42 atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan atau digudangkan
pada akhir tahun Soekartawi et al. 1986. 3.1.5. Imbangan Penerimaan dan Biaya RC rasio
Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena itu pendapatan
usahatani merupakan keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan keragaan beberapa usahatani. Pendapatan selain diukur dengan
nilai mutlak, juga dinilai efisensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan R untuk setiap biaya C yang dikeluarkan rasio RC. Rasio
RC ini menunjukan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi.
Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif terhadap kegiatan usahatani sehingga dapat dijadikan penilaian terhadap
keputusan petani untuk menjalankan usahatani tertentu. Usahatani efisien apabila RC lebih besar dari 1 RC1 artinya untuk setiap Rp. 1,00 biaya yang
dikeluarkan akan memberikan keuntungan lebih dari Rp.1,00. Sebaliknya jika RC lebih kecil dari atu RC1 maka dikatakan etiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan
akan memberikan penerimaan lebih kecil dari Rp. 1,00 sehingga usahatani dinilai tidak efisien. Semakin tinggi nilai RC, semakin menguntungkan usahatani
tersebut.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Kecamatan Losarang memiliki potenis pengembangan lokasi budidaya ikan lele Bapukan dilihat dari kondisi alam yang mendukung dan kondisi sosial
masyarakatnya yang mayoritas menjadi petani ikan lele. Pengembangan ikan lele Bapukan terkendala oleh perbedaan harga disparitas produk pada saat over
supply produksi ikan lele Bapukan sehingga terjadi penurunan harga yang menyebabkan pendapatan petani menurun. Untuk memanfaatkan potensi yang
ada, maka kendala yang ada perlu diatasi. Salah satu program yang dijalankan di Kecamatan Losarang adalah melalui program Filleting sejak tahun 2008. Filleting
yaitu program yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan meminimumkan risiko produksi ikan lele Bapukan, sehingga tidak terjadi over
43 supply. Selain itu program ini bertujuan untuk membantu para petani lele Bapukan
dalam hal pemasaran, media informasi mengenai harga dan pola tanam yang baik serta permintaan konsumen.
Program Filleting memiliki berbagai manfaat yang dapat dirasakan oleh petani. Melalui program Filleting, produksi lele Bapukan petani dapat terjual
seluruhnya. Hal ini menjadi salah satu cara agar produksi petani dapat didistribusikan tanpa ada sisa yang dapat menjadi biaya tambahan. Harga yang
ditawarkan oleh program Filleting bagi petani lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga jual saat ini. Harga jual lele Bapukan setelah adanya Filleting
sebesar Rp 8.000 per kg, sedangkan harga jual sebelum adanya program Filleting sebesar Rp 5.000 sampai Rp 5.500 per kg. Hal ini terbukti menguntungkan bagi
petani. Melalui harga jual yang lebih tinggi, maka pendapatan petani dapat ditingkatkan.
Membudidayakan ikan lele Bapukan tentu akan menimbulkan penggunaan input baru, seperti ukuran tebar benih yang lebih besar atau jumbo dan pakan
tambahan, sehingga akan meningkatkan pengeluaran petani atau menimbulkan biaya-biaya yang dikeluarkan petani. Oleh karena itu dengan mengadakan analisis
pendapatan usahatani, dapat dilihat seberapa besar keuntungan yang didapat petani dengan program Filleting. Hasil terhadap analisis yang dilakukan dapat
dijadikan rekomendasi kepada petani dan pemerintah. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.
44
45
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Petani Lele Bapukan
Disparitas harga pada saat over supply
Analisis Penerimaan Analisis Biaya
Rekomendasi usahatani ikan lele Bapukan di Kecamatan
Losarang Kabupaten Indramayu
Analisis usahatani ikan lele bapukan di Desa Losarang, Kabupaten Indramayu
Analisis Efisiensi atau Keuntungan DKP Indramayu membuat program Filleting
46
BAB IV METODE PENELITIAN