VII. ANALISIS SENSITIVITAS PADA PRODUKSI SUSU SAPI
Nilai PCR pada keunggulan kompetitif dan nilai DRC pada keunggulan komparatif dapat berubah apabila komponen biaya untuk pengusahaan impor
berubah. Untuk mengamati perubahan tersebut digunakan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas perlu dilakukan mengingat Matriks Analisis Kebijakan
PAM mempunyai keterbatasan yaitu merupakan analisis yang bersifat statis, sehingga memerlukan simulasi kebijakan untuk mengantisipasi setiap perubahan
yang terjadi dalam sistem ekonomi yang dinamis.
7.1. Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output
Perubahan-perubahan pada kenaikan harga pakan ternak, penurunan harga susu dan analisis sensitivitas gabungan yang akan berpengaruh terhadap
perubahan indikator daya saing. Untuk itu diperlukan simulasi kebijakan analisis sensitivitas guna melihat besarnya perubahan indikator daya saing baik pada
keunggulan komperatif maupun keunggulan kompetitif pada suatu sistem komoditi.
1. Perubahan terhadap Harga Output Bila terjadi penurunan ha rga output dengan asumsi faktor yang lain tidak
berubah. Karena dari tahun ketahun harga susu, khususnya di Desa Tajurhalang pernah terjadi penurunan. Penurunan harga tersebut terjadi
karena peternak menganti jenis pakan ternak yang digunakan dengan harga yang lebih murah sehingga kualitas susu yang dihasilkan menjadi lebih
rendah. Pengantian jenis pakan tersebut karena tingginya harga pakan
yang berkualitas akibat adannya kenaikan harga BBM. Penurunan kualitas susu yang menyebabkan turunya harga susu yang dibeli oleh koperasi
terjadi pada bulan oktober 2005. Rata-rata penurunan harga tersebut sebanyak 5 , sebelumnya harga susu Rp 1770 menjadi Rp 1681,5.
Skenario peningkatan harga output yang dianalisis sebesar 5 . 2. Perubahan terhadap Harga Input
Bila terjadi peningkatan harga pakan ternak dengan asumsi faktor yang lain tidak berubah. Pada bulan oktober tahun 2005 pemerintah membuat
kebijakan menaikan harga BBM sebesar 30 , kenaikan harga tersebut menyebabkan terjadinnya kenaikan beberapa harga diantaranya terjadi
kenaikan harga solar. Peningkatan harga solar menyebabkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut pakan ternak ke
peternakan Desa Tajurhalang, sehingga harga pakan menjadi lebih mahal. Skenario perubahan harga input pakan ternak sebesar 30 .
3. Analisis Gabungan Analisis sensitivitas gabungan 1 dan 2 dilakukan untuk melihat pengaruh
terhadap keunggulan komparatif dan kompetitif pengusahaan sapi perah, jika terjadi perubahan secara bersamaan yaitu meningkatnya harga pakan
ternak sebesar 30 dan jika terjadi penurunan harga output sebesar 5 .
7.2. Analisis sensitivitas pada skala usaha sapi laktasi 3 ekor 7.2.1. Analisis sensitivitas bila harga pakan ternak meningkat sebesar 30 .
Analisis sensitivitas yang pertama dilakukan adalah menguji kepekaan efisiensi private dan ekonomi serta keunggulan komparatif bila harga input
meningkat sebesar 30 dari harga semula dengan asumsi faktor-faktor lainnya tetap cateris paribus. Analisis ini juga akan menunjukan apakah aktivitas
ekonomi yang dilakukan masih tetap efisien secara private dan ekonomi atau sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan nilai PCR dan DRC yang
dihasilkan adalah kurang dari satu 1. Nilai tersebut menunjukan bahwa pengusahaan sapi perah efisien secara finansial maupun ekonomi. Dengan
demikian pengusahaan sapi perah layak untuk dijalankan, ini juga ditunjukan dengan nilai PP dan SP yang positif. Jadi pengusahaan sapi perah jika harga pakan
ternak meningkat sebesar 30 , maka pengusahaan sapi perah tetap layak untuk diusahakan. tetapi apabila terjadi nilai PCR lebih dari satu maka pengusahaan sapi
perah tidak efisien diusahakan di desa Tajurhalang dan tidak memiliki keunggulan kompetitif lagi. Ini ditunjukan oleh nilai PP yang negatif sehingga tidak layak
untuk diusahakan.
7.2.2. Analisis sensitivitas Saat Penurunan Harga Output Sebesar 5
Adannya perubahan pada harga output akan mengalami perubahan pada biaya produksi dan keuntungan yang diterima baik secara finansial maupun
ekonomi. Dengan menurunya harga susu sebesar 5 , sehingga keuntungan private yang didapat adalah bernilai positif, menyebabkan pengusahaan sapi
perah layak diproduksi di Desa Tajurhalang. Hal ini diikuti dengan nilai PCR
kurang dari satu PCR1 artinnya bahwa susu produksi Desa Tajurhalang memiliki efisiensi secara finansial dan memiliki keunggulan kompetitif untuk
bersaing di pasar internasional. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tingkat keuntungan yang
diperoleh oleh pengusahaan sapi perah. Untuk nilai DRC yang mengalami penurunan, sehingga dengan menurunya harga output sebesar 5 membuat
keunggulan komparatif mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dengan menurunya harga output menyebabkan terjadinya peningkatan biaya produksi
sehingga keuntungan finansial dan sosial ya ng diterima oleh produsen akan menjadi lebih basar juga dibandingkan keuntungan sosial sebelum ada perubahan.
7.2.3. Analisis Sensitivitas Gabungan
Pada analisis sensitivitas gabungan, yaitu peningkatan harga input pakan ternak sebesar 30 dan penurunan harga output susu sebesar 5 didapat hasil
yang menunjukan bahwa pengusahaan sapi perah masih efisien baik secara finansial maupun ekonomi. Hal ini ditunjukan oleh nilai PCR dan DRC yang lebih
kecil dari satu 1. Nilai PCR da DRC masing- masing adalah 0,75 dan 0,42. Nilai OT pada analisis gabungan adalah sebesar negatif Rp 3,69.
Peningkatan nilai OT yang terjadi karena penerimaan private dan sosial tetap mengalami peningkatan akibat dari menurunya harga output. Kondisi OT sebelum
maupun setelah analisis gabungan dilakukan masih tetap bernilai negatif. Ini berarti bahwa terjadi transfer output dari produsen ke konsumen sebesar Rp 3,06.
Nilai tersebut meningkat dibandingkan keadaan pada saat sekarang. Ini terjadi
karena adanya kenaikan pada input produksi dan adannya kebijakan pemerintah berupa tarif terhadap output yang ditanggung oleh peternak.
Dampak perubahan terhadap input menyebabkan nilai IT tetap tidak berubah yaitu bernilai positif. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa dengan
adannya kebijakan gabungan bahwa input tradeable private lebih besar dari biaya input tradeable sosial. Maka dapat dikatakan pula bahwa kebijakan yang
diberikan pemerintah berupa subsidi pada input tradeable yang menyebabkan biaya input tradeable private meningkat, sehingga keuntungan private yang
diterima oleh pengusahaan sapi perah tidak mengalami perubahan yang terlalu besar.
Nilai FT yang positif menunjukan bahwa terdapat subsidi positif bagi pengusahaan input non tradeable dan subsidi tidak diberikan kepada pengusaha
sapi perah, artinya pengusaha membayar biaya input non tradeable lebih tinggi dari yang seharusnya dibayarkan, sehingga pengusaha mendapatkan kerugian Rp
3,06 per liter susu. Nilai NT yang negatif disebabkan oleh harga output secara finansial yang
lebih kecil dibandingkan dengan harga output dipasar dunia. Nilai koefisien keuntungan yang lebih kecil dari satu 1, berarti dengan adannya analisis
sensitivitas gabungan bahwa kebijakan pemerintah membuat keuntungan yang diterima produsen lebih besar jika dibandingkan dengan tanpa adannya kebijakan.
nilai SRP yang diperoleh setelah analisis gabungan yaitu negatif 0,15. Nilai SRP ini berarti bahwa kebijakan pemerintah yang berlaku selama ini
menyebabkan produsen susu Desa Tajurhalang mengeluarkan biaya produksi lebih besar 15 persen dari biaya imbangan untuk berproduksi.
7.3. Analisis sensitivitas pada skala usaha sapi laktasi 3 ekor 7.3.1