sebesar-besarnya kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Salah satu manfaat riil nya adalah sertifikat penilaian kesehatan Koperasi dapat digunakan
Koperasi sebagai syarat mengajukan pinjaman ke bank. Setahun kemudian, muncul Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14PerM.KUKMXII2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor 20PerM.KUKMXI2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Peraturan
ini kemudian digunakan sampai sekarang dengan ruang lingkup penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a
Permodalan; b Kualitas aktiva produktif; c Manajemen; d Efisiensi; e Likuiditas; f Kemandirian dan pertumbuhan, serta g Jatidiri Koperasi.
Sedangkan kategori yang diberikan untuk Koperasi yang sudah dinilai adalah sebagai berikut: a Sehat; b Cukup sehat; c Kurang sehat; d Tidak sehat, dan
e Sangat tidak sehat. Pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 14PerM.KUKMXII2009
mengalami beberapa perubahan yang lebih terperinci dalam hal pembobotan nilai dari aspek dan komponen yang dinilai sehingga peraturan ini menjadi acuan dasar
untuk penilaian kesehatan Koperasi pada saat ini.
2.2.3 Aspek Manajemen Dalam Penilaian Kesehatan Koperasi
Menurut Hasibuan 2009:1 menyatakan bahwa pentingnya sebuah manajemen “...untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik
akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat
ditingkatkan.” Manajemen mengatur jalannya organisasi dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang ada beserta sumber-sumber daya lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Semakin disadari bahwa dunia bisnis akan menjadi industri yang
“digerakkan” oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak lagi hanya bergantung pada melimpahnya sumber daya alam dan upah
buruh murah. Menghadapi kondisi seperti ini, organisasi yang ingin mempertahankan kelangsungan hidupnya atau pertumbuhannya akan
semakin tergantung pada cara pengelolaan SDMnya. Handoko, 2008:98
Pernyataan tersebut juga berlaku untuk organisasi Koperasi yang mana harus mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia Koperasi secara
berkelanjutan agar kelangsungan usaha Koperasi tetap berjalan. Sumber Daya Manusia Koperasi dapat dinilai dalam penilaian manajemen. Penilaian
manajemen merupakan salah satu dari tujuh aspek yang diniliai dalam penilaian kesehatan Koperasi. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha
Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 14PerM.KUKMXII2009 penilaian aspek manajemen KSP dan USP Koperasi meliputi lima komponen
sebagai berikut: a Manajemen umum; b Kelembagaan; c Manajemen permodalan; d Manajemen aktiva, dan e Manajemen likuiditas.
Didalam aspek ini dapat dikaitkan secara langsung seberapa besar peran Sumber Daya Manusia Koperasi terutama pada poin manajemen umum dan
kelembagaan. Sedangkan poin lainnya adalah tentang bagaimana suatu manajemen Koperasi berperan dalam meningkatkan permodalan, mengatur aktiva
dan menjaga likuiditas Koperasi. Adapun beberapa inti pertanyaan yang diajukan pada saat penilaian kesehatan Koperasi dalam aspek penilaian manajemen poin
manajemen umum adalah sebagai berikut: a.
Visi, misi dan tujuan yang jelas serta diketahui dan dipahami oleh pengurus, pengawas, pengelola dan seluruh karyawan.
b. Koperasi memiliki rencana kerja jangka panjang minimal untuk 3 tahun ke
depan yang dijadikan sebagai acuan Koperasi dalam menjalankan usahanya dan rencana kerja tahunan yang digunakan sebagai dasar acuan
kegiatan usaha selama 1 tahun. c.
Pengambilan keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh pengelola secara independent.
d. Pengurus dan atau pengelola Koperasi memiliki komitmen untuk
menangani permasalahan yang dihadapi serta melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
e. Koperasi memiliki tata tertib kerja SDM yang meliputi disiplin kerja serta
didukung sarana kerja yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan. f.
Pengurus Koperasi yang mengangkat pengelola, tidak mencampuri kegiatan operasional sehari-hari yang cenderung menguntungkan
kepentingan sendiri, keluarga atau kelompoknya sehingga dapat merugikan Koperasi.
g. Anggota Koperasi sebagai pemilik mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan permodalan Koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Pengurus, Pengawas, dan Pengelola Koperasi di dalam melaksanakan
kegiatan operasional tidak melakukan hal-hal yang cenderung menguntungkan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya, atau berpotensi
merugikan Koperasi. i.
Pengurus melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengelola sesuai dengan tugas dan wewenangnya secara efektif.
Sedangkan dalam poin kelembagaan terdapat beberapa inti dari pertanyaan penilaian manajemen yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan jabatan.
b. Koperasi memiliki rincian tugas yang jelas untuk masing-masing
karyawannya. c.
Di dalam struktur kelembagaan Koperasi terdapat struktur yang melakukan fungsi sebagai dewan pengawas
d. Koperasi terbukti mempunyai Standar Operasional dan Manajemen
SOM dan Standar Operasional Prosedur SOP. e.
Koperasi telah menjalankan kegiatannya sesuai SOM dan SOP Koperasi. f.
Koperasi mempunyai sistem pengamanan yang baik terhadap semua dokumen penting.
2.3 Sumber Daya Manusia Koperasi 2.3.1 Definisi SDM