Perumusan Masalah Analsis Daya Saing dan Dampak Perubahan Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditi Susu Sapi

Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha rakyat dan penggerak ekonomi nasional, ikut dilibatkan pemerintah dalam mendorong perkembangan usaha persusuan di Indonesia. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan impor susu adalah dengan memberi kepercayaan kepada koperasi melalui hubungan peternakan rakyat yang terangkum dalam paket kebijakan meliputi kebijakan impor sapi perah, pelaksanaan Inseminasi Buatan IB dan perbaikan manajemen pemasaran dan fasilitas kredit. Hal tersebut menyebabkan keberadaan koperasi sebagai wadah kerjasama menjadi sangat penting, sehingga dapat memacu perkembangan persusuan di Indonesia, tentunya dengan dukungan serius dari pemerintah.

I.2. Perumusan Masalah

Dari data BPS tahun 2005, terlihat bahwa produksi susu di dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi susu masyarakat dan IPS yang selalu mengalami peningkatan. Kebutuhan susu nasional setiap hari mencapai 3,75 juta liter sedangkan jumlah produksi susu nasional sebesar 1,25 juta. Jadi 75 persen dari kebutuhan susu nasional dipenuhi oleh pemerintah dengan melakukan impor susu dari beberapa negara seperti Australia, Prancis dan Selandia baru. Kebutuhan susu nasional yang tinggi sebenarnya merupakan pendorong bagi peningkatan produksi susu dalam negeri sehingga mampu bersaing dengan susu impor. Pemerintah seharusnya membuat suatu kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan peternak sehingga mampu memperluas usaha dan meningkatkan produksinya. Bentuk kebijakan yang dapat diberikan seperti pemberian subsidi pakan, obat-obatan, kredit dan sarana prasarana. Sejak Tahun 1995 pemerintah sudah memberikan bantuan subsidi pakan ternak dan obat- obatan. Namun pada tahun 2000 bantuan tersebut mulai dikurangi sehingga pemberian subsidi belum optimal sampai ke tingkat peternak. Pada koperasi Desa Tajurhalang telah disediakan bantuan pemerintah berupa kredit, namun bantuan tersebut hanya diberikan kepada peternak yang memiliki sapi perah lebih dari 3 ekor. Sehingga peternak yang memiliki sapi perah kurang dari 3 ekor tidak dapat mengajukan kredit. Tetapi suku bunga kredit yang ditetapkan cukup tinggi sehingga banyak peternak yang tidak mengajukan kredit. Banyak peternak di Desa Tajurhalang yang menggunakan modal sendiri dalam kegiatan usaha sapi perahnnya. Modal untuk membeli sapi perah cukup mahal dan peternak harus menanggung beberapa resiko terhadap sapi perah yang dibelinya, sehingga menyebabkan rendahnya keinginan masyarakat untuk menambah dan memperluas usahanya sehingga membuat peternakan sapi perah sulit berkembang untuk memenuhi permintaan susu yang terus meningkat. Permasalahan susu bukan hanya jumlah produksi susu nasional yang tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat tetapi juga ada masalah lain seperti rendahnnya kualitas susu nasional. Rendahnya kualitas tersebut pernah terjadi karena peternak mengganti jenis pakan yang digunakan dengan harga yang lebih murah. Tingginya harga pakan sapi terjadi karena adannya kebijakan pemerintah dalam menaikan harga BBM pada tahun 2005. Rendahnya kualitas susu membuat harga susu dalam negeri rendah jika dibandingkan harga susu impor. Pada saat pemerintah menaikan harga BBM juga berdampak pada penurunan produksi dan kualitas susu yang dihasilkan oleh Desa Tajurhalang. Pakan ternak yang digunakan oleh peternak diangkut dengan mobil sehingga kenaikan harga BBM menyebabkan peningkatan harga pakan ternak. Menurut Gabungan Koperasi Susu Indonesia GKSI Jawa Barat harga susu lokal tahun 2005 Rp1850 per liter, sedangkan harga susu impor mencapai Rp 2.500 per liter. Harga produk susu impor sebenarnya lebih mahal dari harga susu nasional, tetapi Industri Pengolahan Susu IPS lebih banyak membeli susu impor karena kualitasnya yang lebih baik. Dalam melindungi peternak Indonesia, pada tahun 1998 terdapat Instruksi Presiden No.4 tahun 1998 yang membuat kebijakan tentang susu impor. Instruksi tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan dari 3 menteri pertanian, perdagangan dan koperasi yang berisi tentang bukti serap susu. Apabila Industri Pengolahan Susu IPS membeli susu impor maka diwajibkan untuk membeli susu dari peternak nasional. Jika IPS melakukan impor susu sebanyak 2 kg maka wajib untuk membeli susu dari peternak sebanyak 1 kg. Pada saat Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas WTO pemerintah mencabut Instruksi Presiden No 4 tahun 1998 tersebut. Pencabutan kebijakan tersebut tidak diimbangi dengan proteksi dari pemerintah terhadap para peternak nasional. Sehingga memberikan keleluasaan kepada Industri Pengolahan Susu IPS untuk membeli susu impor dari luar negeri. Selain itu besarnya tarif impor untuk susu Indonesia masih tergolong rendah hanya berkisar 0-5 . Rendahnya tarif impor tersebut menyebabkan semakin tingginya jumlah impor susu yang dilakukan oleh IPS. Hal tersebut akan mendorong semakin rendahnya daya saing dari produk susu nasional sehingga perlu dibuat perumusan kembali tentang besarnya tarif dan kebijakan yang sesuai dalam meningkatkan daya saing susu nasional. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana keunggulan komparatif dan kompetitif komoditas susu sapi ? 2. Bagaimana daya saing dari produk susu Desa Tajurhalang ? 3. Bagaimana pengaruh perubahan kebijakan input output pemerintah terhadap daya saing peternakan susu sapi di Desa Tajurhalang ?

1.3. Tujuan Penelitian