalam pendidikan di perguruan tinggi). Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa beliau, melipat-gandakan amalan baik beliau, melapangkan dan menerangi liang lahad beliau, dan menempatkan arwah beliau dengan arwah para suhada, Amin !

Doa, perhatian dan kasih sayang yang terus menerus, serta dukungan moril spiritual dan material finansial, penulis telah terima dari ibunda, serta kakak-kakak yang tercinta, yang semuanya sangat berharap si bungsu bisa menyelesaikan pendidikan tertinggi. Perhatian tersebut makin intensif dalam tiga tahun terakhir (setelah penulis menjalani operasi kedua mata secara berturut-turut dalam tahun 2008). Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda B.M Paudi yang tercinta, Kel. Almarhum Kakanda Hi. Khalid Baladraf – Baladraf, Kel. Almarhumah Kakanda Eran Maadi-Yantu, Kel. Kakanda Hi. Abd. Karim Yantu-Wonggo, Kel Kakanda Erlin Ishak-Yantu, Kel. Kakanda Farida Igirisa-Yantu, Kel. Almarhum Kakanda Sirdjon Nurkhamiden, Kel. Kakanda Roswitha Uloli-Yantu, Kel. Kakanda Anwar R.Yantu-Makmur, dan Kel. Kakanda Roswaty Marsuki-Yantu, SPd.


(17)

xvii

Penghargaan dan terima kasih yang tak terhingga, penulis sampaikan kepada mantan mertua yang tercinta, Almarhum Ayahanda Hi. Ali Ahmad, dan Almarhumah Ibunda Hj. Sartje Ahmad-Ma’ruf, yang keduanya semasa hidup senantia memberikan nasihat dan doa kepada keluarga penulis, dan senantiasa mendampingi Istri dan anak-anak penulis, sejak penulis memulai kuliah di jenjang S3. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa mereka, melipatgandakan amalan baik mereka, melapangkan dan menerangi liang lahad mereka, serta menempatkan arwah mereka dengan arwah para suhada, Amin !

Penghargaan yang mendalam dan ucapan terima kasih yang istimewa, penulis tujukan kepada Adinda Ir.Molly Ramlah Ahmad, MM (mantan istri tercinta) atas dorongan motivasi dan dukungan moril dan material, serta bimbingan terhadap anak-anak selama penulis dalam proses pendidikan. Kepada putra-putri tercinta, Rahayu Robiyah Veybe Putri M.Yantu (15 tahun), Ramaway Rojiah Juybe Putri M.Yantu (11 tahun), dan Alif Yaa Putra M.Yantu (5 tahun) yang senantiasa memberikan perasaan, geli, senang , gembira dan himmah kepada penulis, penulis menyampaikan terima kasih yang tak terkira, dan senantiasa mendoakan, kiranya ketiganya bisa mendapatkan rahmat, hidayah dan inayah dari Allah SWT, sehingga bisa mendapatkan umur yang panjang, kesehatan yang memadai, pendidikan yang tinggi dan amalan yang baik, Amin !

Semoga kiranya Insya Allah, Allah SWT membalas berlipatganda budi baik semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian disertasi ini, baik yang telah disebutkan di atas maupun yang tidak sempat disebutkan oleh penulis, Amin ! Bagi pihak yang tidak sempat disebutkan, penulis mohon maaf yang tak terhingga, dan Allah Mahatahu. Terima kasih, wassalam.

Bogor, Juni 2011


(18)

xviii

RIWAYAT HIDUP

MARWAN RAHMAN YANTU dilahirkan di Gorontalo pada 2 Juni 1961, anak terakhir dari 5 bersaudara. Ayahanda, Rahman Doka Yantu (almarhum) dan Ibunda, Bokie Mariam Paudi

Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA) di SMAN Kabila Kabupaten Gorontalo tahun 1982, penulis mengikuti pendidikan sarjana S1 di Jurusan Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi di Manado, dan selesai tahun 1987. Penulisan Skripsi dan Karya Ilmiah dibawah bimbingan Prof. Ir. F.H.M. Wokas (alamarhum) dan Ir.A.O.D. Pangaila. Pendidikan Magister diselesaikan tahun 1991 di Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Program Pascasarjana IPB (KPK UNSRAT). Penulisan Tesis dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Hi. Lutfi Ibrahim Nasoetion, MSc (IPB), Prof. Dr. Ir. J.W.P. Mandagi, MSc (UNSRAT), dan Prof. Dr. M. Wullur, MS (UNIMA). Tahun 2002 mendaftar Program Doktor pada Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Program Pascasarjana IPB dengan beasiswa yang disponsori oleh BPPS.

Tahun 1983 – 1988, penulis menjadi staf programmer pada Pusat Komputer Universitas Sam Ratulangi. Tahun 1988 – 1991 ditugasbelajarkan untuk Analis Sistem Pengembangan Wilayah dengan beasiswa yang disponsori oleh TMPD, atas inisiatif Prof. Dr. Ir. Hi. Edi Guharja, MSc, Dekan Fakultas Pascasarjana IPB waktu.itu. Tahun 1991 – 1995 penulis bertugas sebagai analis sistem bidang pengembangan wilayah di Pusat Komputer Universitas Sam Ratulangi, dan menjadi staf pengajar (luar biasa) di Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi. Tahun 1995 – kini, penulis tercatat sebagai staf pengajar tetap dan peneliti pada Fakultas Pertanian Universitas Tadulako di Palu. Sebelum tugas belajar, penulis bertugas di Kelompok Ilmu-ilmu Analisis Kuantitatif (Laboratorium.Komputasi dan Analisis Kuantitatif), Jurusan Sosek (Agribisnis). Sejak 2003, memangku jabatan fungsional (nonaktif) Lektor Kepala Pengembangan Wilayah.

Dalam aktivitas penelitian, penulis berkonsentrasi pada ekonomi wilayah dengan bidang ketahanan pangan, dan kemiskinan. Dalam aktivitas pengabdian pada masyarakat, beberapa kegiatan yang penulis ikuti (i) tim ahli manajemen Bimas Intensifikasi Sulteng (1997); (ii) tim penyuluh agribisnis Harian Mercusuar Palu (1998 – 1999); (iii) tim ahli program Gema Bangdesa Sulteng (1998 – 1999); (iv) tim penyusun Visi Misi Kota Palu (1999); (v) narasumber free-lance agribisnis Sulteng (1999 – 2000); (vi) tim teknis Bimas Intensifikasi Sulteng (1998 – 2001); (vii) tim pengamat pelatihan perencanaan pembangunan perdesaan di kawasan Pegunungan Dieng (2002); dan (viii) tim pengamat pelatihan perencanaan pembangunan community berbasis partisipasi di Pulau Tidung Kepulauan Seribu (2004).

Tahun 1993 menikah dengan Ir. Molly Ramlah Ahmad, MM, dan dikaruniai dua putri yang diberi nama Rahayu Robiyah Veybe Putri M.Yantu (15 tahun) dan Ramaway Rojiah Juybe Putri M.Yantu (11 tahun), dan seorang putra angkat yang diberi nama Alif Yaa Putra M. Yantu. (5 tahun).


(19)

xix DAFTAR ISI

Hal.

DAFTAR TABEL... xxiii

DAFTAR GAMBAR... xxx

DAFTAR LAMPIRAN... xxxiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.1 Identifikasi Masalah ... 4

1.1.2 Batasan dan Rumusan Masalah... 7

1.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.3 Manfaat Penelitian... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA... 13

2.1 Tinjauan Hasil-hasil Penelitian Kakao ... 13

2.1.1 Produksi dan Penawaran Kakao Biji Indonesia ... 13

2.1.2 Kelembagaan dan Ekspor Kakao Biji Indonesia... 17

2.1.3 Konsumsi, Permintaan dan Impor Kakao Indonesia ... 20

2.1.4 Komoditi Kakao dalam Perekonomian Wilayah ... 22

2.2 Tinjauan Teoritis untuk Pendekatan Masalah... 23

2.2.1 Fungsi Produksi Komoditi Kakao ... 23

2.2.2 Fungsi Permintaan Komoditi Kakao Biji... 39

2.2.3 Penawaran Ekspor Kakao Biji Di Pasar Dunia ... 41

2.2.4 Kelembagaan Kakao ... 50

2.2.5 Game Theory untuk Kelembagaan Kakao, Prinsipal–Agen (Petani- Pedagang)... 55

2.2.6 Sistem Tataniaga Komoditi Kakao Biji ... 63

2.2.7 Ekonomi Wilayah ... 67

2.2.8 Pengembangan Wilayah dalam Konteks Ekonomi Wilayah... 117

2.2.9 Model Ekonometrik untuk Hubungan Nilai Produksi Kakao Biji, Kinerja Ekonomi Wilayah, Pendapatan Per Kapita, dan Kemiskinan 128

III. METODOLOGI ... 155


(20)

xx

3.2 Hipotesis ... 157

3.3 Model Operasional ... 162

3.3.1 Analis Kelayakan Usahatani Kakao... 162

3.3.2 Analisis Kelembagaan Kakao Biji ... 173

3.3.3 Pendekatan Game Theory untuk Kelembagaan Prinsipel-Agen.. 175

3.3.4 Model S-C-P... 180

3.3.5 Model Ekonometrik Hubungan antara Nilai Produksi Kakao Biji Biji, Nilai Perdagangan Bersihnya dan Kinerja Ekonomi Wilayah 182 3.3.6 Substitusi Model untuk Analisis Daya Saing Kakao Biji Wilayah 232 3.3.7 Perkawinan Model untuk Distribusi Pendapatan... 235

3.3.8 Validasi Model ... 240

3.4 Spesifikasi Data ... 241

3.4.1 Data Primer dan Teknik Penarikan Sampel ... 242

3.4.2 Data Sekunder ... 257

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH SULAWESI TENGAH ... 265

4.1 Keadaan Biofisik ... 266

4.1.1 Keadaan Geografis ... 266

4.1.2 Sumberdaya Lahan Pertanian ... 284

4.1.3 Iklim ... 295

4.2 Fisik ... 297

4.2.1 Jaringan Irigasi ... 297

4.2.2 Jaringan Jalan ... 298

4.2.3 Angkutan Laut dan Angkutan Penyeberangan ... 300

4.2.4 Fasilitas Angkutan Udara ... 303

4.2.5 Interaksi Wilayah ... 304

4.3 Sosial Ekonomi ... 305

4.3.1 Penduduk ... 305

4.3.2 Angkatan Kerja .... ... 306

4.3.3 Ekonomi ... 306

4.3.4 Harga-harga ... 310

V. KINERJA USAHATANI KAKAO RAKYAT PROPINSI SULAWESI TENGAH ... 312


(21)

xxi

5.1 Deskripsi Usahatani Kakao Petani Responden... 312

5.1.1 Karakteristik Petani Kakao (Responden)... 312

5.1.2 Karakteristik Usahatani Kakao Petani Responden... 316

5.1.3 Penggunaan Sarana Produksi ... 318

5.1.4 Curahan Tenaga Kerja ... 331

5.1.5 Panen dan Pengolahan Hasil ... 334

5.1.6 Pendapatan Usahatani Kakao ... 342

5.1.7 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Kakao ... ... 347

5.2 Kelayakan Usahatani Kakao ... 352

5.2.1 Rasio Penerimaan dan Biaya (R/C) ... 352

5.2.2 Analisis Ekonomi Skala Usaha dan Keberlanjutan Usahatani Kakao 353 5.2.3 Analisis Efisiensi Harga ... 366

5.3 Kelembagaan Petani – Pedagang (Prinsipel – Agen) ... ... 369

5.4 Hasil Analisis Gaming Petani – Pedagang Pengumpul ... 375

5.5 Kinerja Sistem Tataniaga Komoditi Kakao Biji Sulawesi Tengah... 389

5.5.1 Struktur Pasar Kakao Biji ... 389

5.5.2 Perilaku Pasar Kakao Biji ... 391

5.5.3 Efektivitas Pasar Kakao Biji ... 392

VI. MODEL EKONOMETRIK PERDAGANGAN KAKAO BIJI PROPINSI SULAWESI TENGAH ... 402

6.1 Kelayakan Data Dasar ... ... 402

6.2 Spesifikasi Model ... 406

6.3 Estimasi Model ... 409

6.4 Validasi Model ... 410

6.5 Penafsiran Model ... 411

6.6 Pembahasan Model ... 446

VII. MODEL MAKROEKONOMETRIK WILAYAH PROPINSI SULAWESI TENGAH... ... 449

7.1 Kelayakan Data Dasar ... 449

7.2 Spesifikasi Model ... 455

7.3 Estimasi Model ... 460


(22)

xxii

7.5 Penafsiran Model ... 475 7.6 Pembahasan Model ... 572 VIII PENUTUP... 575 8.1 Sintesis ... 575 8.1.1 Kinerja Ekonomi Sulteng ... 575 8.1.2 Pengaruh Tarikan Sisi Permintaan... 575 8.1.3 Pengaruh Daya Dorong Sisi Penawaran ... 576 8.1.4 Peranan Kakako Biji dalam Perekonomian Sulteng... 577 8.2 Kesimpulan ... 580 8.3 Implikasi Kebijakan... 585 8.4 Saran Penelitian Lanjutan ... 586 DAFTAR PUSTAKA ... 588 DAFTAR SINGKATAN... 607 LAMPIRAN... 611


(23)

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal. 1 Klasifikasi Keterkaitan ... 74 2 Bentuk Data Panel Hubungan Nilai Produksi Kakao Biji, Kinerja

Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Kemiskinan... 131 3 Program untuk Hausman Test (fixed vs random effect)... 185 4 Blok Model I: Perdagangan Kakao Biji Sulawesi Tengah ... 186 5 Koefisien Pengaruh Ganda Output dalam Tabel I – O Sulawesi

Tengah Tahun 2005 ... 188 6 Blok Model II: Makroekonometrik Wilayah ... 203 7 Luas Areal dan Produksi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah

Tahun 2005 ... 242 8 Jarak Kecamatan, Luas Areal dan Jumlah Produksi Kakao Di

Kabupaten Parimo Menurut Kecamatan Kurun Waktu 2004 -2005 243 9 Jarak Kecamatan, Luas Areal dan Jumlah Produksi Kakao Di

Kabupaten Donggala Menurut Kecamatan Kurun Waktu 2004 -

2005... 244 10 Jarak Desa, Jumlah Penduduk, dan Produksi Kakao Biji Di

Kecamatan Sausu Kabupaten Parimo Tahun 2005 ... 245 11 Jarak Desa, Jumlah Penduduk, dan Produksi Kakao Biji Di

Kecamatan Tinombo Kabupaten Parimo Tahun 2005 ... 246 12 Jarak Desa dan Luas Areal Kakao Di Kecamatan Palolo Kabupa -

ten Donggala Tahun 2005 ... 247 13 Jarak Desa dan Jumlah Produksi Kakao Di Kecamatan Damsol

Kabupaten Donggala Tahun 2005 ... 248 14 Rumah Tangga Petani Kakao dan Total Rumah Tangga Di Propin

si Sulawesi Tengah Menurut Kabupaten Sampel Tahun 2004 ... 249 15 Luas Desa Sampel dan Jumlah Rumah Tangga Kakao Tahun 2004

Di Sulteng ... ... 250 16 Jumlah dan Status Pedagang Kakao Biji yang Dijadikan Sampel.. 252 17 Nama dan Alamat Perusahaan Ekspor Kakao Di Sulteng Tahun


(24)

xxiv

18 Nama dan Ukuran Peubah Data Primer ... 255 19 Jenis dan Sumber Data Sekunder ... 257 20 Distribusi Pendapatan Propinsi Sulawesi Tengah Kurun Waktu

1985 – 2008 Berdasarkan Gini Ratio dan Ukuran Ketimpangan

Theil ... 260 21 Korelasi Koefisien Gini dengan Ketimpangan Theil... 261 22 Daya Saing Kakao Biji dalam Perekonomian Sulteng Kurun

Waktu 1985 – 2008 ... 263 23 Luas Wilayah Sulteng Per Kabupaten dan Jarak dari Ibu Kota

(Palu) Tahun 2008... 269 24 Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah ... 284 25 Luas Panen Berbagai Cabang Usahatani Pangan dan Hortikultur

Di Sulteng Per Kabupaten Tahun 2007 (Ha)... 286 26 Luas Lahan Kering Di Sulteng Per Kabupaten Menurut Pengguna-

annya Tahun 2007 (Ha)... ... 289 27 Luas Areal Sawah Potensial dan Fungsional yang Diawasi serta Di

tangani Program PID oleh Kanwil PU Menurut Kabupaten / Kota

Tahun 2007 (000 Ha)... ... 290 28 Luas Areal Perkebunan Per Kabupaten Menurut Cabang Usahatani

tani Di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007 (Ha)... 292 29 Panjang Jalan Menurut Pemerintah yang Berwenang dan Jenis

Pemukimannya Tahun 2007 (Km) ... 299 30 Panjang Jalan Menurut Kondisi Kondisi Jalan dan Pemerinah

yang Berwenang Tahun 2007 (Km)... 300 31. Keadaan Ketenagakerjaan Di Sulteng Per Kabupaten Tahun

2008 (Jiwa)... 307 32 Distribusi Persentase Aktivitas Ekonomi Sulteng Menurut

Sektor Tahun 2008 ... 308 33 Indeks Harga Umum Sulteng Per Kabupaten, 1985 – 2008... 311 34 Inflasi Sulteng Per Kabupaten, 1985 – 2008 (%)... 311 35 Status Responden Menurut Desa Sampel ... 313 36 Karakteristik Petani Responden Di Kabupaten Parimo... 313


(25)

xxv

37 Karakteristik Petani Responden Kabupaten Donggala ... 314 38 Beberapa Karakteristik Usahatani Kakao Menurut Kabupaten

Sampel ... 319 39 Rataan Produktivitas Usahatani Kakao Rakyat Di Sulteng

Menurut Pola Tanam dan Status Petani ... 320 40 Rataan Penggunaan Sarana Produksi Per Hektar Di Sulteng... 327 41 Persentase Petani Responden Pemakai Pupuk Buatan dan Obat

obatan Di Sulteng ... 329 42 Curahan Tenaga Kerja dalam Usahatani Kakao Per Hektar Di

Sulteng ... 332 43 Hasil panen Kakao Petani Respon Di Sulteng (%)... 335 44 Kinerja Berbagai Jenis Kegiatan Pengolahan Hasil yang Di -

lakukan Petani Responden Kakao Di Sulteng ... 336 45 Biaya, penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kakao Rakyat

Sulteng Per Hektar (Rp. 000)... 344 46 Struktur Pendapatan Petani Kakao Sulteng Tahun 2005

(Rp.000)... 348 47 Struktur Pendapatan Petani Kakao Sulteng (%)... 350 48 Analisis R/C Usahatani Kakao Rakyat Sulteng ... 352 49 Estimasi Maximum Likelihood Model Logit Persamaan

(MO.05) untuk Menganalisis Faktor - faktor yang Mem -

pengaruhi Keputusan Petani Melakukan Konservasi Lahan... 355 50 Estimasi OLS Persamaan (MO.09) untuk Menganalisis Faktor

faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Me -

manfaatkan Kredit Bank ... 359 51 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi

Tengah, Persaaan (MO.10).. ... 361 52 Estimasi OLS Fungsi Produksi, Persamaan (MO.08a) dalam

Kondisi Restriksi Per Hektar... 363 53 Analisis Efisiensi Harga Input Faktor Tidak Tetap dalam


(26)

xxvi

54 Estimasi Maximum Likelihood Model Logit Persamaan (MO.26) untuk Menganalisis Faktor - faktor yang Mem -

pengaruhi Keputusan petani dalam Memilih Kelembagaan 373 55 Gambaran Pendapatan Petani Kakao Berdasarkan Kualitas

Kakao Biji ... 376 56 Gaming antara Petani Kakao dengan Pedagang Pengumpul

Tipe II ... 379 57 Gaming antara Petani Kakao dengan Pedagang Pengumpul

Tipe I... 381 58 Gaming antara Petani Kakao dengan PPT I di mana Ke -

duanya Melanggar Komitmen Kontrak, karena Harga Kakao

Bisa Menutupi Biaya Fermentasi ... 385 59 Gaming antara Petani Kakao dengan PPT II (Harga Kakao

Terfermentasi Bisa Menutupi Biaya Fermentasi)... 385 60 Gaming antara Petani Kakao dengan PP (Harga KakaoTer-

fermentasi Bisa Menutupi Biaya Fermentasi)... 388 61 Harga dan Biaya Pemasaran Kakao Biji Sulteng Per Kabupa-

ten Sampel... 398 62 Hasil Uji Unit Root untuk Peubah- peubah dari Persamaan -

persamaan dalam BM I... 404 63 Hasil pengujian Heteroskedastisitas dan Otokorelasi Per -

samaan-persamaan dalam Blok Model Perdagangan Kakao

Biji... 406 64 Hasil Analisis Hausman Test (fixed vs random effect) untuk

Persamaan-persamaan dalam BM I... 410 65 Hasil Validasi Persamaan-persamaan dalam BM I dengan

Memanfaatkan MSE(%) ... 411 66 Hasil Estimasi Blok Model Perdagangan Kakao Biji Sulteng

ditafsirkan... 413 67 Pertumbuhan Harga Riil Pupuk Di Sulteng Per Kabupaten Kurun

Waktu 1985 – 2008 (%/Tahun)... 417 68 Pedrkembangan HET Pupuk, 2005 – 2009 (Rp/Kg) ... 418


(27)

xxvii

69 Nilai Elastisitas Luas Areal Tanam Menghasilkan (LATM),

Produktivitas dan Sulteng, Kurun Waktu 1985 – 2008... 427 70a Hasil Pengujian Segmentasi Pasar dan Integrasi Pasar Kakao

Biji Di Berbagai Tingkatan ... 434 70b Kecenderungan Pertumbuhan Jumlah Kakao Biji yang Di -

ekspor Kabupaten - kabupaten di Sulteng Kurun Waktu 1985 –

2008 ... 445 71 Hasil Uji Unit Root untuk Koefisien-koefisien yang Nyata Secara

Statistik untuk Peubah-peubah dalam Persamaan-persamaan Blok

Model Makroekonometrik Wilayah ... ... 451 72 Hasil pengujian Heteroskedastisitas dan Otokorelasi Perfsamaan -

Persamaan dalam Blok Model Makroekonometrik Wilayah... 453 73 Hasil Analisis Hausman Test (fixed vs random effect) BM II ... 460 74 Hasil Validasi Empirik Persamaan-persamaan dalam BM Makro–

ekonometrik Wilayah dengan Memanfaatkan RMSE(%)... 462 75 Hasil Estimasi Persamaan-persamaan dalam Blok Model Makro-

ekonometrik Wilayah Sulteng yang Ditafsirkan... 464 76 Hasil Uji Dua Beda Rata - rata Peubah Respon untuk Validasi

Lanjutan Persamaan - persamaan dalam Blok Model Makro -

Ekonometrik Wilayah ... 474 77 Smbangan Subsektor Perkebunan terhadap Sektor pertanian dan

Total Ekonomi Sulteng Tahun 2007 (%)... 489 78 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sub -

sektor Perkebunan Kabupaten - kabupaten Di Sulteng, Kurun

Waktu 2004 – 2007 (%)... 490 79 Location Quotient Sektor Pertanian Sulteng Per Kabupaten

Tahun 2007 Atas Dasar Harga Berlaku ... 492 80 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor

Pertanian Sulteng Per Kabupaten Kurun Waktu 2003 - 2007 Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ... 494 81 Jumlah Produksi Berbagai Cabang Usahatani Tanaman Perkebun-


(28)

xxviii

82 Sumbangan Subsektor Perdagangan terhadap Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran Di Sulteng Per Kabupaten dalam Tahun 2007

Atas Dasar Harga Berlaku (%) ... 504 83 Location Quotient Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sulteng Per Kabupaten Tahun 2007 Atas Dasar Harga Berlaku.... 505 84 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran Sulteng Per Kabupaten Kurun

Waktu 2003 – 2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000... 508 85 PDRB Sektor Pertanian Per Subsektor Per Kabupaten Di Sulteng

Tahun 2007 Atas Dasar Harga Berlaku ... 512 86 Jumlah Rumah Tangga Miskin Di sulteng Per Kabupaten, Tahun

2005 dan 2007... 514 87 Persentase Pengangguran terhadap Angkatan Kerja Di Sulteng

Kurun Waktu 1985 – 2007 ... 517 88 Dayasaing Kakao Biji Sulteng Per Kabupaten Kurun Waktu 1985

- 2008 Atas Dasar Harga Konstan 1985 (%)... 518 89 Komposisi Industri Kakao Biji Sulteng Menurut Kabupaten,

Kurun Waktu 1985 – 2008 (%) ... 527 90 PDRB Berlaku dan Koefisien Pengaruh Ganda Subsektor Per -

kebunan Kurun Waktu 2000 – 2007 ... 530 91 Komponen-komponen yang Mempengaruhi Pertumbuhan Sektor

PertanianSulteng dan Subsektor - subsektornya, Kurun Waktu

2000 - 2007 ... 536 92 Sumbangan Sektor Pertanian Nasional terhadap Total PDB

Indonesia atas Dasar Harga Berlaku, Kurun Waktu 2003 – 2007 537 93 Tingkat Pertumbuhan Sektor Pertanian Sulteng Kurun Waktu

2005 – 2010... 538 94 Kekuatan Permintaan dan Penawaran Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran Sulteng dalam Pertumbuhan Ekonomi Sulteng

Kurun Waktu 2000 – 2007 atas Dasar Harga Konstan 2000... 556 95 Tarikan Permintaan dan Dorongan Penawaran Sektor PHR dalam


(29)

xxix

96 Tarikan Permintaan dan Dorongan Penawaran Sektor Pertanian

dalam Perekonomian Sulteng Kurun Waktu 1985 – 2008 ... 561 97 Pertumbuhan Ekonomi Sulteng dan Nasional Kurun Waktu 1985-

2008 (%) ... 562 98 Kebocoran Ekonomi Sulteng dalam Paruh Kedua Setiap Dekade


(30)

xxx

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1 Identifikasi dan Perumusan Masalah... 8 2 Bagan Alir Pemrosesan Kakao... 24 3 Kurva U Terbalik dari Kuznet ... 95 4 Kurva Lorenz untuk Gini Ratio ... 96 5 Kerangka Pemikiran Pengembangan Model Ekonomi Sulteng Ber-

Berbasis Komoditi Kakao Biji... 158 6 Extensive Foom Game (Signalling Game) Petani Kakao dengan

Pedagang Pengumpul Tipe I dan Pedagang Pengumpul Tipe II... 179 7 Peta Administrasi Darat Propinsi Sulawesi Tengah ... 267 8 Peta Administrasi Laut Propinsi Sulawesi Tengah ... 268 9 Peta KAPET Batui Propinsi Sulawesi Tengah ... 272 10. Peta KADAL Propinsi Sulawesi Tengah ... 274 11 Peta KACETUM Propinsi Sulawesi Tengah ... 275 12 Peta KAPOTKEMBANG Propinsi Sulawesi Tengah ... 276 13 Peta KAREWIL Propinsi Sulawesi Tengah ... 277 14 Peta KAPERTASAN Propinsi Sulawesi Tengah ... 278 15 Peta KATISLING Propinsi Sulawesi Tengah ... 279 .16 Peta KAECOLESTARI Propinsi Sulawesi Tengah ... 280 17 Peta Klasifikasi Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah... 281 18 Peta Kawasan Perlindungan Alam Propinsi Sulawesi Tengah... 282 19 Peta Penyangga TNLL Propinsi Sulawesi Tengah ... 283 20 Peta Kawasan Budidaya Propinsi Sulawesi Tengah ... 285 21 Peta Penggunaan Lahan Propinsi Sulawesi Tengah ... 293 22 Peta Kawasan Perdesaan dan Perkotaan Propinsi Sulawesi Tengah 294 23 Peta Kawasan Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah ... 294 24 Peta Jaringan Irigasi Propinsi Sulawesi Tengah ... 298 25 Peta Jaringan Jalan Propinsi Sulawesi Tengah ... 299 26 Peta Sistem Angkutan Penyeberangan ... 301 27 Peta Prasarana Transportasi Laut ... 302


(31)

xxxi

28 Prasarana Transportasi Udara Propinsi Sulawesi Tengah ... 304 29 Peta Interaksi Wilayah ... 305 30 Usahatani Kakao Rajyat Pola Tumpangsari (dengan Kelapa) Di

Desa Lembah Mukti Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala

Sulteng ... 317 31 Usahatani Kakao Rakyat Pola Monokultur Di Desa Malakosa Ke-

camatan Sausu Kabupaten Parimo Sulteng ... 317 32 Kakao Biji Variasi Baru Hasil Perkawinan yang Dilakukan Salah

Satu Petani Responden Desa Tada Kecamatan Tinombo ... 323 33 Kakao Biji Hasil Usahatani Kakao, Petani Responden Sulteng... 323 34 Buah Kakao Muda (Warna Hijau) Hasil Usahatani Kakao Rakyat

Di Sulteng ... 325 35 Buah Kakao Matang (Warna Kuning) Hasil Usahatani Kakao

Rakyat Sulteng ... 325 36 Buah Kakao Muda (Warna Merah) Hasil Usahatani Kakao Rakyat

Di Sulteng ... 326 37 Buah Kakao Matang (Warna Orange) Hasil Usahatani Kakao

Rakyat Di Sulteng ... 326 38 Unit Pengering Kakao Biji Dilihat dari Samping Di Desa Bahagia

Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala ... 339 39 Unit Pengering Kakao Biji Dilihat dari Depan Di Desa Bahagia

Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala ... 339 40 Rak Tempat Kakao Biji (Posisi Di atas Oven)... 339 41 Tungku Pemanas (Oven) dalam Unit Pengering ... 339 42 Unit Pengolah Kakao Biji Menjadi Kakao Bubuk (Mesin Peng -

halus) ... 340 43 Unit Pengolah Kakao Biji Menjadi Kakao Bubuk (Mesin Peng -

giling)... 340 44 Tempat Kakao Biji yang akan Digiling, di atas Mesin Giling. 340 45 Papan Sekretariat Kelompok Tani Pajar Kakao Desa Bahagia


(32)

xxxii

46 Susunan Pengurus Kelompok Tani Fajar Kakao Desa Bahagia

Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala ... 341 47 Signalling Game (Kondisi Status Quo) antara Petani Kakao

dengan Pedagang Pengumpul Di Sulteng ... 382 48 Signalling Game (Bila Ada Intervensi Pemerintah) antara

Petani Kakao dengan Pedagang Pengumpul Di Sulteng... 386 49 Saluran Tataniaga Kakao Biji Di Sulteng ... 393 50 Integrasi Pasar Kakao Biji Di Tingkat Petani Sulteng – Pasar

Dunia... 436 51 Model Ekonomi Sulteng Berbasis Kakao Biji... 578


(33)

xxxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Hal. A1 Data Karakteristik Petani Kakao Responden dan Usahatani Kakao

Kabupaten Parimo, Januari – Pebruari 2006 ... 611 A2 Data Karakteristik Petani Kakao Responden dan Usahatani Kakao

Kabupaten Donggala, Januari – Pebruari 2006 ... 619 B1 Koefisien Ketimpangan Pendapatan dalam Kabupaten (Indeks

Theil) Berdasarkan PDRB Nominal, 1985 – 2008 (Harga

Mutlak)... 627 B2 Koefisien Ketimpangan Pendapatan dalam Kabupaten (Indeks

Theil) Berdasarkan PDRB Riil, 1985 – 2008 (Harga Mutlak).... 628 B3 Koefisien Ketimpangan Pendapatan Antar-sektor - Dalam Kabu

paten (Indeks Theil) Berdasarkan PDRB Nominal , 1985 – 2008

(Harga Mutlak)... 629 B4 Koefisien Ketimpangan Pendapatan Antar-sektor - Dalam Kabu

paten (Indeks Theil) Berdasarkan PDRB Riil, 1985–2008 (Harga

Mutlak)... 630 B5 Koefisien Gini Sulteng Per Kabupaten (Harga Mutlak)... 631 B6 Koefisien Korelasi Koefisien Gini dengan Koefisien Ketimpang-

an Antar-sektor Dalam Kabupaten (Harga Mutlak)... 632 B7 Daya Saing Kakao Biji Sulteng Per Kabupaten, 1985 – 2008

(Rp) ... 633 B8 Pertumbuhan Daya Saing Kakao Biji Sulteng Per Kabupaten,

1985 - 2008 (%) ... 634 B9 Jumlah Penduduk Propinsi Sulawesi Tengah Menurut Kabupaten

1985 – 2008 (Jiwa) ... 635 B10 Jumlah Rumah Tangga Di Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupa -

ten 1985 – 2008 (KK)... 636 B11 Jumlah Rumah Tangga Miskin Di Propinsi Sulawesi Tengah Per

Kabupaten, 1985 – 2008 (KK)... 637 B12 Data Angkatan Kerja Sulteng Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Jiwa) 638


(34)

xxxiv

B13 Keadaan Pengangguran Di Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabu-

paten,1985 – 2000 (Jiwa) 639 B14 PDRB Harga Berlaku Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten

dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 640 B15 PDRB Kakao Biji Harga Berlaku Propinsi Sulawesi Tengah Per

Kabupaten dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 644 B16 PDRB Margin Tataniaga Harga Berlaku Propinsi Sulawesi Tengah

Per Kabupaten dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 645 B17 Luas Lahan Kakao yang Menghasilkan, Jumlah Produksi Kakao dan Produktivitas Usahatani Kakao Propinsi Sulawesi Tengah Per

Kabupaten, 1985 – 20058... 646 B18 Jumlah Produksi Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabu -

paten, 1985 – 2008 (Ton)... 648 B19 Data Ekspor Kakao Biji Di Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupa -

ten, 1985 – 2005 (Ton)... 649 B20 Nilai Ekspor Kakao Biji Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten,

1985 – 2008 (Rupiah)... 650 B21 Harga - harga Berlaku Kakao Biji Di Tingkat Petani Produsen

Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Rp/Kg)... 651 B22 Harga-harga Berlaku Kakao Biji Di Berbagai Tingkatan Wilayah... 652 B23 Harga-harga Berlaku Kakao Biji Di Pasar Domestik Per Kabupa -

ten, 1985 – 2008 (Rp/Kg)... 653 B24 Harga - harga Berlaku Kopi Biji Di Tingkat Petani Produsen

Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Rp/Kg).... 654 B25 Harga-harga Berlaku Kopi Biji Di Pasar Domestik Per Kabupaten,

1985 – 2008 (Rp/Kg)... 655 B26 PDRB Harga Berlaku Per Kapia Propinsi Sulawesi Tengah Per

Kabupaten dan Sektor Terpilih 1985 – 2008 (Rp. Juta)... ... 656 B27 Data Pengeluaran Per Kapita Propinsi Sulawesi Tengah Per Kabu -

paten,1985 – 2008 (Rp. Juta)... 657 B28 Data Pengeluaran Riil Per Kapita Di Sulteng untuk Tahun- tahun


(35)

xxxv

B29 Harga - harga Berlaku Rata-rata Berbagai Jenis Pupuk Di Propinsi

Sulawesi Tengah Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Rp/Kg)... 659 B30 Harga-harga Berlaku Rata -rata Berbagai Jenis Pestisida Di Propin-

si Sulawesi Tengah Per Kabupaten, 1985 – 2008 (Rp/Kg)... 660 B31 Tingkat Bunga Bank Pemerintah, Kurun Waktu 1985 – 2008... 661 B32 Tingkat Upah Nominal Buruh Tani Di Perdesaan Propinsi Sulawesi

Tengah, Kurun Waktu 1985 – 2008 ... 662 C Data untuk Negara Tujuan Utama Ekspor Kakao Biji... 663 D1 Fungsi Produksi Usahatani Kakao Rakyat yang Tidak Direstriksi

Propinsi Sulawesi Tengah, Persamaan (MO.02)... 664 D2 Fungsi Produksi Usahatani Kakao Rakyat yang Tidak Direstriksi

Propinsi Sulawesi Tengah, Persamaan (MO.04)... 665 D3 Fungsi Produksi Usahatani Kakao Rakyat yang Direstriksi Propinsi

Sulawesi Tengah, Persamaan (MO.02) Bebas Heteroskedastisitas 666 D4 Matriks Korelasi antar-peubah Penjelas untuk Fungsi Produksi Per

Hektar ... 667 E1 Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah yang Direstriksi,

Persamaan (MO.08) untuk Pengujian Endogeneity Peubah Kredit Bank (Bebas Heteroskedastisitas)... 669 E2 Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah yang Tidak Di -

restriksi, Persamaan (MO.08a) untuk Pengujian Endogeneity Pe -

ubah Kredit Bank (Bebas Heteroskedastisitas)... 670 E3 Matriks Korelasi Peubah-peubah Fungsi Kredit Bank, Persamaan

(MO.10)... 671 E4 Estimasi OL S Persamaan (MO.07) untuk Pengujian Endogeneity

Peubah Kredit Bank (Bebas Heteroskedatisitas)... 672 E5 Estimasi OL S Persamaan (MO.07) untuk Pengujian Endogeneity

Peubah Kredit Bank (Mengandung Heteroskedatisitas)... 673 E6 Estimasi OL S Persamaan (MO.09) untuk Menganalisis

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam


(36)

xxxvi

F1 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah,

Persamaan (MO.10) ysng Direstriksi dalam Kondisi Per Hektar 675 F2 Matriks Korelasi antar-peubah Penjelas untuk Fungsi Produksi

Per Hektar... 676 F3 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah

Persamaan (MO.10) yang Tidak Direstriksi dengan Menggunakan

Peubah Produksi Potensial... 677 F4 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah

Persamaan (MO.10) yang Tidak Direstriksi dengan Menggunakan

Peubah Produksi Potensial Bebas Heroskedastisitas ... 678 F5 Estimasi OLS Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah

Persamaan (MO.10) yang Direstriksi dengan Menggunakan Pe -

ubah Produksi Potensial... 679 F6 Analisis F-hit ntuk Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi

Tengah dengan Menggunakan Peubah Jumlah Produksi Potensial 680 F7 Fungsi Produksi Kakao Rakyat Sulawesi Tengah Persamaan

(MO.10) yang Direstriksi terhadap Peubah Luas Lahan untuk Kepentingan Analisis Efisiensi Harga dan Didasarkan atas Peubah

Jujmlah Produksi Riil... 681 G1 Hasil Pendugaan Model Persamaan-persamaan dalam Blok Model

I : Perdagangan Kakao Biji ... 682 G2 Hasil Pendugaan Model Persamaan-persamaan dalam Blok Model

II : Makroekonometrik Wilayah... 688 H Nilai Prediksi Peubah-peubah Respon Persamaan-persamaan dalam


(37)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kakao diperdagangkan secara meluas di pasar dunia, karena kandungan nilai makanan yang tinggi, rasa, dan aromanya yang khas, yang disukai dan dibutuhkan oleh manusia. ICCO memprakiran produksi kakao dunia 2007/2008 adalah 3.727.000 ton, terkonsentrasi di 3 negara (70,43%), yaitu Pantai Gading (36,76%), Ghana (18,11%), dan Indonesia (15,56%). Permintaan dalam tahun yang sama adalah 3.778.000 ton, terkonsentrasi di 5 negara (55,05%), yaitu Amerika Serikat (AS) (23,81%), Jerman (12,45%) Prancis (6,68%), United Kingdom (UK) (6,40%), dan Belgium (5,71%)

Oleh karena pasokan lebih sedikit daripada permintaan, maka diprakirakan terjadi defisit sebesar 51.000. Akibatnya, harga kakao biji dunia meningkat. Tahun 2007/2008 harga tersebut 2.203 US$/ton, lebih tinggi 30,60 persen dari tahun sebelumnya. Jadi, konsentrasi negara konsumen dan produsen, dan liberalisasi pasar ternyata tidak menyebabkan harga-harga kakao dunia menurun. Bagi Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan produksi kakao yang tinggi, kecenderungan peningkatan harga dunia merupakan peluang emas. Tahun 2007 volume ekspor kakao biji Indonesia adalah 379.820 Ton dengan nilai US$ 622.6 juta Desember 2007 (Statistik Indonesia, 2009) yang bernilai Rp. 9.376, maka nilai ekspor kakao biji Indonesia dalam tahun 2007 tersebut adalah Rp. 5,84 triliun, atau 0,50 persen dari nilai ekspor barang dan jasa Indonesia atas dasar harga berlaku tahun tersebut.

Sumbangan nilai ekspor kakao biji yang dikemukakan di atas masih bisa meningkat tidak saja disebabkan oleh kecenderungan harga kakao biji dunia yang meningkat, tetapi juga oleh peningkatan produktivitas kakao Indonesia. Hingga tahun 2008, berdasarkan data DITJEN Perkebunan (2009), produktivitas kakao Indonesia adalah 1,7 Ton. Produktivitas kakao Sulteng lebih rendah lagi,


(38)

2 sebagaimana dilaporkan oleh Yantu (2005) bahwa produktivitas kakao rakyat di propinsi tersebut dalam tahun 2003 hanya sebesar 0,85 Ton. Angka-angka produktivitas tersebut berada di bawah produktivitas harapan. Spillane (1995) mengemukakan bahwa tingkat produktivitas potensial yang bisa dicapai tanaman kakao adalah 2 Ton.

Berdasarkan data DITJEN Perkebunan (2007) diprakirakan produksi kakao biji Indonesia dalam tahun 2008 mencapai 795.581 Ton dengan luas areal tanaman menghasilkan sekitar 1.021.459 Ha. Dari angka tersebut, propinsi-propinsi di Pulau Sulawesi memasok 518.791 Ton (65,21%). Sulawesi Tengah (Sulteng) merupakan pemasok peringkat pertama, yaitu 154.462 Ton (19,41%), Sulawesi Tenggara merupakan pemasok peringkat kedua dengan pasokan 16,64 persen, Sulawesi Selatan di posisi ketiga dengan pasokan 15,46 persen dan Sulawesi Barat di posisi keempat dengan pasokan 12,70 persen. Adapun, pasokan Sulawesi Utara dan Gorontalo berada di bawah 1 persen berturut-turut 0,59 persen dan 0,40 peresen.

Pasokan kakao biji Sulteng masih lebih besar daripada pasokan keseluruhan Pulau Sumatera yang hanya sebanyak 139.772 Ton, atau 17,57 persen dari produksi kakao biji Indonesia. Ini menunjukkan bahwa kakao biji merupakan komoditi andalan perekonomian propinsi Sulteng. Bila menggunakan harga produsen tahun 2008, yaitu Rp. 16.500 per Kg (diekstrapolasi dari harga produsen tahun 2006 dan 2007, Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian Sulteng Tahun 2008), maka nilai produksi kakao biji tahun tersebut adalah Rp.2,55 triliun. Menggunakan faktor koreksi 0,693, angka tersebut masih Rp. 1.77 triliun, atau 41,07 persen dari PDRB subsektor perkebunan harga berlaku tahun 2008. Nilai tersebut langsung kembali ke masyarakat, karena 99,81 persen perkebunan kakao di Sulteng adalah perkebunan rakyat, dengan jumlah RT 30,81 persen dari total RT di propinsi tersebut. Faktor koreksi yang digunakan ialah rasio nilai output kakao biji atas dasar harga produsen dalam Tabel I-O Sulteng tahun 2005 (BAPPEDA dan BPS, 2007) dengan nilai produksi kakao biji tahun 2005 yang dihitung berdasarkan produksi kakao biji (DISBUN Sulteng, Berbagai


(39)

3 Tahun) dan harga produsen kakao biji tahun tersebut (Statistik Harga Produsen Sektor Pertanian Sulteng Tahun 2007).

Kakao biji diperdagangkan tidak saja di pasar domestik, tetapi juga secara meluas hingga ke pasar dunia. Ini berarti komoditi tersebut bisa memberikan sumbangan devisa tidak saja terhadap perekonomian nasional sebagaimana telah dikemukakan di atas, tetapi juga terhadap perekonomian Sulteng. Tahun 2005, volume ekspor Sulteng sebesar 116.575,35 Ton dengan nilai US$ 133,094,391.00. Pada tahun 2008, angka-angka tersebut menjadi 8.780,43 Ton dengan nilai US$ 198,004,207.41 (DISPERINDAG, 2006 dan 2009). Jadi, meskipun volume ekspor cenderung menurun, namun nilainya cenderung meningkat, karena peningkatan harga-harga dunia.

Bila menggunakan kurs Desember 2008, yaitu Rp. 11.092 (Statistik Indonesia, 2009), nilai ekspor di atas adalah Rp. 2,20 triliun, atau 48,25 persen dari nilai ekspor barang dan jasa Sulteng dalam tahun tersebut. Ini mengartikan bahwa komoditi kakao biji memiliki peran yang penting dari sisi permintaan ekonomi wilayah.

Dengan potensi sebagaimana digambarkan di atas, kakao biji menjadi komoditi pendukung perekonomian kabupaten-kabupaten di Sulteng (secara khusus subsektor perkebunan dan subsektor perdagangan, dan secara umum sektor pertanian dan sektor perdagangan). Hingga 2008, sektor pertanian merupakan sektor basis perekonomian Sulteng. Sektor pertanian menyumbang 42,26 persen terhadap perekonomian Sulteng. Sementara itu, sektor perdagangan meskipun bukan sektor basis di tingkat propinsi, namun merupakan penyumbang terbesar kedua setelah sektor pertanian dengan besar sumbangan 11,90 persen. Jadi, dari sisi penawaran, sektor pertanian berbasis komoditi kakao biji diharapkan dapat mendorong perekonomian kabupaten-kabupaten di Sulteng, dan selanjutnya, sektor perdagangan berbabasis perdagangan kakao biji diharapkan bersama-sama sektor pertanian turut mendorong pertumbuhan tersebut.


(40)

4

1.1.1 Identifikasi Masalah

Potensi kakao biji Sulteng yang dikemukakan di atas belum dapat dimanfaatkan secara optimal, karena diperhadapkan pada beberapa masalah yang bersumber dari sisi permintaan dunia, dan sisi penawaran kakao biji Sulteng. Adapun masalah yang bersumber dari sisi permintaan dunia dapat dijabarkan, sebagai berikut :

(i) Salah satu masalah klasik yang hingga kini dihadapi oleh kakao biji asal Indonesia (termasuk Sulteng) adalah tatacara aturan perdagangan global

WTO, yang masuk dalam kategori SPS (Sanitary and Phytosanitary) dan

TBT (Technical Barrier to Trade). Kedua kategori ini memungkinkan

penalti (automatic detention) atas kakao biji asal Indonesia. Potongan harga berkisar dari 7 persen (Akiyama dan Nishio, 1997: 110 – 111) hingga 40 persen (Ritterbusch dan Mϋhlbauer, 2001:10).

(ii) AS (negara tujuan ekspor utama kedua setelah Malaysia) tidak begitu selektif dalam meminta kakao biji yang bermutu, sehingga harga kakao didasarkan atas harga kakao biji asalan. Oleh karena itu, pedagang pengumpul desa menetapkan harga kakao biji berdasarkan kakao yang tidak terfermentasi. Konsekuensinya, petani enggan melakukan fermentasi, karena tidak ada insentif harga antara kakao biji yang tidak terfermentasi, dan yang terfermentasi. Selain itu, industri pengolahan kakao grinding di Indonesia belum berkembang baik, sehingga sebagian besar, kakao biji yang diekspor adalah kakao biji asalan, dan ini telah menjadi image di pasar dunia.

(iii) Untuk karakteristik cocoa butter, kriteria kandungan lemak (dry nib base) adalah 55 – 58 persen (Ritterbusch dan Muhlbauer, 2004: 13). Kadar lemak kakao Sulawesi tergolong rendah, yaitu kurang daripada 52 persen (Zaenudin dan Wahyudi,1996: 46). Sementara itu, kadar lemak kakao dari Afrika Barat minimum 58 persen (Ibrahim, 1997: 13) Oleh karena itu, kakao biji asal Indonesia dihargai rendah di pasar dunia.


(41)

5

(iv) Akiyama dan Nishio (1997: 103). telah menemukan bahwa harga kakao

biji di tingkat usahatani di Indonesia berdasarkan harga konstan 1993, kurang daripada separuh dibandingkan dengan harga pertengahan 1980-an. Ini merupakan indikasi bahwa pasar kakao biji di tingkat petani kurang terintegrasi dengan pasar kakao dunia.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa selain dari sisi permintaan kakao biji dunia, masalah juga muncul dari sisi penawaran yang dapat dijabarkan, sebagai berikut :

(i) Hingga kini, kakao biji Indonesia (termasuk Sulteng) masih memiliki daya saing yang lemah, karena kualitas rendah. Kualitas rendah karena usahatani kakao diselenggarakan atas dasar swadaya masyarakat yang umumnya bukan berasal dari benih unggul. Di samping itu, petani kakao umumnya

enggan melakukan fermentasi sebagaimana telah dikemukakan

sebelumnya.

(ii) Rendahnya kualitas kakao biji asal Indonesia (termasuk Sulteng), selain karena tidak terfermentasi, juga karena serangan hama pod-borer, karena daging buah kakao tampak berwarna hitam, keriput dan ringan.

(iii) Di samping kualitas rendah, daya saing kakao yang lemah disebabkan oleh biaya produksi yang tinggi. Biaya produksi terus meningkat, karena tidak ada lagi subsidi input faktor. Dalam masa pemerintahan Presiden Megawaty Soekarnoputri, Pemerintah mencabut semua subsidi input faktor untuk tanaman pertanian, sehingga harga-harga input faktor tersebut meningkat drastis.

(iv) Di tingkat propinsi, dalam era desentrasiliasi dan otonomi pengembangan ekspor kakao akan berhadapan dengan pajak dan tarif yang diluncurkan untuk mengejar peningkatan pendapatan wilayah. Akiyama dan Nishio (1997: 107) telah menemukan bahwa di Kabupaten Donggala, Kabupaten Buol Toli-Toli dan Kabupaten Luwuk Banggai Propinsi Sulteng. Pemerintah Daerah membebankan retribusi atas transport kakao


(42)

6 per kilogram secara berturut - turut di masing-masing kabupaten tersebut adalah Rp. 15, Rp. 25 dan Rp. 4 – 10. Ini adalah tarif per hari yang akan dipungut untuk satu hari jika kakao melewati pos-pos jaga dalam hari tersebut.

(v) Pertumbuhan ekonomi wilayah (Sulteng) cenderung membaik. Dalam

kurun waktu 2000 – 2007, pertumbuhan ekonomi Sulteng (9,44% / tahun) berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional (7,89% / tahun). Meskipun demikian, kinerja ekonomi propinsi tersebut masih tergolong rendah. Ini diindikasikan oleh (a) pangsa relatif ekonomi wilayah terhadap ekonomi nasional masih jauh dari nilai harapan teoritis (0,60% vs 3,49%). Luas wilayah daratan Sulteng 3,49 persen dari luas wilayah nusantara. Secara kasar, bila lahan dianggap merupakan faktor produksi utama, maka pangsa relatif teoritis ekonomi wilayah ini adalah 3,49 persen; (b). produktivitas sektor pertanian yang rendah (< 1), yaitu rasio antara sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB Sulteng dengan sumbangan penyerapan AK sektor tersebut; (c) PDRB per kapita (Rp. 9,07 juta atas dasar harga berlaku 2007) masih di bawah PDB per kapita (Rp.17,50 juta ); (d) disparitas PDRB per kapita antar-daerah yang cenderung membesar yang diindikasikan oleh varians PDRB per kapita antar-daerah di propinsi ini yang cenderung membesar dalam kurun waktu 2000 – 2007.

(vi) Kinerja ekonomi propinsi ini yang masih tergolong rendah sebagaimana

dikemukakan di atas mempengaruhi tingkat pendapatan per kapita, dan jumlah penduduk miskin di propinsi ini. Pendapatan per kapita (PPK) yang diindikasikan oleh pengeluaran per kapita propinsi ini (Rp. 580.200 tahun 2005) masih tergolong rendah, karena masih berada di bawah rata-rata PPK nasional (591.200 tahun yang sama). (Indeks Pembagunan Manusia, 2006). Selanjutnya, jumlah penduduk miskin di propinsi tersebut masih tergolong besar, yaitu 524.700 jiwa atau 20,75 persen dari total penduduk propinsi


(43)

7

1.1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja ekonomi wilayah Sulawesi Tengah tergolong rendah. Padahal, propinsi tersebut merupakan propinsi peringkat pertama dalam memasok kakao biji nasional. Sementara itu, kakao biji diperdagangkan secara meluas di pasar dunia. Oleh karena itu, pertanyaan penting yang memerlukan jawaban penelitian ini ialah bagaimana strategi pengembangan model ekonomi wilayah (Sulteng) yang berbasis komoditi kakao biji ?

Pertanyaan di atas menimbulkan beberapa pertanyaan penting yang menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian ini, sebagaimana dikemukakan berikut ini :

(i) Bagaimana kondisi usahatani kakao di Sulteng ? Apakah layak diusahakan

dan dikembangkan terkait dengan tingkat produktivitasnya yang rendah ? (ii) bagaimana struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar komoditi kakao biji

di Sulteng ?

(iii) Bagaimana respon produksi kakao biji terhadap faktor-faktor produksi

yang cenderung meningkat dan kebijakan-kebijakan perkakaoan di Sulteng ?

(iv) Bagaimana tingkat integrasi pasar kakao biji di berbagai tingkatan ?

(v) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor kakao biji

kabupaten-kabupaten di Sulteng tersebut ?

(vi) Bagaimana pengaruh total perdagangan bersih (net trade) komoditi tersebut terhadap kinerja ekonomi wilayah, pendapatan per kapita, daya saing kakao biji, distribusi pendapatan, dan jumlah penduduk miskin di Sulteng ?

(vii) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya saing kakao biji

Sulteng ?


(44)

8

Pemasok Permintaan relatif

Peringkat III Kecil

Gambar 1 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kakao Kebutuhan Manusia Perdagangan Dunia Produksi Relatif konstan Konsumsi Cenderung meningkat Harga dunia naik Posisi Indonesia Ekonomi Nasional Sektor Pertanian Ekonomi Wilayah Sisi Produksi Sisi Permintaan Pertumbuhan Ekonomi Kebijakan Pengembangan Pemerintah Pusat Pemerintah Propinsi Konsumsi Investasi Belanja Pemerintah Net Ekspor Produktivitas Sektor pertanian Masih rendah Pangsa Relatif Ekonomi Wilayah Lebih Kecil daripada Nlai Harapan PDRB/kapita tergolong rendah Meningkatnya disparitas PDRB/kapita Antar-daerah

PPK Kemiskinan

Masalah:

- Permintaan Dunia + SPS & TBT + Pergeseran Pasar + Segment Pasar + Eskalasi Tarif + Melemahnya Harga - Penawaran Indonesia

+ Daya saing lemah + Biaya produksi naik + Tatanan pasar domestik + Desentralisasi/otonomi


(45)

9

Pertanyaan-pertanyaan penelitian di atas merupakan batasan ruang lingkup penelitian ini. Pembatasan ini dilakukan karena pertimbangan kajian masalah kakao dalam penelitian ini sangat luas, yaitu dari aspek mikro (produksi usahatani) sampai makro (perdagangan internasional). Oleh karena itu, di level ekonomi wilayah (meso), dari sisi penawaran, kajian difokuskan pada aspek produksi, dan dari aspek permintaan, kajian difokuskan pada aspek perdagangan internasional .

Sulteng dijadikan target penelitian karena merupakan pemasok peringkat pertama kakao biji nasional, sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Alasan lain muncul dari kurangnya publikasi-publikasi penelitian kakao rakyat propinsi tersebut.

Sebelum tahun 1999, Sulteng terdiri atas satu kota (Palu) dan empat kabupaten. Kini keempat kabupaten tersebut telah dimekarkan masing-masing menjadi dua kabupaten, bahkan Poso menjadi tiga kabupaten, yaitu Poso (kabupaten induk), Morowali dan Tojo Una-una (Touna). Kabupaten Donggala menjadi Kabupaten Donggala (induk) dan Kabupaten Parigi Moutong (Parimo). Kabupaten Buol Toli-toli menjadi Kabupaten Toli-toli (induk) dan Kabupaten Buol. Kabupaten Luwuk Banggai menjadi Kabupaten Banggai (induk) dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep). Kesembilan kabupaten tersebut memasok kakao biji. Kabupaten Parimo merupakan pemasok peringkat pertama dengan besar pasokan 33,49 persen pada tahun 2008. Selanjutnya, Kabupaten Donggala merupakan pemasok peringkat kedua (22,43%), dan Kabupaten Poso pemasok peringkat ketiga (12,03%). Kabupaten lainnya masing-masing memasok tidak lebih daripada 10 persen. Pasokan kakao biji Kota Palu adalah pasokan terkecil (0,04%), sehingga diakumulasikan ke pasokan Kabupaten Donggala. Ini dilakukan karena Kota Palu juga dimekarkan dari Kabupaten Donggala.


(46)

10

1.2 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan mengembangkan model ekonomi wilayah Sulteng yang berbasis komoditi kakao biji. Secara rinci tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut :

(i) Menganalisis kelayakan usahatani kakao rakyat Sulteng, dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitasnya;

(ii) Mempelajari struktur, tingkah laku dan efektivitas pasar kakao biji Sulteng, serta keadaan lembaga tataniaganya;

(iii) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi respon produksi, volume

ekspor, daya saing kakao biji, distribusi pendapatan, dan jumlah penduduk miskin di kabupaten-kabupaten Sulteng;

(iv) Menganalisis dampak perdagangan domestik kakao biji melalui hubungan

antara pertumbuhan nilai produksi kakao biji, nilai perdagangan bersih komoditi tersebut dengan kinerja ekonomi wilayah (propinsi dan kabupaten-kabupaten), dan dampaknya terhadap pendapatan per kapita, daya saing kakao biji, distribusi pendapatan, dan jumlah penduduk miskin di Sulteng;

(v) Menganalisis dampak perdagangan internasional kakao biji melalui (i)

integrasi harga kakao biji antara harga dunia kakao biji dengan harga eksportir di pusat pasar Palu, dan harga eksportir dengan harga kakao biji di pasar-pasar domestik kabupaten, serta harga kakao biji dipasar-pasar domestik kabupaten dengan harga kakao biji di tingkat petani produsen; dan (ii) hubungan pertumbuhan nilai produksi kakao biji, pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji dengan pertumbuhan ekonomi wilayah.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini menjadi sangat penting karena manfaatnya. Secara umum manfaat penelitian ini ialah tersedianya informasi yang menjadi entry point bagi


(47)

11 semua stakeholder yang terkait dengan ekonomi wilayah kakao biji. Secara rinci, manfaat penelitian ini terhadap berbagai stakeholder adalah sebagai berikut (i) Untuk Pemerintah Pusat sebagai informasi dalam pengembangan

kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan produksi kakao biji, dan kejelasan tatanan pasar dalam negeri.

(ii) Untuk Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten-kabupaten sebagai informasi dalam pengembangan produksi, distribusi, dan kelembagaan, baik pemasaran maupun perkreditan, serta pengembangan kebijakan subsidi input faktor dalam meningkatkan kinerja ekonomi wilayah Sulteng. (iii) Untuk pedagang dan pengusaha (eksportir) kakao biji sebagai informasi

dalam mendorong pengembangan perkakaoan di Sulteng.

(iv) Untuk petani kakao sebagai informasi dalam pengembangan produksi dan

produktivitas usahatani kakao dan pemasaran hasil.

(v) Untuk Peneliti dan akademisi sebagai informasi dalam penelitian-penelitian pengembangan komoditi kakao maupun komoditi lainnya dalam meningkatkan kinerja ekonomi wilayah.

Selain manfaat yang dikemukakan di atas, penelitian ini telah mengembangkan sintesis model antara model-model perdagangan (domestik dan internasional) kakao biji dengan model-model ekonomi regional, dan antara model-model ekonomi regional dengan model ekonomi pembangunan, yang diaplikasikan untuk perekonomian Propinsi Sulawesi Tengah. Sintesis tersebut melibatkan perkawinan (penggabungan) dan substitusi model, sebagai berikut :

(i) Substitusi model telah dilakukan antara model analisis perdagangan

internasional (Constant Market Share – CMS) dengan model analisis

pertumbuhan ekonomi wilayah (Shift Share Analysis) untuk mendapatkan koefisien daya saing kakao biji Sulteng per kabupaten. Data daya saing kakao biji dalam kurun waktu analisis 1985 – 2008 tidak tersedia.


(48)

12

(ii) Perkawinan (penggabungan) model telah dilakukan antara model

makroekonometrik wilayah (Theil Index) dengan model ekonomi

pembangunan (Gini Ratio) untuk mendapatkan koefisien distribusi

pendapatan Sulteng per kabupaten. Data distribusi pendapatan di Sulteng per kabupaten tidak tersedia dalam kurun waktu analisis.


(1)

Yantu, M.R., 1997b. Sektor Basis Ekonomi Sulawesi Utara. Jurnal Agroland 16 (3): 15 – 21. Juni 1997

Yantu, M.R., 2000. Dampak Fasilitas Kredit Usahatani Terhadap Sistem Usahatani Palagung Di Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Agroland Vol. 7 No. 3: 243 – 249. September 2000. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu. Yantu, M.R., Eka Putra, Agus Prabowo, Freddy S. Ngiu, Abdul Haris PanaI, Bambang

Suprianto dan Iwan Mustapa. 2001. Studi Kelayakan Pengeloaan Pembangunan Wilayah Terpadu dalam Perspektif Pertanian Di Kawasan Pantura Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo. Jurnal Agroland 8 (3): 278 – 283. September 2001.

Yantu, M.R., Mamiek Slamet, Thamrin dan Franky Palit. 2002. Studi Peningkatan Mutu Intensifikasi Padi Sawah Di Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmiah. Agrisains. Vol. 3 No. 1: 16 – 21. April 2002. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu.

Yantu, M.R. 2003. Evaluasi Dinamika Capital dalam Pembangunan Ekonomi P:ropinsi-propinsi Di Indonesia dalam Perspektif Model Solow. Makalah Ekonomi Makro Lanjutan (tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu-ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Program Pascasarjana Institut Pertanian bogor.

Yantu, M.R 2005a. Analisis Respon Penawaran Kakao Rakyat Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Agrokultur. Vol.2 No. 2: 1 – 11. Juni 2005.

Yantu, M.R 2005b. Masalah Perdagangan Internasional Komoditi Kakao Indonesia: Suatu Tinjauan Kritis. Jurnal Agrokultur. Vol. 2. No. 3: 89 – 98. Juli – Desember 2005. Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Sulawesi Tengah – Bogor.

Yantu, M.R. 2006. Strategi Pengembangan Lembaga Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian dalam Perspektif Ekonomi Wilayah Sulawesi Tengah. Makalah Kebijakan Dalam Prosiding Seminar Nasional Perbenihan 2005. Palu. 13 – 14 Agustus 2005 dengan Tema Peranan Benih dalam Menunjang Pertanian sebagai suatu Sistem Holistik. Kerjasama Universitas Tadulako dengan Forum Perbenihan Propinsi Sulawesi Tengah. Badan Penelitian Pengembangan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah. dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Tadulako University Press. Palu. ISBN: 979-3701-48-X.

Yantu, M.R. 2007. Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Agroland Vol.14 No.1: 31 – 37. Maret 2007. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu.

Yantu, M.R., Sisfahyuni, Ludin dan Taufik. 2008. Komposisi Industri yang Membangun Sektor Pertanian Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland 15 (4): 316 – 322. Desember 2008.

Yantu, M.R., Sisfahyuni, Ludin dan Taufik 2009. Strategi Pengembangan Subsektor Perkebunan dalam Perekonomian Sulawesi Tengah. Media LITBANG Sulawesi Tengah. Vol. II (1): 44 -50. Oktober 2009. BALITBANGDA Propinsi Sulawesi Tengah.


(2)

Yantu, M.R., Sisfahyuni dan Ludin. 2009. Kekuatan Permintaan dan Penawaran Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland 16 (3): 237 – 244. September 2009.

Zaenudin dan Teguh Wahyudi. 1996. Laporan Kunjungan Tim ASKINDO Ke Amerika Serikat dalam Upaya Meniadakan Automatic Detention terhadap Kakao Indonesia. Warta Puslit Kopi dan Kakao 1996. 12(1): 44-47.

Zen, M.T. 1999. Falsafah Dasar Pengembangan Wilayah: Memberdayakan Manusia. dalam Alkadri. Muchdie dan Suhandoyo (Penyunting). 1999. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah. Sumberdaya Alam. Sumberdaya Manusia. Teknologi. Edisi Pertama. Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.


(3)

DAFTAR SINGKATAN

AK = angkatan kerja

ASKINDO = Asosiasi Kakao Indonesia (perkumpulan eksportir kakao Indonesia) Bangkep = Banggai Kepulauan

BAPPEDA = Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BBK = busuk buah kakao

BM = blok model

BPS = Badan Pusat Statistik CMS = constant market share CPI = consumer price index

DISTRIBUSIPK = distribusi pendapatan kabupaten DISTRIBUSIPS = distribusi pendapatan Sulteng DSAINGKBK = daya saing kakao biji kabupaten DSAINGKBS = daya saing kakao biji Sulteng EKONOMIK = ekonomi kabupatgen

EKONOMIS = ekonomi Sulteng EKONOMINAS = ekonomi nasional EKSKB = volume ekspor kakao biji G = pertumbuhan

GDP = gross domestik product

GEKONOMIK = pertumbuhan ekonomi kabupatgen GEKONOMIS = pertumbuhan ekonomi Sulteng GEKONOMINAS = pertumbuhan ekonomi nasional

GNPBKB = pertumbuhan nilai perdagangan bersih kakao biji GPRODKBK = pertumbuhan produksi kakao biji kabupaten GPRODKBS = pertumbuhan produksi kakao biji Sulteng GPDRBKBK = pertumbuhan PDRB kakao biji kabupaten GPDRBKBS = pertumbuhan PDRB kakao biji Sulteng

GPSSPAMTNKBK= pertumbuhan PDRB subsektor perdagangan asal margin tataniaga kakao biji kabupaten


(4)

GPSSPAMTNKBS = pertumbuhan PDRB subsektor perdagangan asal margin tataniaga kakao bijiSulteng

GSPERTK = pertumbuhan sektor pertanian kabupaten GSPERTS = pertumbuhan sektor pertanian Sulteng

GSPHRK = pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran kabupaten GSPHRS = pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran Sulteng GSUPPLYKB = pertumbuhan penawaran kakao biji

GUE = pertumbuhan pengangguran KAK = ketimpangan antar-kabupaten

KRDAit = kurs riil rupiah terhadap dolar AS di tingkat petani KRDAKit = kurs riil rupiah terhadap dolar AS di tingkat kabupaten KRDAt = kurs riil rupiah terhadap dolar AS di Sulteng

KRDK = ketimpangan rata-rata dalam kabupaten

KRRMit = kurs riil rupiah terhadap ringgit Malaysia di tingkat petani KRRMKit = kurs riil rupiah terhadap ringgit Malaysia di tingkat kabupaten KRRMt = kurs riil rupiah terhadap ringgit Malaysia di tingkat Sulteng KTh = total ketimpangan Theil

ICCO = International Coffe and Cocoa Organization IHK = indeks harga konsumen

INFit = inflasi kabupaten INFt = inflasi Sulteng IR = tingkat bunga bank

JRTM = jumlah rumah tangga miskin KB = kakao biji

KK = kepala keluarga LQ = location quotient MT = margin tataniaga

NPBKB = nilai perdagangan bersih kakao biji NPKB = nilai produksi kakao biji

NTNKB = nilai tataniaga kakao biji PBK = penggerek buah kakao P = harga


(5)

PDC = harga kakao biji di pasar domestik kabupaten

PDS = harga komoditi subsotitusi (kopi biji) di pasar domestik kabupaten PDP = harga pupuk di pasar domestik kabupaten

PDPS = harga pestisida di pasar domestik kabupaten PDRB = produk domestik regional bruto

PFC = harga kakao biji di tingkat petani

PFS = harga komoditi substitusi (kopi biji) di tingkat petani PHR = perdagangan, hotel dan restoran

PPK = pendapatan per kapita PPP = pusat pasar Palu

PXCt = harga ekspor kakao biji di pusat pasar Palu

PXSt = harga ekpsor komoditi substitusi (kopi biji) di pusat pasar Palu PXCt = harga ekspor kakao biji di pusat pasar Palu

PWCt = harga kakao biji di pasar dunia PPT I = pedagang pengumpul tipe I PPT II = pedagang pengumpul tipe II PRW = pangsa relatif wilayah

PSSPAMTNKBK= PDRB subsektor perdagangan asal margin tataniaga kakao biji kabupaten

PSSPAMTNKBS = PDRB subsektor perdagangan asal margin tataniaga kakao biji Sulteng

RMSE = root mean square error RT = rumah tangga

RTM = rumah tangga miskin Sulteng = Sulawesi Tengah

SPERTK = sektor pertanian kabupaten SPERTS = sektor pertanian Sulteng

SPHRK = sektor perdagangan, hotel dan restoran kabupaten SPHRS = sektor perdagangan, hotel dan restoran Sulteng SS = subsketor

SSA = shift share analysis

SSPERD = subsektor perdagangn


(6)

SSPERDS = subsektor perdagangn Sulteng SSPERK = subsektor perkebunan

SSPERKK = subsektor perkebunan kabupaten SSPERKS = subsektor perkebunan Sulteng TN = tataniaga

TNLL = Taman Nasional Lore Lindu Touna = Tojo Una-una

Toli2 = Toli-toli