29
Normal, seluruh stasiun yang dianalisis di Banten dapat dikelompokkan menjadi satu wilayah hujan, sedangkan pada tahun la-Nina dapat
dikelompokkan menjadi dua wilayah hujan. Dengan demikian perlu ditentukan jumlah wilayah hujan yang ideal dengan mempertimbangkan beberapa faktor
seperti topografi, penggunaan lahan, fisiografi, dan lain sebagainya.
2.3.3. Pewilayahan Hujan di Sentra Produksi Padi
Wilayah-wilayah hujan di lokasi penelitian disusun berdasarkan hasil- hasil analisis gerombol yang dilakukan pada nilai-nilai curah hujan tahunan.
Hal ini juga ditujukan untuk memperbaiki hasil penyusunan wilayah hujan Las et al. 2007 yang menggunakan nilai curah hujan tahunan. Dengan
mempertimbangkan kelayakan jumlah dan bentuk wilayah hujan terhadap kondisi topografi, fisiografi dan bentuk penggunaan lahan di lokasi studi, maka
jumlah wilayah hujan di masing-masing wilayah atau kabupaten dapat dibentuk pada tingkat ekivalensi yang berbeda. Beberapa wilayah memiliki
kisaran nilai curah hujan yang lebar, sehingga dengan mempertimbangkan nilai ekivalensi yang lebih tinggi kisaran tersebut dapat dibagi lagi menjadi
sub-wilayah curah hujan. Analisis gerombol dan interpretasinya di ketiga lokasi pada tingkat ekivalensi 75-90 menghasilkan empat kelas curah hujan,
yaitu 1 Wilayah I merupakan wilayah memiliki curah hujan rendah dengan
intensitas 1.000 mmtahun, 2 Wilayah II merupakan wilayah memiliki curah
hujan sedang dengan intensitas 1.000-3.000 mmtahun, 3 Wilayah III
merupakan wilayah memiliki curah hujan tinggi dengan intensitas 3.000-3.500 mmtahun, dan 4
Wilayah IV merupakan wilayah memiliki curah hujan
sangat tinggi dengan intensitas 3.500 mmtahun. Wilayah II, yang memiliki kisaran yang sangat lebar, pada tingkat ekivalensi 90-95 dapat dibagi lagi ke
dalam tiga sub-wilayah, yaitu 1 Sub-wilayah IIA dengan intensitas curah
30
hujan 1.000-1.750 mmtahun, 2 Sub-wilayah IIB dengan intensitas curah
hujan 1.750-2.250 mmtahun, dan 3 Sub-wilayah IIC dengan intensitas
curah hujan 2.250-3.000 mmtahun. Sebaran kelas-kelas curah hujan secara spasial disajikan pada peta-peta wilayah hujan di Pantura Banten, Pantura
Jawa Barat dan Kabupaten Garut pada kondisi Normal, El-Nino dan La-Nina pada Gambar 7 hingga Gambar 15.
Tahun Normal
Analisis pewilayahan dengan metode gerombol fuzzy terhadap data
curah hujan tahunan pada tahun normal menghasilkan pewilayahan yang lebih rinci dibandingkan dengan hasil-hasil dari Las
et al. 2007. Hasil pewilayahan hujan tahunan pada kondisi normal disajikan pada Gambar 7,
Gambar 8 dan Gambar 9. Dibandingkan dengan Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4, terdapat perubahan luas dan cakupan wilayah hujan. Perbedaan
jumlah atau kerapatan stasiun yang dilibatkan dalam analisis pewilayahan diduga merupakan salah satu hal yang mengakibatkan adanya perbedaan
hasil analisis tersebut. Pada tahun Normal, curah hujan tahunan di Pantura Banten tersebar
menjadi tiga wilayah hujan, Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah II merupakan
wilayah hujan yang paling luas menyebar di Propinsi Banten. Wilayah IIA dengan kisaran curah hujan antara 1.000-1.750 mmtahun terdapat di sekitar
19 stasiun yang menyebar di wilayah dataran rendah dengan fisiografi data hingga bergelombang yang terdapat di pantai utara Kabupaten Serang dan
Kabupaten Tangerang hingga mendekati perbatasan dengan Kabupaten Lebak. Wilayah IIB dengan kisaran curah hujan antara 1.750-2.250 mmtahun
terdapat di 17 stasiun hujan yang menyebar di wilayah yang memiliki fisiografi
31
bergelombang hingga berbukit di sekitar Cilegon dan sebagian besar wilayah Kabupaten Lebak di bagian timur. Wilayah IIC dengan kisaran curah hujan
antara 2.250-3.000 mmtahun terdapat di 14 stasiun curah hujan yang menyebar wilayah berbukit hingga bergunung di bagian barat Kabupaten
Serang, sebagian besar wilayah Pandeglang, dan Kabupaten Lebak bagian barat. Wilayah III dengan kisaran curah hujan antara 3.000-3.500 mmtahun
menyebar sekitar lereng dan puncak Gunung Karang di stasiun Mandalawangi, Menes dan Pasir Waringin, juga di Stasiun Cisalak Baru dan
Sampang Peundeuy di Kabupaten Lebak. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Cikasungka, wilayah berbatasan
dengan Kabupaten Bogor Gambar 7. Di Pantura Jawa Barat curah hujan tahunan tersebar menjadi tiga
wilayah hujan, Wilayah I, Wilayah II dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah hujan yang paling luas
sebarannya adalah Wilayah IIA dan Wilayah IIB. Wilayah I dengan kisaran curah hujan 1.000 mmtahun tersebar di tiga stasiun di Kabupaten Subang
yaitu Cigadung, Bojongkeding, dan Kopo. Wilayah IIA dengan kisaran curah hujan antara 1.000-1.750 mmtahun merupakan wilayah hujan terluas dan
terdapat di 54 stasiun hujan terutama di sepanjang pantai utara yang umumnya merupakan persawahan dan perkebunan. Wilayah IIB dengan
kisaran curah hujan antara 1.750-2.250 mmtahun terdapat di 10 stasiun hujan yang terdapat di pantai utara bagian barat hingga sekitar pusat perkotaan
Kabupaten Karawang dengan topografi datar hingga berbukit-bukit. Wilayah IIC dengan kisaran curah hujan antara 2.250-3.000 mmtahun terdapat di
Stasiun Subang, Cinangling dan Dangdeur, terdapat di sekitar pertengahan Kabupaten Subang. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500 mmtahun
terdapat di lima stasiun curah hujan, yaitu Sindanglaya, Kasomalang,
32
Curugagung, Ciseuti dan Ponggang, terdapat di wilayah pegunungan bagian selatan Kabupaten Subang Gambar 8.
Di Kabupaten Garut curah hujan tahunan tersebar menjadi dua wilayah hujan, yaitu Wilayah II dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-
wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan yang paling luas menyebar di Kabupaten Garut adalah Wilayah IV dan Wilayah IIB. Wilayah IIA
dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mmtahun terdapat di Stasiun Cibatu yang terletak di bagian utara. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar
antara 1.750-2.250 mmtahun, merupakan wilayah paling luas, terdapat di Stasiun Limbangan, Stasiun Leles, Stasiun Tarogong, Stasiun Samarang,
Stasiun Garut dan Stasiun Pameungpeuk, yang menyebar di dataran tinggi di pusat perkotaan, serta membujur di bagian barat hingga ke sepanjang pantai
selatan. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mmtahun terdapat di Stasiun Malangbong, di perbukitan bagian timur laut,
serta Stasiun Cikajang di perbukitan bagian tengah. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500 mmtahun terdapat di perbukitan di bagian
selatan, yaitu Stasiun Cisewu, Stasiun Bungbulang dan Stasiun Cisompet, serta Stasiun Sukawening di perbukitan bagian utara Gambar 9.
Tahun El-Nino
Pada tahun El-Nino, curah hujan tahunan di Pantura Banten tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I hingga Wilayah IV, termasuk sub-
wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Pada tahun El-nino, terjadi peningkatan luasan Wilayah I dan Wilayah IIA sehingga Wilayah IIA menjadi
wilayah terluas sebarannya di Pantura Banten pada tahun El-Nino. Wilayah I dengan kisaran curah hujan 1.000 mmtahun terdapat di lima stasiun yang
menyebar di dataran rendah sepanjang pantai utara Kabupaten Tangerang.
33 33
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 7. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Pantura Banten pada tahun Normal.
34 34
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 8. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Pantura Jawa Barat pada tahun Normal.
35 35
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 9. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Kabupaten Garut pada tahun Normal.
36
Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mmtahun terdapat di sekitar 24 stasiun yang menyebar di dataran rendah dengan
fisiografi datar hingga bergelombang sepanjang pantai barat dan pantai utara Kabupaten Serang, serta sebagian besar dataran rendah di Kabupaten
Tangerang hingga mendekati perbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Bogor. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-
2.250 mmtahun terdapat di 23 stasiun hujan yang menyebar di sekitar kaki Gunung Karang, dan daerah perbukitan di bagian tengah Kabupaten
Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mmtahun terdapat di stasiun Mandalawangi, Pasir
Waringin, Bojong Datar, Banjar Irigasi, Sampang Peundeuy dan Cibeureum, tersebar di sekitar Gunung Karang, serta daerah perbukitan di Kabupaten
Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Cikasungka, daerah
perbukitan di Kabupaten Lebak yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500 mmtahun terdapat di stasiun
Ciminyak, yaitu wilayah di bagian selatan Kabupaten Lebak dengan fisiografi berbukit-bukit Gambar 10.
Di Pantura Jawa Barat, pada tahun El-Nino curah hujan tahunan tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I sampai Wilayah IV, termasuk
sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan yang paling luas sebarannya adalah Wilayah I dan Wilayah IIA. Wilayah I
dengan kisaran curah hujan 1.000 mmtahun terdapat di 29 stasiun yang menyebar di sepanjang pantai utara mulai dari sebelah barat Kabupaten
Karawang dan hingga sebelah timur Kabupaten Subang. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mmtahun merupakan wilayah hujan
terluas dan terdapat di 37 stasiun hujan, menyebar pada dataran rendah di
37
Kabupaten Karawang dan Kabupaten Subang yang tidak berbatasan dengan pantai utara laut Jawa. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-
2.250 mmtahun terdapat di Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Cinangling dan Stasiun Subang, menyebar di sekitar pusat perkotaan Kabupaten Subang.
Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mmtahun terdapat di Stasiun Curugagung dan Stasiun Dangdeur, terdapat di daerah
perbukitan bagian pertengahan Kabupaten Subang. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Sindanglaya,
Stasiun Kasomalang dan Stasiun Ciseuti, di wilayah pegunungan bagian selatan Kabupaten Subang. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500
mmtahun terdapat di Stasiun Ponggang di wilayah pegunungan bagian barat daya Kabupaten Subang. Terlihat bahwa pada tahun El-Nino sebaran wilayah
dengan curah hujan rendah 1.750 mmtahun menjadi lebih luas dibandingkan tahun Normal, hal ini digambarkan dengan sebaran Wilayah I
dan Wilayah IIA yang jauh lebih luas dibandingkan dengan kondisi pada tahun Normal Gambar 11.
Di Kabupaten Garut, pada tahun El-Nino curah hujan tahunan tersebar menjadi tiga wilayah hujan, yaitu Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV,
termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan yang paling luas sebarannya adalah Wilayah IIA dan Wilayah IIC.
Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mmtahun terdapat di Stasiun Limbangan dan Stasiun Cibatu yang terletak di bagian
utara, Stasiun Tarogong, Stasiun Samarang dan Stasiun Pameungpeuk, yang membujur di bagian barat hingga ke sepanjang pantai selatan. Wilayah IIB
dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mmtahun, terdapat di Stasiun Leles dan Stasiun Garut di dataran tinggi di pusat perkotaan. Wilayah
IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mmtahun, terdapat di
38
Stasiun Malangbong, di perbukitan bagian timur laut, Stasiun Cikajang di perbukitan di tengah, serta Stasiun Cisewu dan Stasiun Cisompet di
perbukitan bagian selatan. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Bungbulang di perbukitan bagian
selatan. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Sukawening di perbukitan bagian utara. Terlihat bahwa pada tahun
El-Nino sebaran wilayah dengan curah hujan rendah 1.750 mmtahun menjadi lebih luas dibandingkan tahun Normal, hal ini digambarkan dengan
sebaran Wilayah IIA yang menjadi lebih luas dibandingkan dengan peta pewilayahan curah hujan tahun Normal. Sebaliknya, sebaran wilayah dengan
curah hujan tinggi 3.500 mmtahun menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tahun Normal, hal ini digambarkan dengan sebaran Wilayah IV yang
menjadi lebih kecil dibandingkan dengan peta pewilayahan curah hujan tahun Normal Gambar 12.
Tahun La-Nina
Pada tahun La-Nina, curah hujan tahunan di Pantura Banten tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I hingga Wilayah IV, termasuk sub-
wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Pada kondisi tahun La-Nina, terjadi peningkatan luasan Wilayah IIB dan Wilayah IIC, serta Wilayah III
sehingga Wilayah IIB dan Wilayah IIC merupakan wilayah terluas menyebar di Pantura Banten. Wilayah I dengan kisaran curah hujan 1.000 mmtahun
terdapat di bagian tenggara Kabupaten Tangerang yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-
1.750 mmtahun terdapat di sekitar 15 stasiun, menyebar di dataran dengan fisiografi datar hingga bergelombang yang terdapat di pantai utara Kabupaten
Serang dan Kabupaten Tangerang. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar
39 39
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 10. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Pantura Banten pada tahun El-Nino.
40 40
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 11. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Pantura Jawa Barat pada tahun El-Nino.
41 41
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 12. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Kabupaten Garut pada tahun El-Nino.
42
antara 1.750-2.250 mmtahun terdapat di 15 stasiun hujan, menyebar di bagian selatan Kabupaten Serang, daerah pesisir bagian barat dan selatan
Kabupaten Pandeglang, daerah pesisir bagian selatan Kabupaten Lebak, serta sebagian besar bagian selatan Kabupaten Tangerang. Wilayah IIC
dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mmtahun terdapat di 18 stasiun, tersebar pada kawasan dengan fisiografi bergelombang hingga
berbukit di bagian barat Kabupaten Serang, bagian selatan Kabupaten Tangerang, sebagian besar Kabupaten Pandeglang, serta sebagian besar
Kabupaten Lebak. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Cikasungka di daerah perbukitan Kabupaten
Lebak yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Stasiun Kampung Parigi di perbukitan bagian selatan Kabupaten Tangerang, Stasiun Padarincang yang
terletak sebelah utara Gunung Karang, serta Stasiun Kadubera, Stasiun Bojong Datar dan Stasiun Gunung Kencana yang menyebar di perbukitan
bagian selatan Kabupaten Pandeglang. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Mandalawangi, Stasiun Menes,
Stasiun Pasir Waringin, Stasiun Pagelaran dan Stasiun Labuan, yaitu wilayah di kaki hingga sekitar lereng dan puncak Gunung Karang terletak di bagian
barat Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang Gambar 13. Di Pantura Jawa Barat, pada tahun La-Nina curah hujan tahunan
tersebar menjadi empat wilayah hujan, Wilayah I sampai Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah curah hujan
yang paling luas sebarannya adalah Wilayah IIA. Wilayah I dengan kisaran curah hujan 1.000 mmtahun terdapat di 10 stasiun yang menyebar di bagian
timur pantai utara Kabupaten Subang. Wilayah IIA dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mmtahun merupakan wilayah hujan terluas dan
terdapat di 51 stasiun hujan, menyebar pada dataran rendah sepanjang pantai
43
utara Kabupaten Karawang serta bagian barat pantai utara Kabupaten Subang. Wilayah IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250
mmtahun terdapat di Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Cinangling dan Stasiun Cipancuh, menyebar di daerah dengan fisiografi bergelombang di sebelah
utara kawasan perkotaan Kabupaten Subang, serta di beberapa bagian daerah di Kabupaten Karawang yang memiliki fisiografi lahan yang
bergelombang, yaitu Stasiun Dawuhan, Stasiun Gebangmalang dan Stasiun Rawamerta. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000
mmtahun terdapat di Stasiun Subang, Stasiun Pagaden dan Stasiun Ponggang, terdapat di daerah perbukitan bagian pertengahan dan sekitar
pusat perkotaan Kabupaten Subang. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara 3.000-3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Sindanglaya, Stasiun
Kasomalang, Stasiun Dangdeur dan Stasiun Curugagung, di wilayah pegunungan bagian selatan Kabupaten Subang. Wilayah IV dengan kisaran
curah hujan 3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Ciseuti di wilayah pegunungan bagian barat Kabupaten Subang. Terlihat bahwa pada tahun La-
Nina sebaran Wilayah I dengan curah hujan rendah 1.750 mmtahun menjadi lebih kecil dibandingkan tahun El-Nino pada peta pewilayahan curah
hujan tahunan pada tahun La-Nina Gambar 14. Di Kabupaten Garut, pada tahun La-Nina curah hujan tahunan
tersebar menjadi tiga wilayah hujan, yaitu Wilayah II, Wilayah III dan Wilayah IV, termasuk sub-wilayah IIA, sub-wilayah IIB dan sub-wilayah IIC. Wilayah
curah hujan pada tahun La-Nina ditandai dengan meningkatnya luasan Wilayah III dan Wilayah IV yang memiliki curah hujan tinggi. Wilayah IIA
dengan curah hujan berkisar antara 1.000-1.750 mmtahun terdapat di Stasiun Tarogong dan Stasiun Cibatu yang terletak di bagian barat dan utara. Wilayah
IIB dengan curah hujan berkisar antara 1.750-2.250 mmtahun, terdapat di
44 44
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 13. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Pantura Banten pada tahun La-Nina.
45 45
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 14. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Pantura Jawa Barat pada tahun La-Nina.
46 46
Keterangan Peta:
Peta Situasi:
Gambar 15. Hasil pewilayahan hujan tahunan di Kabupaten Garut pada tahun La-Nina.
47
Stasiun Sukawening dan Stasiun Malangbong yang terdapat di perbukitan bagian utara, serta Stasiun Samarang dan Stasiun Pameungpeuk, yang
membujur di bagian barat hingga ke sepanjang pantai selatan. Wilayah IIC dengan curah hujan berkisar antara 2.250-3.000 mmtahun, terdapat di
Stasiun Garut, di dataran tinggi di pusat perkotaan, serta Stasiun Cikajang di perbukitan di bagian tengah. Wilayah III dengan curah hujan berkisar antara
3.000-3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Leles dan Stasiun Cikajang hingga ke perbukitan bagian timur, serta Stasiun Bungbulang di perbukitan bagian
selatan. Wilayah IV dengan kisaran curah hujan 3.500 mmtahun terdapat di Stasiun Cisompet dan Stasiun Bungbulang di perbukitan bagian selatan.
Terlihat bahwa pada tahun La-Nina sebaran Wilayah IIA dengan curah hujan rendah 1.750 mmtahun menjadi lebih kecil dibandingkan tahun Normal
dan tahun El-Nino. Sebaliknya, sebaran Wilayah III dan Wilayah IV dengan curah hujan tinggi 3.000 mmtahun menjadi lebih luas dibandingkan
dengan tahun Normal dan tahun El-Nino Gambar 15.
2.3.4. Stasiun Pewakil pada Wilayah Hujan di Sentra Produksi Padi.