124
4.4.2. Saran-saran
Dalam upaya memberikan masukan pada analisis ketahanan pangan yang dilakukan oleh Badan Ketahanan Pangan 2003, 2005, perlu dilakukan
modifikasi pada Sub-sistem Ketersediaan Pangan dan Sub-sistem Kerentanan Pangan. Pada Sub-sistem Ketersediaan Pangan dilakukan modifikasi dilakukan
dengan memasukkan komponen prediksi iklim sehingga menghasilkan prediksi indeks ketersediaan padi dalam tiga bulan ke depan. Pada Sub-sistem
Kerentanan Pangan dilakukan modifikasi beberapa indikator kerawanan pangan sementara menjadi prediksi potensi penurunan produksi padi, dan pada akhirnya
dilakukan prediksi kecukupan beras dalam tiga bulan ke depan. Inovasi pada penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran dalam perkembangan
analisis ketahanan pangan. Prediksi kecukupan beras di tingkat kabupaten ditujukan, disamping
untuk memberikan gambaran bagaimana kondisi curah hujan dapat mempengaruhi tingkat kecukupan beras, juga untuk memberikan gambaran
bagaimana kondisi ketersediaan beras di tingkat kabupaten dalam beberapa bulan ke depan sehingga apabila terdapat kondisi ketidakkecukupan beras maka
dapat diantisipasi secara lebih awal. Beberapa asumsi yang disarankan untuk menyertai model-model yang disusun antara lain:
a Model produksi padi merupakan fungsi curah hujan selama masa pertumbuhannya sehingga digunakan data curah hujan empat bulan
selama pertumbuhan padi untuk menduga produksi padi pada bulan panen. Faktor-faktor lainnya diasumsikan berada dalam kondisi ideal.
b Perilaku pasar beras dan pertukaran beras Antar daerah tidak berpengaruh
terhadap stok beras di tingkat kabupaten, sehingga pertukaran beras merupakan salah satu langkah yang diambil melalui kebijakan setempat
125
bukan merupakan perilaku pasar yang tidak terkontrol oleh penentu kebijakan.
Produksi padi dan curah hujan merupakan data deret waktu. Hampir selalu pada data deret waktu seperti tersebut terdapat autokorelasi. Alternatif lain
dalam penyusunan model prediksi padi sebagai fungsi curah hujan dapat dilakukan dengan analisis fungsi transfer. Alternatif tersebut melalui tahapan
pembuatan model ARIMA pada masing-masing peubah, kemudian dilakukan korelasi silang dan penyusunan fungsi transfer.
V. PEMBAHASAN UMUM
5.1. Lingkup Studi
Tahap awal penelitian adalah melakukan analisis pewilayahan hujan menghasilkan wilayah-wilayah hujan serta stasiun-stasiun yang mewakili masing-
masing wilayah curah hujan dan zona produksi padi atau persawahan di masing- masing kabupaten. Dengan menggunakan data curah hujan di setiap stasiun
pewakil, kemudian disusun model prediksi curah hujan menggunakan teknik jaringan syaraf propagasi balik. Model terbaik yang sudah divalidasi kemudian
digunakan untuk memprediksi kondisi curah hujan bulanan tahun 2008. Selanjutnya penelitian ini memaparkan rangkaian model yang
menggambarkan bahwa dengan mengetahui data curah hujan bulanan berturut- turut selama tiga bulan terakhir, maka dapat diprediksi nilai-nilai curah hujan
selama tiga bulan ke depan bahkan bisa memprediksi selama setahun, selama peubah masukan yang dibutuhkan tersedia. Kemudian dengan menambahkan
data fisika tanah, serta informasi trend dan data jumlah penduduk, maka dapat diprediksi tingkat kecukupan beras di satu wilayah. Diagram alir konsep
pemanfaatan data dan prediksi tersebut disajikan pada Gambar 37. Sementara itu dilakukan pula analisis hubungan antara curah hujan
dengan produksi padi yang menghasilkan model prediksi produksi padi sebagai fungsi curah hujan selama musim tanam. Pada tahap terakhir, dengan
memanfaatkan nilai-nilai prediksi curah hujan 2008, kemudian dilakukan analisis ketersediaan dan kerentanan produksi padi tahun 2008. Analisis ini kemudian
menghasilkan informasi tingkat kecukupan atau kekurangan beras tahun 2008 di Kabupaten Serang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang.