7.3. Analisis sensitivitas pada skala usaha sapi laktasi 3 ekor 7.3.1
Analisis sensitivitas bila harga pakan ternak meningkat sebesar 30 .
Analisis sensitivitas yang pertama dilakukan adalah menguji kepekaan efisiensi private dan ekonomi serta keunggulan komparatif bila harga input
meningkat sebesar 30 dari harga semula dengan asumsi faktor-faktor lainnya tetap cateris paribus. Analisis ini juga akan menunjukan apakah aktivitas
ekonomi yang dilakukan masih tetap efisien secara private dan ekonomi atau sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan nilai PCR dan DRC yang
dihasilkan adalah kurang dari satu 1. Nilai tersebut menunjukan bahwa pengusahaan sapi perah efisien secara fina nsial maupun ekonomi. Dengan
demikian pengusahaan sapi perah layak untuk dijalankan, ini juga ditunjukan dengan nilai PP dan SP yang positif. Jadi pengusahaan sapi perah jika harga pakan
ternak meningkat sebesar 30 , maka pengusahaan sapi perah tetap layak untuk diusahakan. tetapi apabila terjadi nilai PCR lebih dari satu maka pengusahaan sapi
perah tidak efisien diusahakan di desa Tajurhalang dan tidak memiliki keunggulan kompetitif lagi. Ini ditunjukan oleh nilai PP yang negatif sehingga tidak layak
untuk diusahakan.
7.3.2.. Analisis Sensitivitas saat Penurunan Harga Output Sebesar 5
Adannya perubahan pada harga output akan mengalami perubahan pada biaya produksi dan keuntungan yang diterima baik secara finansial maupun
ekonomi. Dengan menurunya harga susu sebesar 5 , sehingga keuntungan private yang didapat adalah bernilai positif, menyebabkan pengusahaan sapi
perah layak diproduksi di Desa Tajurhalang. Hal ini diikuti dengan nilai PCR
kurang dari satu PCR1 artinnya bahwa susu produksi Desa Tajurhalang memiliki efisiensi secara finansial dan memiliki keunggulan kompetitif untuk
bersaing di pasar internasional. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tingkat keuntungan yang
diperoleh oleh pengusahaan sapi perah. Untuk nilai DRC yang mengalami penurunan, sehingga dengan menurunya harga output sebesar 5 membuat
keunggulan komparatif mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dengan menurunya harga ouput menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi
sehingga keuntungan finansial dan sosial yang diterima oleh produsen akan menjadi lebih basar juga dibandingkan keuntungan sosial sebelum ada perubahan.
7.3.3. Analisis Sensitivitas Gabungan
Pada analisis sensitivitas gabungan, yaitu peningkatan harga input pakan ternak sebesar 30 dan penurunan harga output susu sebesar 5 didapat hasil
yang menunjukan bahwa pengusahaan sapi perah masih efisien baik secara finansial maupun ekonomi. Hal ini ditunjukan oleh nilai PCR dan DRC yang lebih
kecil dari satu 1. Nilai PCR da DRC masing- masing adalah 0,85 dan 0,66. Nilai OT pada analisis gabungan adalah sebesar positif Rp 0,85.
Peningkatan nilai OT yang terjadi karena penerimaan private dan sosial tetap mengalami peningkatan akibat dari menurunya harga output. Kondisi OT sebelum
maupun setelah analisis gabungan dilakukan masih tetap bernilai positif. Ini berarti bahwa terjadi transfer output dari produsen ke konsumen sebesar Rp 0,85.
Nilai tersebut meningkat dibandingkan keadaan pada saat sekarang. Ini terjadi
karena adannya kenaikan pada input produksi dan adannya kebijakan pemerintah berupa tarif terhadap output yang ditanggung oleh peternak.
Dampak perubahan terhadap input menyebabkan nilai IT tetap tidak berubah yaitu bernilai positif. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa dengan
adannya kebijakan gabungan bahwa input tradeable privat lebih besar dari biaya input tradeable sosial. Maka dapat dikatakan pula bahwa kebijakan yang
diberikan pemerintah berupa subsidi pada input tradeable yang menyebabkan biaya input tradeable private meningkat, sehingga keuntungan private yang
diterima oleh pengusahaan sapi perah tidak mengalami perubahan yang terlalu besar.
Nilai FT yang positif menunjukan bahwa terdapat subsidi positif bagi pengusahaan input non tradeable dan subsidi tidak diberikan kepada pengusaha
sapi perah, artinya pengusaha membayar biaya input non tradeable lebih tinggi dari yang seharusnya dibayarkan.
Nilai NT yang negatif disebabkan oleh harga output secara finansial yang lebih kecil dibandingkan dengan harga output dipasar dunia. Nilai koefosien
keuntungan yang lebih kecil dari satu 1, berarti dengan adannya analisis sensitivitas gabungan bahwa kebijakan pemerintah membuat keuntungan yang
diterima produsen lebih besar jika dibandingkan dengan tanpa adannya kebijakan. Nilai SRP yang diperoleh setelah ana lisis gabungan yaitu negatif 0,17.
Nilai SRP ini berarti bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini menyebabkan produsen susu Desa Tajurhalang mengeluarkan biaya produksi
lebih besar 17 persen dari biaya imbangan untuk berproduksi.
7.4. Analisis sensitivitas pada skala usaha sapi laktasi 3 ekor 7.4.1