Saran-saran Simpulan dan Saran 1. Simpulan

51

2.4.2. Saran-saran

Di dalam penelitian ini sudah dilakukan pewilayahan hujan menggunakan analisis gerombol fuzzy. Analisis menggunakan seluruh data rata-rata bulanan dan rata-rata tahunan dari 151 stasiun curah hujan. Salah satu keuntungan teknik pewilayahan atau penggerombolan dengan analisis fuzzy dibandingkan pewilayah dengan metode analisis komponen utama adalah dengan teknik penggerombolan fuzzy seluruh data dilibatkan dalam analisis, sedangkan dalam analisis komponen utama sebagian kecil data yang dianggap resesif dibuang. Sehingga dengan teknik penggerombolan fuzzy diharapkan dapat menjelaskan kondisi keragaman lokasi penelitian secara utuh yang diwakili oleh seluruh stasiun yang dilibatkan. Namun demikian masih perlu kajian lebih detil untuk mempelajari kelebihan dan kekurangan hasil pewilayahan antara kedua metode tersebut. Masih dimungkinkan untuk melakukan kajian kuantitatif antara tingkat ekivalensi data hujan antara stasiun dengan perbedaan kondisi fisik lokasi stasiun yang bisa dikuantifikasi, misalnya ketinggian tempat atau parameter lainnya.

II. PEWILAYAHAN HUJAN DI SENTRA PRODUKSI PADI DI PANTURA BANTEN, PANTURA JAWA BARAT DAN

KABUPATEN GARUT

2.1. Pendahuluan

Pewilayahan hujan merupakan suatu proses pengelompokkan atau klasifikasi data curah hujan yang berasal dari banyak stasiun menjadi beberapa kelompok yang didasarkan pada kesamaan sifat atau karakter. Sistem klasifikasi curah hujan di Indonesia yang sudah tua adalah pewilayahan hujan dari Borema 1933, klasifikasi tipe hujan dari Schmidt dan Ferguson 1951, serta klasifikasi zona agroklimat dari Oldeman 1975. Klasifikasi-klasifikasi tersebut didasarkan pada jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering. Sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson 1951 dan Oldeman 1975 digunakan oleh Pramudia, Kartiwa, Susanti dan Amien 1994 serta Estiningtyas, Pramudia dan Runtunuwu 1995 untuk menyusun informasi agroklimat dan karakterisasi curah hujan di berbagai wilayah di Indonesia. Dengan perkembangan sains pada beberapa dekade terakhir, para ahli mulai menerapkan teknik-teknik analisis statistik atau kalkulus dan pemodelan dalam melakukan pewilayahan hujan. Tim Puslittanak 1994, 1995, 1996 melakukan analisis pewilayahan hujan di berbagai wilayah di Indonesia menggunakan kombinasi analisis komponen utama principle component analysis, PCA dan analisis gerombol cluster analysis konvensional crisp dengan metode k-rataan tanpa hirarki k-mean non- hierachical methods. Dalam penggunaan teknik PCA tersebut analisis hanya dilakukan terhadap sebagian data yang menjelaskan 75-80 dari keseluruhan keragaman data, sementara sisa 20-25 data lainnya tidak digunakan karena dianggap resesif atau tidak dominan dalam sebaran data atau merupakan