Latar Belakang Analsis Daya Saing dan Dampak Perubahan Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Susu Sapi

I.PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Peternakan merupakan subsektor pertanian. Salah satu usaha dari peternakan adalah peternakan sapi perah. Peternakan sapi perah memberikan kontribusi terhadap sektor pertanian diantarannya dapat menghemat devisa negara, dapat menambah lapangan pekerjaan dan dapat meningkatkan pendapatan petani kecil. Susu merupakan komoditi yang penting untuk dikonsumsi masyarakat, karena susu mengandung sumber protein hewani dengan kandungan nilai gizi yang lengkap dan seimbang. Protein hewani yang terkandung terutama asam amino yang berfungsi untuk pertumbuhan dan menjalankan fungsi syaraf. Asam amino tersebut tidak dapat dibuat sendiri oleh tubuh, sehingga dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi susu. Produk susu tidak hanya dapat dikonsumsi dalam bentuk susu sapi segar melainkan juga dalam bentuk susu olahan seperti susu bubuk, susu kental manis, yoghurt, keju dan mentega. Saat ini sudah banyak Industri pengolah bahan baku susu menjadi produk olahan. Industri tersebut antara lain PT.Frisian Flag, PT.Indomilk, PT. Nesle dan masih banyak perusahaan lainnya. Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan karena tingginya tingkat kelahiran. Tingginya tingkat kelahiran tersebut diikuti dengan bertambahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya nilai gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Kedua hal tersebut menyebabkan semakin meningkatnya permintaan terhadap komoditi susu. Tetapi tidak seluruh masyarakat dapat membeli susu karena masalah keuangan sehingga tingkat konsumsi susu tidak merata. Berdasarkan data dari BPS tahun 2005 tingkat konsumsi susu masyarakat sebesar 6,8 kg perkapita, artinya setiap hari masyarakat hanya mengkonsumsi susu 18,6 cc. Sehingga diperlukan adannya upaya dari pemerintah dalam memudahkan seluruh masyarakat untuk membeli susu dengan harga yang relatif murah. Bahan baku untuk Industri susu dan konsumen langsung berasal dari hasil produksi susu Peternakan sapi perah. Peternakan sapi perah di Indonesia terus mengalami perkembangan, tetapi perkembangan populasi tersebut cendrung stagnan. Data Perkembangan Populasi Sapi Perah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Populasi, Produksi dan Konsumsi Susu Indonesia 2001-2005 Tahun Jumlah sapi ekor Produksi susu ton Konsumsi susu kg perkapita 2001 346.998 479.947 5,79 2002 358.386 493.375 7,05 2003 373.753 553.442 6,69 2004 364.062 549.945 6,78 2005 373.970 341.986 6,8 Sumber : Dit jen Bina Produksi Peternakan, Tahun 2005 Pada tahun 2005 pemerintah membuat kebijakan menaikan harga BBM yang berdampak kepada meningkatnya seluruh biaya input dari peternakan. Salah satu input yang mengalami kenaikan adalah harga pakan, keadaan tersebut membuat peternak membeli alternatif pakan lain dengan harga lebih murah. Hal tersebut berdampak kepada menurunnya kualitas dan produksi susu yang dihasilkan di Indonesia Tabel 1. Permintaan terhadap komoditi susu dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan, tetapi produksi susu nasional belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Maka pemerintah membuat kebijakan untuk melakukan impor komoditi susu dari luar negeri. Selain melakukan impor pemerintah juga melakukan ekspor susu dalam bentuk susu olahan. Data perkembangan ekspor dan impor Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 . Tabel 2 Perkembangan Ekspor-Impor Susu Indonesia 1999-2003 Tahun Ekspor Susu Olahan Impor Susu Bubuk Volume kg Nilai US Volume kg Nilai US 1999 2.060 68.953 4.876.808 2.887.970 2000 370.334 630.934 5.756.787 3.706.110 2001 561.578 1.263.956 8.589.098 7.371.636 2002 3.382.293 1.66.603 8.476.317 6.746.121 2003 4.550.200 2.448.417 10.844.437 16.501.144 Sumber : Dit jen Bina Produksi Peternakan, Tahun 2005 Pada Tabel 2, terlihat bahwa ekspor susu olahan dan impor susu susu bubuk mengalami peningkatan dari tahun 1999 sampai tahun 2003. Volume ekspor susu olahan tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebesar 4.550.200 kg dengan nilai 2.448.417 US . Sedangkan Volume impor tertinggi juga di capai pada tahun 2003 sebesar 10.844.437 kg dengan nilai 16.501,144 US . Tingginya volume impor disebabkan karena produksi susu nasional belum mampu memenuhi seluruh permintaan Industri Pengolahan Susu IPS dan kebutuhan masyarakat. Indonesia banyak mengimpor susu dari Negara Australia, Prancis dan Selandia baru. Kegiatan usaha peternakan sapi perah sangat berperan dalam menyediakan susu bagi konsumen susu sapi segar maupun bagi Industri Pengolahan Susu IPS. Susu impor yang didatangkan dari luar negeri merupakan susu olahan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan susu sapi segar sangat tergantung dari produksi susu nasional di tingkat peternakan sapi perah. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi susu terbesar di Indonesia. Salah satu desa penghasil susu sapi segar di Kabupaten Bogor adalah Desa Tajurhalang. Para peternak sapi perah telah tergabung dalam wadah koperasi, karena koperasi membantu peternak mengatasi masalah teknis pengelolaan, pemasaran dan dapat meningkatkan kesejahteraan para peternak. Jumlah anggota koperasi di Desa Tajurhalang mangalami peningkatan dari 16 orang pada tahun 2004 menjadi 28 orang tahun 2005. Jumlah populasi sapi pada tahun 2005 sebanyak 480 ekor dengan tingkat produksi susu sapi perbulan sebanyak 15.000 liter. Kualitas susu yang dihasilkan peternakan sapi perah Desa Tajurhalang cukup baik sehingga mendapatkan kepercayaan dari PT.Indomilk dan PT. Susu Bendera untuk kontinu dalam membeli produk mereka. Susu merupakan produk pertanian yang mudah rusak perishable, sehingga membutuhkan perlakuan khusus agar tetap segar sampai ke konsumen. Koperasi berfungsi dalam menyediakan sarana dan fasilitas dalam menangani produk susu peternak kemudian memasarkannya dengan harga yang layak. Selain itu koperasi juga berfungsi dalam menyediakan kemudahan akses informasi baik dalam hal teknis maupun teknologi, memberikan pelayanan kesehatan ternak, permodalan dan juga dalam pemenuhan kebutuhan input. Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha rakyat dan penggerak ekonomi nasional, ikut dilibatkan pemerintah dalam mendorong perkembangan usaha persusuan di Indonesia. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor susu adalah dengan memberi kepercayaan kepada koperasi melalui hubungan peternakan rakyat yang terangkum dalam paket kebijakan meliputi kebijakan impor sapi perah, pelaksanaan Inseminasi Buatan IB dan perbaikan manajemen pemasaran dan fasilitas kredit. Hal tersebut menyebabkan keberadaan koperasi sebagai wadah kerjasama menjadi sangat penting, sehingga dapat memacu perkembangan persusuan di Indonesia, tentunya dengan dukungan serius dari pemerintah.

I.2. Perumusan Masalah