Impor dan Pemasaran Susu

perah melainkan karena tingginya harga pakan sapi perah akibat kenaikan harga BBM, sehingga banyak petani yang menganti pakan ternak dan menyebabkan penurunan jumlah produksi dan kualitas susu.

2.2. Impor dan Pemasaran Susu

Pelaksanaan impor diatur oleh Keputusan Bersama Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia Nomor 656KpbIV85, Nomor 329KMK.051985, Nomor 182KepGBI, tentang penyempurnaan ketentuan- ketentuan umum di bidang impor, yang terdiri dari 19 pasal. Impor bahan baku susu untuk memenuhi kebutuhan Industri atau pabrik non-susu dapat dilakukan oleh Importir yang terdaftar. Proses pemasaran susu di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. SMF dan AMF ss ss SMP AMF ss ss ss Produk Olahan ss Gambar 1. Jalur Pemasaran Susu di Indonesia Sumber : Jurnal Penelitian Dinas Pertanian Tahun 2005 Keterangan SMP : Skim Milk Powder AMF : Anhydrous Milk Fat SS : Susu Segar IPS : Industri Pengolahan Susu Berdasarkan Gambar 1, susu segar dari peternak akan ditampung di koperasi, dalam hal ini koperasi berperan sebagai pengumpul dan penyalur susu Impor Non IPS Konsumen Akhir IPS Hilir Peternak Koperasi IPS Hulu Loper Industri Rumah Tangga dari peternak. Sebelum dijual ke IPS susu yang ditampung oleh koperasi mendapatkan perlakuan tertentu sehingga memenuhi standard kualitas yang diminta oleh IPS. Susu segar yang ditampung oleh koperasi terutama dijual kepada IPS, baik IPS hulu maupun IPS hilir. IPS Hulu yaitu industri yang mengola h SSDN menjadi bahan baku susu bubuk susu yang akan diolah lebih lanjut oleh IPS hilir. Satu-satunya IPS hulu yang ada di Indonesia adalah PT. Tirta Amerta Agung, namun saat ini sudah tidak beroperasi lagi karena bangkrut. IPS hilir merupakan industri yang mengolah bahan baku berupa susu menjadi susu olahan dengan berbagai jenis. Industri Pengolahan Susu yang terdapat di Indonesia adalah PT.Indomilk, PT.Frisia n Flag, PT. Ultra Jaya dan lain- lain. Selain ke Koperasi ada pula susu dari peternak yang dijual kepada Loper susu dan ada juga yang langsung dijual ke Industri Rumah Tangga. Industri Rumah Tangga tersebut mengolah susu segar dari peternak menjadi susu pasteurisasi, kemudian hasil susu pasteurisasi tersebut langsung dijual kepada konsumen. Produksi susu di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan Impor susu dari Negara lain terutama dari Negara Australia. Pemerintah melakukan impor susu dalam bentuk bubuk, untuk memenuhi permintaan susu di dalam negeri. Susu impor tersebut dalam bentuk SMF Skim Milk Powder dan AMF Anhydrous Milk Fat. Susu yang diimpor akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu IPS dan oleh non Industri Pengolahan Susu. Data perkembangan susu impor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perkembangan Impor Susu Indonesia dari Tahun 1998-2003 Tahun Volume Impor Nilai Impor 000 US 1998 32.737,4 57.889,5 1999 59.926,7 83.602,0 2000 117.268,2 189.273,3 2001 119.992,1 247.877,1 2002 107.867,7 173.906,4 2003 117.318,1 207.475,3 Sumber : Dit jen bina Produksi Peternakan, Tahun 2005 Dari Tabel 4 terlihat bahwa impor susu Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun 1998 sampai tahun 2001, tetapi pada tahun 2002 sempat mengalami penurunan jumlah impor. Namun untuk tahun 2003 impor susu mengalami kenaikan kembali.

2.3. Standar Mutu dan Pengujian Kualitas Susu