Kelembagaan Pemasaran Kakao Biji Di Tingkat Petani

369 satu pada taraf alfa 25 persen. Ini mengartikan bahwa input faktor tersebut juga belum dimanfaatkan secara efisien. Hasil analisis yang dikemukakan di atas berbeda dengan hasil analisis efisiensi harga-harga faktor produksi dalam usahatani kakao rakyat di Sulawesi Tenggara. Sebagaimana Bafadal 2000: 110 melaporkan bahwa input faktor dengan nilai rasio lebih besar daripada satu, yang berarti belum dimanfaatkan secara efisien berturut-turut adalah pestisida, tenaga kerja dan urea. Peneliti tersebut tidak memisahkan antara tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang keduanya di Sulteng telah dimanfaatkan secara efisien. Paparan di atas menunjukkan bahwa dari 8 input faktor tidak tetap dalam usahatani kakao rakyat di Sulteng, ada sebagian besar lima yang berpengaruh nyata terhadap produksi kakao biji. Tiga di antaranya telah dimanfaatkan secara efisien oleh petani kakao. Hal ini mengindikasikan bahwa usahatani kakao rakyat di Sulteng memiliki tingkat kelayakan yang sedang. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa usahatani di Sulteng layak diusahakan telah teruji kebenarannya. Meskipun tingkat kelayakan tersebut digolongkan sedang. Tingkat kelayakan tersebut dapat ditingkatkan lagi dengan memanfaatkan input faktor lainnya sampai pada taraf yang mempengaruhi jumlah produksi kakao rakyat, dan digunakan secara efisien. Dengan demikian, usahatani kakao rakyat di Sulteng memiliki potensi dalam pengembangannya, dilihat dari aspek input faktor. Hal ini berarti program intensifikasi kakao rakyat di Sulteng perlu menjadi perhatian yang serius.

5.3 Kelembagaan Pemasaran Kakao Biji Di Tingkat Petani

Penelitian ini menemukan bahwa antara petani dengan pedagang, baik pedagang pengumpul, pedagang desa maupun pedagang kecamatan telah terjalin kontrak kerja yang telah melembaga, seperti hubungan principal – agent . Rowley dan Elgin 1988: 281 mengemukakan bahwa suatu hubungan agensi didefinisikan sebagai suatu kontrak di mana satu orang atau lebih principals mengajak orang lain agent untuk menyelenggarakan beberapa 370 jasa yang melibatkan pendelegasian kewenangan pengambilan keputusan ke agent . Berdasarkan definsi ini, maka dalam kelembagaan principal – agent prinsipel – agen untuk pemasaran kakao biji di tingkat petani, petani adalah prinsipel dan pedagang adalah agen. Wawancara dengan petani responden mengungkapkan bahwa dalam kelembagaan pemeasaran tersebut, petani bisa meminjam uang ke pedagang, baik untuk keperluan pembelian input faktor maupun kebutuhan konsumsi keluarganya. Konsekuensinya, pertama, petani harus menjual hasil usahatani kakaonya ke pedagang pengumpul. Meskipun petani telah meminjam uang kepada pedagang pengumpul, namun harga yang diterima oleh petani adalah harga normal yang berlaku. Kedua, sebagai balas jasa, pedagang mendapatkan bonus empat kilogram kakao biji dari setiap ada kejadian transaksi jual-beli antara keduanya. Ini berarti makin sedikit produk yang dijual oleh petani ke pedagang pengumpul, makin banyak persentase balas jasa atas peminjaman uang. Peminjaman uang ini diistilahkan dengan istilah panjar. Dalam kelembagaan pemasaran prinsipel – agen petani – pedagang, petani kakao melakukan kontrak dengan kondisi bounded rationality karena informasi asimetri, sehingga kontrak kesepakatan harga dan mutu kakao tersebut merupakan kontrak yang tidak lengkap Incomplete contract. Jadi, kontrak tersebut melemahkan posisi tawar petani kakao, sehingga sebenarnya kontrak tersebut tidak layak Kesimpulan ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Williamson 1996: 9 bahwa dengan alasan bounded rationality, maka kontrak yang komprehensif merupakan suatu pilihan yang tidak layak. Sebenarnya, keterbatasan rasionalitas tetapi intended rationality tersebut diterjemahkan ke dalam kontrak tidak lengkap incomplete tetapi firsighted contract. Kontrak tersebut sebenarnya lawan dari kontrak myopic. Dalam kontrak yang incomplete, prinsipel petani kakao bisa mengatur beberapa situasi, tetapi tidak jelas situasi yang mana yang mereka lakukan. Ini disebabkan oleh adanya ketidak-pastian pada waktu kontrak dilakukan Menard, 2000: 246. Meskipun demikian, kedua partai pedagang dan petani 371 yang melakukan kontrak bisa diberitahukan secara penuh tentang kemungkinan-kemungkinan yang terealisasi Williamson, 1994: 102. Hasil wawancara dengan petani yang mempunyai hubungan kontrak dengan pedagang pengumpul, paling sedikit produk kakao biji yang dijual ke pedagang pengumpul adalah 10 kg setiap penjualan dalam musim antara. Hal ini berarti bahwa petani hanya mendapatkan nilai penjualan dari 6 kg. Adapun, hasil wawancara dengan pedagang pengumpul mengungkapkan bahwa dalam musim raya pokok, pedagang pengumpul dapat melakukan transaksi dengan para petani rata-rata 4 karung kecil kakao biji per hari. Satu karung berisi 40 kg kakao biji. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden dapat diketahui bahwa sebagian besar 65 petani responden terlibat dalam kelembagaan prinsipel – agen. Hal ini berarti ada petani yang memanfaatkan kredit bank juga terlibat dalam kelembagaan tersebut, karena ada sekitar 56 persen petani responden yang memanfaatkan kredit bank. Selanjutnya, kelembagaan tersebut tidak saja melibatkan petani – pedagang pengumpul, tetapi juga petani – pedagang desa, dan petani – pedagang kecamatan. Sementara itu, balas jasa bonus untuk pedagang makin menurun. Di tingkat pedagang pengumpul 4 kg per panen, di tingkat pedagang desa menurun menjadi 3 kg, dan di tingkat pedagang kecamatan sebesar 2 kg per panen. Dari semua petani yang terlibat dalam kelembagaan prinsipel – agen, sekitar 50 persen terlibat dengan pedagang pengumpul, 30 persen dengan pedagang desa, 20 persen dengan pedagang kecamatan. Pola persentase hubungan tersebut menjadikan pola penjualan kakao biji oleh petani ke pedagang, yaitu 50 persen ke pedangan pengumpul, 30 persen ke pedagang desa, dan 20 persen ke pedagang kecamatan. Kontrak panjar antara petani dan pedagang di Sulteng menunjukkan adanya eksploitasi tersembunyi oleh pedagang kepada petani. Karena, petani memanen kakaonya sepanjang tahun, dan setiap panen petani harus menyerahkan bonus biaya kontrak. Oleh karena itu, kontrak tersebut 372 termasuk dalam kontrak incomplete, di mana kontrak dibuat di bawah kondisi bounded rationality nya petani. Kontrak ini bertahan bertahun-tahun, karena infrastruktur kelembagaan yang terkait dengan petani belum berkembang baik di perdesaan Sulteng, sehingga pedagang dapat memanfaatkan dana panjar, yang sangat dibutuhkan oleh petani dalam pembelian input faktor produksi. Jadi, dana panjar tersebut menjadi dana investasi bagi petani. Kasus yang sama dilaporkan oleh Vukina dan Leegomonchai 2006: 603. Kedua peneliti tersebut telah menemukan bukti empiris tentang hold-up dalam kontrak produksi industri broiler. Dalam kasus kontrak incomplete panjar dan bonus yang berlangsung lama hold up di perdesaan Sulteng membawa konsekuensi logis atas kerugian sosial yang tinggi. Karena, pendapatan petani tidak meningkat, dan petani tetap tergantung terus menerus ke pedagang. Kerugian sosial akibat kontrak incomplete juga telah dilaporkan oleh Wu dan Roe 2007: 256. Kondisi yang terjadi dalam pasar kakao di tingkat petani sebagaimana digambarkan di atas, sebenarnya bisa diperbaiki dengan adanya intervensi pemerintah untuk menetralisir kekuatan pedagang. Kerugian sosial bisa dikurangi bila pemerintah membuat kelembagaan yang bisa memainkan peranan penting dalam pasar kakao di tingkat petani. Kelembagaan tersebut harus melakukan kontrak yang transparansi dengan petani, agar informasi menjadi simetris bagi petani. Wu dan Roe 2007: 256 melaporkan bahwa jika suatu partai ketiga yaitu kelembagaan pemerintah menyelenggarakan kontrak yang sempurna perfect, maka efisiensi sosial meningkat. Jika penyelenggaraan kontrak incomplete one – sided imperfect information, maka ini dapat menghambat kisaran mekanisme insentif informal yang membawa ke kehilangan-kehilangan yang signifikan dalam efisiensi sosial. Tabel 54 menyajikan hasil analisis maximum likelihood model logit persamaan, MO.26 tentang faktor-faktor yang menyebabkan petani memilih kelembagaan prinsipel – agen. MacFadden R-Squared dari persamaan tersebut 373 bernilai 0,9853, suatu angka yang tergolong sangat tinggi. Ini mengindikasikan bahwa model persamaan tersebut dapat diandalkan dalam melakukan prediksi. Tabel 54. Estimasi Maximum Likelihood Model Logit Persamaan MO.26 Untuk Menganalisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Memilih Kelembagaan Dependent Variable : DOK ------------------------------------------------------------------------------------------- Variable Coeficient Std. Error z-statistic Prob. Marginal Effect ------------------------------------------------------------------------------------------- C -48,868340 12,658950 -3,860378 0,000100 -10,536258 LL b -0,374490 1,826250 -0,205060 0,837500 -0,080742 JKB ns 0,003199 0,001171 2,731432 0,006300 0,000690 PENG b 1,315117 0,292704 4,492989 0,000000 0,283546 PEND a -0,479686 0,129012 -3,718142 0,000200 -0,103423 JAK b 0,484718 0,303264 1,598334 0,110000 0,104508 TPRTP d -0,000990 0,000197 -5,021333 0,000000 -0,000213 NPLUSK a 0,451332 0,150535 2,998192 0,002700 0,097309 NUTKLK b 0,000760 0,000521 1,459371 0,144500 0,000164 NUREA d 0,003327 0,004657 0,714514 0,474900 0,000717 NTSP ns 0,013679 0,013774 0,993089 0,320700 0,002949 NKCL ns -0,013896 0,007632 -1,820744 0,068600 -0,002996 NPEST c -0,032564 0,007945 -4,098520 0,000000 -0,007021 NHERB a -0,013380 0,004565 -2,931063 0,003400 -0,002885 IH b 9,120552 2,441993 3,734881 0,000200 1,966437 PTDP b 5,582711 0,817429 6,829600 0,000000 1,203660 DSP1 a -0,156965 0,813693 -0,192905 0,847000 -0,033842 DSP2 ns 5,864492 1,711960 3,425601 0,000600 1,264414 Mean dependent var b 0,650000 S,D, dependent var 0,478467 S,E, of regression 0,040919 Akaike info criterion 0,244038 Sum squared resid 0,237764 Schwarz criterion 0,589995 Log likelihood -1,523047 Hannan-Quinn criter, 0,384519 Restr, Log likelihood -103,5915 Avg, log likelihood -0,009519 LR statistic 17 df 204,1368 McFadden R-squared 0,985298 ProbabilityLR stat 0,000000 Obs with Dep=0 56 Total obs 160 Obs with Dep=1 104 a = sangat nyata; b = nyata pada taraf alfa 1; c = nyata pada taraf alfa = 10; dan d = nyata pada taraf alfa 15; ns = tidak nyata -------------------------------------------------------------------------------------------- Catatan : Nama dan ukuran peubah dijelaskan dalam Tabel 18 374 Kemampuan yang tinggi dalam memprediksi dari model persamaan MO.26 yang disajikan dalam tabel di atas juga diindikasikan oleh percentace of correct prediction bernilai 100 persen dengan total gain 35 persen. Selanjutnya, hal tersebut terkait dengan banyaknya peubah-peubah penjelas yang nyata secara statistik. Dari 17 peubah penjelas dalam persamaan tersebut, sebanyak 13 peubah nyata secara statistik. Ini mengartikan bahwa peubah- peubah tersebut ikut menentukan pilihan petani dalam memilih kelembagaan prinsipel – agen. Oleh karena koefisien regresi dari model persamaan kelembagaan tersebut merupakan koefisien elastisitas, maka tampak bahwa ada tiga peubah yang menunjukkan respon elastis dalam pemilihan kelembagaan prinsipel – agen oleh petani. Adapun peubah – peubah tersebut adalah keterangan kepastian informasi harga, keterangan prosedur transaksi dan pengembalian kredit, dan status petani asli atau pendatang. Parameteri dugaan peubah keterangan kepastian informasi harga bernilai 1,97 dan sangat nyata secara statistik taraf alfa 1. Hal ini mengartikan bahwa makin tidak pasti informasi harga yang diterima petani, makin tinggi probabilitas petani untuk memiliki kelembagaan prinsipel - agen. Bila ketidak-pastian informasi harga naik 100 persen artinya petani tidak tahu sama sekali kepastian informasi harga yang sebenarnya, maka probabilitas petani yang memilih kelemgaan prinsipel – agen naik sebesar 197 persen. Parameter dugaan peubah keterangan prosedur transaksi dan pengembalian pinjaman bank bernilai 1,20 dan sangat nyata secara statistik. Ini mengartikan bahwa makin sulit prosedur transaksi dan pengembalian pinjaman bank, makin tinggi probabilitas petani memilih kelembagaan prinsipel – agen. Apabila tingkat kesulitan prosedur tersebut naik sebesar 100 persen, maka probabilitas petani memilih kelembagaan prinsipel – agen naik sebesar 120 persen. Peubah lain yang menyebabkan respon probabilitas petani dalam memilih kelembagaan prinsipel – agen menjadi elastis adalah peubah status 375 petani. Nilai dugaan peubah tersebut sebesar 1,26. Artinya, bila petani kakao yang merupakan penduduk asli bertambah 100 persen, maka probabilitas petani dalam memilih kelembagaan prinsipel – agen naik sebesar 126 persen.

5.4 Hasil Analisis Gaming untuk Petani – Pedagang Pengumpul