Keterkaitan Dengan Penelitian Terdahulu

35 penelitian dengan alat analisis yang digunakan adalah analisis RC rasio dan model fungsi produksi eksponensial dengan menggunakan metode penduga kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square OLS. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani Belimbing Dewa dapat disimpulkan bahwa pengaruh hadirnya Primatani di Kota Depok belum memberikan dampak yang terlalu besar terhadap tingkat pendapatan petani peserta Primatani. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan total pada petani non Primatani lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani Primatani. Variabel faktor produksi yang digunakan antara lain pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk gandasil, pestisida, petrogenol dan tenaga kerja. Zalukhu 2009 yang melakukan penelitian mengenai analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian yang bertujuan menganalisis keragaan usahatani, pendapatan usahatani, faktor- faktor produksi serta efisiensi tataniaga beras di Kecamatan Cibungbulang melakukan pengambilan responden secara acak simple random sampling sedangkan penentuan responden untuk analisis tataniaga adalah secara snow ball sampling. Hasil penelitian Zulukhu 2009 tidak hanya menganalisis pendapatan, RC rasio, tetapi juga analisis regresi linier berganda untuk mengetahui faktor- faktor produksi yang mempengaruhi produksi padi dan analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Hasil penelitian meghasilkan pendapatan atas biaya tunai pada usahatani Bondoyudo adalah Rp 6.311.564 artinya pendapatan petani tanpa memperhitungkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 6.311.564 per hektar per musim tanam. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. Nilai RC rasio atas biaya tunai adalah 2,66. Artinya setiap pengeluaran biaya tunai satu satuan biaya total menghasilkan penerimaan sebesar 2,66 satuan penerimaan. RC rasio atas biaya total adalah 1,50 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total menghasilkan penerimaan 1,50 satuan penerimaan.

2.2. Keterkaitan Dengan Penelitian Terdahulu

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan adalah adanya kesamaan dalam penggunaan alat analisis untuk menganalisis 36 usahatani. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan adalah dari segi komoditas dan cakupan daerah yang dikaji. Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, dapat dilihat bahwa usahatani ikan kurang efisien yang ditunjukkan dengan RC rasio negatif. Maka melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah usahatani ikan khususnya ikan lele Bapukan lebih efisien daripada usahatani ikan pada penelitian terdahulu. Tabel 3. Keterkaitan Dengan Penelitian Terdahulu Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Euis Yunita.P 2010 Analisis efisiensi tataniaga lele sangkuriang di Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Margin pemasaran, RC rasio Hanifah 2008 pendapatan usahatani integrasi pola sayuran- ternak-ikan di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bogor. Analisis pendapatan dan RC rasio Muhammad Fauzi 2008 analisis efisiensi pemasaran ikan lele di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon Margin pemasaran, , farmer’s share Zalukhu 2009 analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Margin pemasaran, RC rasio, farmer’s share Sitompul 2007 analisis usahatani dan tataniaga ikan hias maskoki oranda di desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Margin pemasaran, RC rasio, farmer’s share 37

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep usahatani, pendapatan usahatani, konsep penerimaan usahatani, biaya usahatani. Konsep usahatani dan pendapatan usahatani digunakan karena belum ada konsep khusus tentang usaha budidaya ikan lele Bapukan dan konsep usahatani adalah konsep yang paling mendekati kegiatan usaha budidaya ikan lele Bapukan dalam penelitian ini.

3.1.1. Konsep Usahatani

Menurut Soekartawi et.al 1986, usahatani adalah sistem organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang mampu bertumpu pada anggota keluarga tani. Terdapat unsur modal yang beraneka ragam jenisnya salah satunya adalah unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Tipe unsur mempunyai kedudukan yang sama penting dalam usahatani dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Usahatani di Indonesia dapat diketahui dengan ciri-ciri sebagai berikut Soekatawi, et al. 1986 : 1. Sempitnya lahan yang dimiliki petani 2. Kurangnya modal 3. Pengetahuan petani yang masih terbatas secara kurang dinamis 4. Rendahnya pendapatan petani Lahan adalah unsur produksi yang tahan lama, dapat dipakai dari satu generasi ke generasi berikutnya dan tidak dapat dipindah-pindahkan tempatnya. Lahan usahatani dapat berupa lahan pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan tersebut diperoleh dengan cara membeli, menyewa dan bagi hasil atau menyakap Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja, 1983. Penggunaan lahan diusahakan secara monokultur satu jenis tanaman atau polikultur lebih dari satu jenis tanamanan.