Tabel 4 Perkembangan Impor Susu Indonesia dari Tahun 1998-2003 Tahun
Volume Impor Nilai Impor 000 US
1998 32.737,4
57.889,5 1999
59.926,7 83.602,0
2000 117.268,2
189.273,3 2001
119.992,1 247.877,1
2002 107.867,7
173.906,4 2003
117.318,1 207.475,3
Sumber : Dit jen bina Produksi Peternakan, Tahun 2005
Dari Tabel 4 terlihat bahwa impor susu Indonesia selalu mengalami peningkatan dari tahun 1998 sampai tahun 2001, tetapi pada tahun 2002 sempat
mengalami penurunan jumlah impor. Namun untuk tahun 2003 impor susu mengalami kenaikan kembali.
2.3. Standar Mutu dan Pengujian Kualitas Susu
Standar ini merupakan revisi SNI 01-3141-1992 mengenai standar susu segar. Revisi diutamakan pada persyaratan mutu dengan alasan sebagai berik ut :
a. Menunjang Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian No. 236KpbVII1982,
No.341MSK71982, No. 521Kptsum1982. b. Menunjang keputusan Menteri Pertanian No.751Kptsum101982.
c. Melindungi konsumen d. Mendukung perkembangan agribisnis dan agroindustri
e. Menunjang ekspor non migas.
Standar ini disusun sebagai hasil pembahasan rapat-rapat teknis, prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam rapat konsensus nasional. Syarat mutu susu segar
seperti dala m tabel dibawah ini.
Tabel 5 Standar Mutu Susu Segar Karakteristik
syarat a. Berat Jenis pada suhu 27.5 C
b. Kadar lemak minimum c. Kadar bahan kering tanpa lemak minimum
d. Kadar protein minimum e. Warna, bau, rasa dan kekentalan
f. Derajat asam g. Uji alkohol 70
h. Uji katalase Maksimum i. Uji reduktasi
1,0280 3,0
8,0 2,7
Tidak ada perubahan 6 – 7
Negatif 3 cc
2 - 5 jam
Sumber : Sutardi T, 1981
Cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI 0429-1989-A mengenai petunjuk pengambilan contoh cairan dan semi padat. Cara uji susu sesuai dengan
SNI 01-2782-1992 mengenai susu segar. Syarat penadaan sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku tentang label dan
periklanan makanan. Susu segar dikemas dalam wadah yang tertutup, aman selama penyimpanan dan pengangkutan, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi.
2.3.1.Pengujian kualitas Susu Menurut Erwidodo 1993, susu segar didatangkan dari peternak sapi
perah yang tergabung dalam koperasi. Susu segar ini selama penyimpanan pasca pemerahan dan pengangkutan dari tempat penyimpanan ditempatkan didalam
suatu wadah yang bersih dan didinginkan pada suhu sekitar 4 C chilling. Pengangkutan susu dari koperasi ke Industri Pengolahan Susu IPS biasannya
dilakukan dengan tengki pengangkutan yang dilengkapi sistem pendingin. Sebab apabila tidak, mikroba dalam susu segar akan meningkat jumlahnnya dan
berakibat pada penurunan kualitas. Demikian pula terjadinnya proses aerasi terhadap susu agar sedapat mungkin dihindari, hal ini dimaksudkan untuk
pencegahan pertumbuhan mikroba aerob. Untuk tangki dibuat sekat-sekat compartement untuk menghindari adannya goncangan sloshing selama
pengangkutan yang dapat menurunkan kualitas susu. Dua parameter utama yang dipakai sebagai dasar pembayaran susu adalah kualitas dan kuantitas susu yang
masuk ke pabrik. Ada banyak teknik uji yang biasa digunakan untuk menetapkan kualitas
susu. Sebagian uji tersebut adalah : 1. Uji Organoleptik
Uji ini meliputi uji terhadap warna, rasa dan bau susu. Susu pada umumnya berwarna put ih, putih kekuningan sampai kuning keputihan.
Warna susu menjadi putih kemerahan apabila mengandung darah dari sapi yang menderita sakit mastitis. Rasa susu agak gurih dan sedikit manis.
Rasa susu bisa berubah menjadi pahit, tengik atau anyir. Susu beraroma sedikit anyir disebabkan susu mengandung lemak. Pada keadaan normal
susu tidak berlendir, apabila berlendir berarti susu tersebut telah tercemar oleh bakteri yang merugikan.
2. Uji Alkohol Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut alkohol tester
gun . Alat ini diisi dengan alkohol 70 persen, kemudian dicampur susu
sample dalam perbandingan yang sama. Hasil percampuran tersebut akan
menyebabkan susu mengumpal atau tidak. Susu dikatakan berkualitas jelek apabila hasil percampuran tersebut menyebabkan susu mengumpal.
3. Uji Berat Jenis Alat yang digunakan untuk menguji berat jenis susu disebut
laktodensimeter . Alat ini berkerja berdasarkan kerja kaidah archimerdes
tentang gaya pada permukaan zat cair. Jika suatu benda padat dimasukan dalam zat cair maka benda tersebut akan bekerja gaya keatas yang
besarnnya sama dengan berat cairannya. Berat jenis susu yang normal umumnya berkisar antara 1.0230 sampai 1.0310 pada suhu 27.5 derajat
celcius. 4. Uji Keasaman
Umumnya kadar keasaman susu ditentukan dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan alkali. Keasaman susu berkisar ph 6.5 sampai 6.7.
Adannya asam pada susu terutama disebabkan oleh aktivitas bakteri pembentuk asam.
5. Uji Reduktasi Uji ini dilakukan untuk menentukan keadaan bekteriologi susu. Didalam
susu terdapat enzim reduktase yang dihasilkan oleh kuman-kuman. Semakin banyak kuman yang terdapat dalam susu semakin besar daya
reduktasennya, artinnya kualitas susu tersebut semakin jelek.
2.4. Kebijakan Pemerintah Mengenai Persusuan di Indonesia 2.4.1.Kebijakan Sarana Produksi Peternakan
Kebijaksanaan pengadaan sarana produksi berupa penyediaan bibit sapi, pakan ternak, dan obat-obatan yang dikaitkan dengan sistem kredit yang layak dan
mudah merupakan titik strategi dari pembangunan peternakan. Fungs i pengadaan sarana produksi sangat penting, karena pada umumnya peternak sapi perah rakyat
kurang berpengetahuan tentang jenis ternak, pakan ternak, dan obat-obatan yang baik, dalam arti cocok dengan kondisi sehingga diharapkan usaha sapi perah
rakyat dapat menghasilkan atau berproduksi dengan hasil yang tinggi. Sedangkan sistem kredit diberikan karena peternak rakyat umumnya berekonomi lemah.
Karena itu peran atau fungsi yang sangat penting ini tidak dipercayakan kepada
badan usaha yang semata- mata mencari keuntungan Erwidodo,1993.
Pelayanan terhadap kebutuhan sarana produksi ternak yang meliputi bibit, peralatan dan terutama pakan konsentrat dilakukan oleh koperasi. Dalam
pengadaan sapronak, koperasi bekerjasama dengan dinas terkait, GKSI, pihak perbankan, pemasok bahan baku dan pabrik makanan ternak. Dalam kebijakan
pemasukan bibit ternak sapi perah, ada tiga SK Meteri Pertanian, yaitu : 1. SK. Menteri Pertanian Nomor 750KptsUm1082 tentang syarat-syarat
pemasukan bibit ternak dari luar negeri. 2. SK Menteri Pertanian Nomor 752KptsUm1082 tentang syarat-syarat
teknik bibit sapi perah yang dimasukan dari luar negeri. 3. SK Menteri Pertanian Nomor 753KptsUm1082 tentang kesehatan bibit
sapi perah yang akan dimasukan dari Australia dan Selandia baru.
Inti dari kebijakan ini adalah menitikberatkan persyaratan teknis agar impor bibit sapi perah tidak berdampak negatif, terutama penyakit ternak atau
mutu genetis sapi perah yang rendah. Hal ini dimaksudkan agar bibit sapi perah yang masuk ke indonesia terjamin kualitasnnya dan mempunyai standar
kualifikasi tertentu. Sedangkan para peternak tersebut dilatih terlebih dahulu, agar memahami sepenuhnnya apa yang harus dikerjakan untuk menghasilkan sapi-sapi
prima. Jika ada peternak berpotensi tetapi terhambat modal maka perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.
2.4.2. Kebijakan Produksi Susu Sapi Segar
Susu sapi segar merupakan bahan baku didalam suatu industri susu olahan. Kebijakan pemerintah dalam penyediaan bahan baku ini adalah Surat Keputusan
Bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian, Nomor 236KpbVII1982, Nomor 341MSK71982 dan Nomor
521KptsUm71982 dalam pasal 2 ayat 1, yaitu peningkatan produksi sapi perah akan diatur khususnya terhadap kualitas dan kua ntitasnnya. Ayat 2 menyatakan ,
pemerintah menetapkan jumlah produksi dalam negeri yang wajib diserap oleh industri susu sesuai dengan proyeksi produksinnya dan kebutuhan masyarakat
dalam tahun bersangkutan. Tetapi sekarang ini pemerintah telah mencabut peraturan tersebut sehingga IPS tidak lagi diharuskan membeli susu dari peternak
dengan adannya bukti serap.
2.4.3. Kebijakan Penyediaan Bahan Baku
Kebijakan pemerintah dalam penyediaan bahan baku ini adalah, Surat Keputusan Bersama dan Menteri Perdaga ngan dan Koperasi, Menteri
Perindustrian dan Menteri Pertanian Nomor 236KpbVII1982, Nomor 341MSK1982 dan Nomor 521KptsUm71982, dalam pasal 2 ayat 3,
menegaskan untuk kepentingan penyerapan susu produksi dalam negeri perusahaan dapat melengkapi peralatan yang diperlukan dengan izin Departement
atau Instansi yang bersangkutan. Ayat 4 menyebutkan, impor bahan baku susu hanya dapat dilaksanakan oleh importir terdaftar susu yang diakui oleh Menteri
Perdagangan dan Koperasi, baik sebagai importir umum maupun importir produsen. Dan ayat 5 menyatakan jumlah dan jenis bahan baku yang akan diimpor
oleh importir terdaftar susu seperti tersebut dalam pasal 2 ayat 4 ditetapkan bukti
realisasi pembelian susu produksi dalam negeri.
Berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 274KpVIII1982 tentang pola pengadaan penyediaan bahan baku susu untuk
kebutuhan dalam negeri, dinyatakan dalam pasal 1 sampai dengan pasal 9. Dalam pasal 2 dijelaskan mengenai perusahaan dan industri yang melakukan
perdagangan susu adalah koperasi, industri susu pengolahan yang menggunakan susu sebagai bahan baku utama, industri pengepakan kembali, dan importir
nasional termasuk persero niaga. Pembelian susu yang dimaksud adalah seperti yang dinyatakan dalam pasal 1, yaitu susu murni produksi dalam negeri yang
dihasilkan oleh petani peternak sapi dan semua jenis susu yang diimpor dalam bentuk bahan baku. Impor bahan baku susu dan produksi susu jadi, diatur
berdasarkan keputusan Menteri perdagangan Nomor 993KpX85 yang
dituangkan dalam pasal 1 sampai dengan pasal 8. Rasio impor dengan penyerapan susu murni dan susu bubuk produksi dalam negeri ditetapkan berdasarkan
Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1036KpXI1985.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu 2.5.1. Penelitian Komoditas Susu