Pendidikan PerKoperasian Bagi Sumber Daya Manusia Koperasi

“Iya, ini hampir semua ya memang kan isitilahnya wajib ya.” LY11, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 14.24 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Anggota Koperasi Karyawan Pura Group adalah Karyawan PT. PURA. Namun, karyawan Koperasi yang berstatus bukan karyawan PT. PURA dapat bergabung menjadi anggota Koperasi di Koperasi Karyawan Pura Group. Padahal untuk anggota non karyawan PT. PURA sendiri dapat dilayani pada cabang Koperasi Karyawan Pura Group, yakni KSU Tanjung Jati. Sehingga, hal tersebut dapat menghambat kinerja karyawan Koperasi yang bersangkutan karena pecahnya fokus karyawan Koperasi untuk aktif menjadi anggota Koperasi atau aktif menjalankan tugasnya di Koperasi. Adanya hal tersebut juga memungkinkan karyawan Koperasi untuk mementingkan dirinya sendiri melalui Koperasi karena anggota Koperasi adalah pemilik, sedangkan karyawan Koperasi tersebut menjadi anggota Koperasi yang memiliki Koperasi.

4.2.5 Pendidikan PerKoperasian Bagi Sumber Daya Manusia Koperasi

Karyawan Pura Group Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia Koperasi, penting bagi Koperasi untuk senantiasa memberikan pendidikan dan pelatihan baik untuk pengurus dan pengawas, manajer, karyawan maupun anggota Koperasi. Bapak Kisyono dari Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM, mengatakan bahwa pelatihan dan pendidikan Koperasi itu penting untuk peningkatan Sumber Daya Manusia, sebagaimana diungkapkan berikut ini: “Itu kan tujuannya untuk peningkatan SDM. Lah untuk meningkatkan SDM itu macam-macam ada yang melalui pelatihan, ada yang melalui magang, magang iku ditempatno ning Koperasi liyo kon sinau magang itu ditampatkan di Koperasi lain disuruh belajr mungkin satu bulan, 2 minggu, ada yang berbentuk study banding, jadi membandingkan Koperasi iku ngene Koperasine wong liyo iku ngene Koperasi itu begini, Koperasi lain begitu nek Koperasi duite okeh wonge serombongan kabeh nek Koperasine ijeh cilik ijeh melarat, yo mungkin penguruse tok kalau Koperasi uangnya banyak orangnya satu rombongan semua, kalau Koperasinya masih kecil, masih melarat ya pengurusnya saja. Itu yo tergantung kondisi di masing-masing Koperasi. Semua sumber ilmu itu sebagian besar dari dinas. Dari dinas mengarahkan Koperasine dewe Koperasinya sendiri itu kalau swadana tapi kalau yang menyelenggarakan pemerintah, semua didukung oleh anggaran pemerintah. Gitu lho, misalkan aku ngelatih kayak tahun wingi kemarin 4 angkatan tiap angkatan wong 40 40 orang atau berapa itu. Mereka kita datangkan, kita latih, kita datangkan tutor-tutor khusus barangkali sesuai dengan kebutuhan mereka. Kan tekniknya seperti itu. Tugas kita dalam mengembangkan Koperasi itu kita pilah-pilah, Koperasi sing kuat, metode apa yang kita anu tekniknya bagaimana itu ada istilahnya kurikulumnya. Jadi tidak bisa disamakan Koperasi yang ecek-ecek sama Koperasi sing gede besar. Tingkat kebutuhannya lain. Koperasi gede besar udah mapan pasti tingkat kebutuhannya dengan IT. Gitu lho jadi kita ini bagaimana menciptakan kebutuhan Koperasi. Nek Koperasi cilik yo rak iso kalau Koperasinya kecil ya tidak bisa. ” KS6-8, wawancara dilakukan pada tanggal 11 Februari 2015 pukul 13.14 WIB di ruangan Kasi Kelembagaan Koperasi Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Koperasi Karyawan Pura Group merupakan Koperasi Karyawan terbesar di Kudus. Karena besar, seharusnya tidak menjadi suatu masalah jika Koperasi mau dan mampu mengirimkan Sumber Daya Manusia Koperasinya untuk mengikuti pelatihan secara berkala dan didelegasikan secara bergilir. Namun kenyataannya, menurut pengakuan dari manajer Koperasi, yaitu Ibu Sri Ratna Mayawati, Koperasi Karyawan Pura Group tidak melakukan proses pendidikan dan pelatihan diklat untuk akhir-akhir ini. Proses pendidikan dan pelatihan pernah dilakukan pada jaman dahulu saat Koperasi sedang resesi, sedangkan ketika Koperasi menyarankan karyawan Koperasi untuk mengikuti proses pendidikan dan pelatihan, karyawan Koperasi tersebut tidak mau untuk mengikutinya, sebagaimana penjelasan Ibu Sri Ratna Mayawati berikut ini: “Dulu sih sering ya kepada anggota ditujukan supaya anggotanya lebih pintar ngerti tahu Koperasi, tidak hanya protes, seperti itu. Ya kayak penyuluhan gitu ada nasasumber dari dinas Koperasi gitu, tapi setelah anggota sudah pada mudeng ya sudah. Dulu hampir setiap tahun saya ngadain penyuluhan sekarang anggota sudah pada bisa menerima lah ya sudah, kalau dulu kan seringnya protes, ga mudeng mengerti, kok aku kok dipotong gini-gini kok ngene-ngene begini-begini ya, jadi kesadarannya kurang, maunya hutang mbayare bayarnya susah ya gitu. Ya kalau ada pelatihan dari eksternal ya dari dinas Koperasi atau dekopin atau dinas pajak ya kita kirim. Kalau misalkan bayar pun ada pelatihan apa yang bayar pun tetep kita ikutkan atau komputer atau apa. Seringnya sih jarang ya, pada nggak mau.” MY33-36, wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2015 pukul 10.39 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Bapak Sukari sendiri mengaku pernah mengikuti pelatihan dan pendidikan perKoperasian yang diselenggarakan DEKOPIN. Sedangkan untuk proses diklat yang diselenggarakan oleh Koperasi Karyawan Pura Group sendiri belum pernah dilakukan. Namun, diakui informan bahwa terdapat proses penyampaian informasi mengenai perKoperasian kepada karyawan Koperasi melalui manajer Koperasi atau pengurus Koperasi. Hal tersebut dikutip dalam pernyataan Bapak Sukari berikut ini: “Ya seminar di DEKOPIN itu pernah, terus disana DEKOPIN itu juga pernah kesini. Kalau Koperasi sendiri ya tidak memberikan pelatihan, nggak cuma setiap kita ngumpul bersama, kebetulan-kebetulan apa yang yang pernah dialami oleh pengurus maupun pelaksana harian yang dia itu pernah ikut pelatihan itu juga disampaikan, jadi ngiras-ngirus sekalian kegiatan itu tidak menuntut semuanya untuk ikut tapi pas kebetulan ada rapat perlu adanya pembenahan maka perlu dari pengurus untuk mengadakan solusi yang terbaik.” SK55-56, wawancara dilakukan pada tanggal 13 Juli 2015 pukul 14.28 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Dari pihak anggota Koperasi Karyawan Pura Group, Ibu Nor Khomsatun membenarkan bahwa tidak ada pelatihan yang pernah diselenggarakan oleh Koperasi Karyawan Pura Group untuk anggota Koperasi. Berikut tanggapan Ibu Nor Khomsatun atas pertanyaan mengenai pernah atau tidaknya mengikuti diklat Koperasi: “Ndak tidak.” NR46, wawancara dilakukan pada tanggal 11 Juli 2015 pukul 10.40 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Anggota Koperasi Karyawan Pura Group lainnya, Ibu Siti Fatonah juga menyatakan hal yang sama, yaitu Koperasi tidak pernah melakukan diklat. Berikut jawaban Ibu Siti Fatonah mengenai pertanyaan pernah atau tidaknya mengikuti diklat Koperasi: “Ndak tidak ada. Gak tahu ngono iku tidak pernah seperti itu. Belum pernah” FT33, wawancara dilakukan pada tanggal 11 Juli 2015 pukul 10.21 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Koperasi Karyawan Pura Group tidak pernah menyelenggarakan proses pendidikan dan pelatihan bagi anggota Koperasinya. Selain itu, hanya beberapa karyawan Koperasi saja yang mendapatkan pelatihan dan pendidikan perKoperasian yang diselenggarakan oleh DEKOPIN. Sedangkan untuk tahun- tahun terakhir tidak terdapat pelatihan dan pendidikan perKoperasian bagi karyawan Koperasi Pura Group. Tidak adanya proses pendidikan dan pelatihan mengenai perKoperasian pada tahun-tahun terakhir ini dikarenakan tidak bersedianya karyawan Koperasi untuk berpartisipasi. Hal inilah yang menjadi faktor penyebab masih banyaknya anggota Koperasi yang masih kurang memahami Koperasi. Selain itu, motif anggota untuk berKoperasi juga masih sebatas pemenuh kebutuhan untuk pinjam saja dan belum memiliki pengetahuan Koperasi yang banyak. Sedangkan ketidakinginan karyawan Koperasi untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan perKoperasian akan menghambat proses kemajuan Koperasi itu sendiri. Padahal pendidikan dan pelatihan perKoperasian bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Koperasi yang sangat bermanfaat bagi Koperasi karena pendorong suksesnya kegiatan usaha di Koperasi adalah karyawan Koperasi itu sendiri.

4.3 Pembahasan