Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Profil Kelompok Tani Ulam Jaya

55 Losarang pada tahun 2010, mayoritas penduduk atau sekitar 17,58 persen merupakan tamatan SD. Gambaran umum demografis tersebut berkaitan dengan bagaimana masyarakat dalam mengelola usahanya, baik dari segi teknis budidaya maupun manajemen pemasaran sehingga akan berdampak pada penerimaan dan biaya- biaya yang di keluarkan dalam pengelolaan usahataninya.

5.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Losarang merupakan akulturasi dari berbagai macam budaya, suku, dan ras yang berbeda. Sebagian besar dari penduduknya adalah penduduk asli daerah setempat dan sebagian kecil lain merupakan pendatang. Kecamatan Losarang memiliki kurang lebih 15 desa, yang salah satunya digunakan sebagai lokasi penelitian yaitu Desa Krimun, Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani lele dan gurame, petani padi sawah, nelayan tangkap, dan pemindang ikan hasil tangkapan. Kabupaten ini dapat dikatakan sebagai daerah sentra produksi hasil perikanan khususnya ikan lele Bapukan sebagai salah satu komoditas ketahanan pangan. Pengaruh kondisi geografis dan kebijakan penggunaan lahan serta aspek budaya masyarakat setempat, menjadikan kabupaten ini dapat bergerak di berbagai sektor selain pertanian dan perikanan.

5.4 Profil Kelompok Tani Ulam Jaya

Sampai dengan tahun 2010 terdapat 78 anggota dari Kelompok Tani Ulam Jaya di kecamatan Losarang khususnya di Desa Krimun dengan rata-rata jumlah tambak garapan yaitu 7 tambak dan luas tambak sekitar 300-450 m 2 dan luas garapan 25 hektar. Dari 78 anggota kelompok tani Ulam Jaya terdiri dari 25 orang petani pembesaran lele Bapukan dan 53 orang petani penggelondongan. Sistem perikanan di Desa Krimun masih tradisional, namun saat ini usahatani ikan lele Bapukan yang dilakukan petani di desa tersebut sudah terorganisir dalam kelembagaan kelompok tani yaitu Kelompok Tani Ulam Jaya. Menurut Departemen Pertanian 2007, pembentukan kelompok tani yang pada akhirnya menjadi Gabungan Kelompok Tani GAPOKTAN akan diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peran serta petani dan anggota 56 masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuhkembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait dalam pengembangan usahataninya. Selain itu kelompok tani diharapkan mampu membantu menggali potensi, memecahkan permasalahan usahatani anggota secara efektif, memudahkan dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya. Kelompok Tani Ulam Jaya berdiri tahun 2008. Awal munculnya gagasan pembentukan Kelompok Tani Ulam Jaya adalah dalam rangka mendorong dan menggali potensi sumberdaya perikanan di Desa Krimun Khususnya ikan lele. Menurut Surat Keputusan Kepala Desa Krimun 2008, tujuan dari terbentuknya Kelompok Tani Ulam Jaya adalah a mendorong dan mengembangkan kegiatan usaha anggota khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil dan makmur; b mengembangkan sikap wirausaha ke arah usaha yang profesional, tangguh dan sehat dari anggota, untuk anggota dan oleh anggota; c mendorong dan menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatan anggota; d menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat; ememperkokoh dan memperkuat perekonomian di tingkat pedesaan sehingga menjadi lembaga usahabisnis yang tangguh dan sehat serta mampu bersaing dengan pelaku usaha bisnis lainnya. Fungsi dari Kelompok Tani Ulam Jaya adalah: a sebagai lembaga dan wadah anggota; b membangun dan mengembangkan potensi usaha yang dimiliki anggoita khususnya dan masyarakat pada umumnya yang diharapkan dapat membawa dampak positif untuk peningkatan usaha dan pendapatan para anggota; cmendorong dan membantu kegiatan usaha yang dijalankan oleh anggota; d mengkoordinir dan mefasilitasi kegiatan usaha yang dijalankan anggota. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Ulam Jaya terdiri dari unit produksi ikan lele termasuk ikan lele Bapukan, pengadaan sarana input produksi diantaranya pakan, obat-obatan, benih, mesin diesel, serta sebagai lembaga penyaluran subsidi pemerintah terkait dengan perikanan. Kelompok Tani Ulam Jaya memberikan pembinaan dan pengembangan terhadap petani pembesaran ikan lele Bapukan misalnya pengembangan pola tanam dan pemilihan benih yang baik. 57

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden Pada penelitian ini jumlah responden petani sebanyak 25 orang yang berusaha tani ikan lele Bapukan dan merupakan anggota Kelompok Tani Ulam Jaya. Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting adalah umur, status usaha, pendidikan, luas lahan, pengalaman dalam usahatani lele Bapukan dan status kepemilikan lahan. Karakteristik tersebut dianggap penting karena mempengaruhi usaha tani ikan lele Bapukan, terutama dalam melaksanakan teknik budidaya ikan lele Bapukan.

6.1.1. Usia

Usia petani responden di daerah penelitian kebanyakan pada usia produktif yaitu 30 hingga 55 tahun dan usia 40-45 tahun mempunyai persentasi paling tinggi sekitar 44 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa usahatani lele Bapukan di daerah penelitian banyak dikembangkan oleh orang-orang yang masih berusia produktif. Biasanya, orang yang masih berusia produktif memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usahanya karena pada usia tersebut masih terdapat dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun, ada beberapa petani yang telah berusia lanjut masih tetap bertani. Mereka menganggap bertani lele merupakan mata pencaharian pokok yang telah turun temurun. Di lain pihak banyak generasi muda tidak ingin bekerja pada sektor pertanian khususnya menjadi petani. Mereka menganggap bertani lele merupakan pekerjaan berat, kotor, berpenghasilan kecil, bukan pekerjaan yang cepat menghasilkan uang tunai dan pendapatan yang diperoleh tidak rutin serta membutuhkan tenaga besar. Hal tersebut dikarenakan pendapatan dari usahatani ikan lele Bapukan diperoleh setelah panen yaitu setelah beberapa bulan masa tanam. Pendapatan yang diperoleh dari berusahatani ikan lele Bapukan juga tidak rutin setiap bulan, hanya tiga atau empat kali dalam setahun. Oleh karena itu, mereka lebih memilih dan tertarik menjadi tukang ojek, supir dan kenek elf atau bekerja di kota. Adapun persentase petani lele Bapukan di Desa Krimun dapat