Proses Perekrutan Karyawan Koperasi Pura Group

4.2.1 Proses Perekrutan Karyawan Koperasi Pura Group

Koperasi Karyawan Pura Group merupakan Koperasi yang bergerak di lingkungan karyawan PT. Pusaka Raya PURA. Proses perekrutan karyawan Koperasi Karyawan Pura Group ada yang melalui mutasi dari perusahaan. Sesuai dengan hal diuraikan oleh manajer Koperasi, Ibu Sri Ratna Mayawati sebagai berikut: “Saya sih waktu itu sebagai anggota biasa, terus saya dipanggil sama direksi sama ketua Koperasi juga saat itu dan kepala personalia untuk ditempatkan di Koperasi untuk membenahi, nah ternyata setelah saya masuk, saya berdua ya waktu itu dengan bapak supono dari group itu ditempatkan di Koperasi ”MY1, wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2015 pukul 11.43 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Hal tersebut sama dengan apa yang dikemukakan oleh karyawan Koperasi Pura Group, Bapak Sukari seperti berikut: “Saya dulu pernah di unit Pura Roto, dari unit Pura Roto saya dijadikan tenaga kerja di Koperasi, jadi garis miringnya dimutasi dari Pura Roto ke Koperasi, karena Koperasi memang ada kekurangan, jadi saya langsung bekerja di bagian waserda” SK1, wawancara dilakukan pada tanggal 13 Juli 2015 pukul 14.28 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Karyawan lain, yakni Bapak Aceng M. juga membenarkan adanya mutasi dari perusahaan saat proses perekrutan karyawan Koperasi: “Sebenernya dulu ndak langsung di Koperasi, tahun 93 kalau dulu sih namanya Pura Widya Graha jadi disitu di sentral marketing-nya Pura. Dulu pas saat pertamanya disitu, mungkin dulu kamu belum lahir ya? Itu kemudian marketing kan dibubarkan diambil alih unit masing-masing, ada mutasi-mutasi gitu terus aku dapet di personalia pada saat itu di pusat di HR Human Resources. Di Terban bukan disini. Iya, mutasi sampai tahun berapa lupa, lalu ditetapkan disini statusnya karyawan sini sekarang” AC1, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 15.31 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group. Pernyataan-pernyataan tersebut kembali didukung oleh Ibu S. Q. Layli, seorang karyawan Koperasi yang menyatakan sebagai berikut: “Sebelum dipindah di Koperasi kan dulunya kan di Terban, di PM Paper Mill 78 di unit terus baru pindah kesini ya sampai sekarang. Ya di mutasi. Adanya mutasi di Koperasi . Saat itu kan sini kan butuh tenaga.” LY1, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 14.24 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Beberapa karyawan Koperasi Pura Group yang masuk melalui mutasi perusahaan, ada yang sudah berstatus menjadi karyawan Koperasi dan ada juga yang masih berstatus karyawan perusahaan yang diperbantukan di Koperasi. Jumlah karyawan perusahaan yang masih diperbantukan di Koperasi menurut laporan Rapat Anggota Tahunan tahun buku 2014 ada 4 orang. Hal tersebut diakui oleh Ibu Sri Ratna Mayawati sebagaimana jawaban beliau saat wawancara sebagai berikut: “Ya masih karyawan Pura, statusnya karyawan Pura tapi kerjanya di Koperasi seperti saya, mas bambang, bu menuk, pak kun itu karyawan Pura.” MY4, wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2015 pukul 11.43 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Fakta ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Aceng M. yang diutarakan saat menjawab pertanyaan wawancara seperti berikut ini: “Banyak disini yang dari group, mbak maya ini masih karyawan perusahaan yang diperbantukan disini.” AC2, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 15.31 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group. Perekrutan melalui mutasi perusahaan akan memberikan kontribusi positif dan negatif bagi Koperasi Karyawan Pura Group. Secara positif, mutasi dari perusahaan akan memberikan dampak budaya kerja perusahaan yang ketat menginfiltrasi ke dalam Koperasi. Sedangkan sisi negatifnya adalah masuknya budaya bisnis pada Koperasi. Perusahaan memiliki tujuan yang sangat berbeda dengan Koperasi. Perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan pendapatan, sedangkan Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Sehingga, hal ini akan mempengaruhi kinerja Koperasi. Selain itu, masih terdapat karyawan perusahaan yang diperbantukan di Koperasi. Hal ini akan memberikan dampak negatif bagi kinerja Koperasi karena perusahaan memiliki kebijakan-kebijakan tersendiri yang akan mempengaruhi keputusan-keputusan di Koperasi. Memang antara Koperasi karyawan dengan perusahaan tidak bisa saling dipisahkan, namun dengan adanya hal tersebut, akan menghambat proses kemajuan Koperasi. Tidak semua karyawan Koperasi direkrut melalui mutasi perusahaan. Proses perekrutan karyawan juga dilakukan melalui lamaran atau mengikuti serangkaian test. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari manajer Koperasi Karyawan Pura Group Ibu Sri Ratna Mayawati berikut: “Perekrutan karyawan baru itu dulu harus seijin manajemen Pura, HR Human Resourcesnya Pura, tidak boleh semaunya merekrut sendiri. Manajemen Pura harus tahu yang dibutuhkan berapa, kualifikasinya apa, pendidikannya apa dan untuk job apa, tapi setelah kita itu mandiri, Koperasinya nggaji-nggaji sendiri jadi ya terserah Koperasinya kebetulan kita bisa merekrut sendiri, ngetes sendiri. Pengurus ngerekrut sendiri ngetes sendiri lah ya ada psikotes sama interview wawancara gitu yaudah terus merekrut sendiri.” MY5, wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2015 pukul 11.43 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Hal serupa diakui oleh Bapak Sukari sebagai berikut: “Kalau sekarang ya lewat pengurus maupun personalia Koperasi, tidak dari unit langsung ke personalia Koperasi .” SK4, wawancara dilakukan pada tanggal 13 Juli 2015 pukul 14.28 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group. AC4, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 15.31 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Sejalan dengan pernyataan diatas, Bapak Aceng M. menegaskan bahwa untuk saat ini kebanyakan karyawan yang masuk langsung melalui lamaran ke Koperasi Karyawan Pura Group. “Ya, kebanyakan mutasi itu cuman yang dari group. Kebanyakan ya langsung.” AC4, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 15.31 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Dari pernyataan-pernyataan tersebut, terbukti bahwa Koperasi Karyawan Pura Group memang sudah melakukan rekrutmen sendiri. Namun dalam proses perekrutan yang dilakukan tersebut didapati adanya praktek nepotisme. Hal tersebut dinyatakan oleh Ibu Sri Ratna Mayawati seperti berikut ini: “Ya misalkan kita kebutuhan untuk outsourcing kita manggil terus di tes, wawancara bagus, yaudah. Kalau untuk sarjana, juga sampai ke pungurus, mungkin dari waktu itu juga ada psikolognya ya dari psikologi, ada psikotes kemudian dinilai ini hasilnya seperti ini, terus diwawancara, itu baru di rekrut tapi itupun ya kadang ada yang mundur terus ngerekrut lagi, tapi sih terakhirnya banyak juga daripada kesulitan ya paling titipan yang karyawan atau pengurus.” MY6, wawancara dilakukan pada tanggal 15 Juli 2015 pukul 11.43 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Adanya praktek nepotisme dalam perekrutan karyawan di Koperasi Karyawan Pura Group juga dinyatakan oleh karyawan Koperasi, Bapak Sukari seperti berikut: “Dulu kan juga sifatnya dari sodara juga ada, dari pejabat juga ada ya sifatnya dari personalia pusat. Koperasi yang dulu kan ndak seperti ini, dulu kan masih lingkup di perusahaan.” SK4, wawancara dilakukan pada tanggal 13 Juli 2015 pukul 14.28 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group. Sejalan dengan Bapak Sukari, Bapak Aceng M. ikut membenarkan adanya tindak nepotisme dalam perekrutan karyawan di Koperasi Karyawan Pura Group sebagai berikut: “Ya ngelamar dulu, pada saat itu kan ngga sesusah sekarang ya, yang ada koneksi, ada keahlian, lewat keahlian seperti ini kan, ada yang lewat relasi. Pada saat itu kan memang gampang sih.” AC5, wawancara dilakukan pada tanggal 14 Juli 2015 pukul 15.31 di ruang meeting Koperasi Karyawan Pura Group Seharusnya tindak nepotisme tidak dilakukan oleh Koperasi Karyawan Pura Group karena nepotisme merupakan tindakan yang bisa menghambat kinerja Koperasi. Dengan nepotisme, maka memungkinkan Koperasi untuk kehilangan SDMK yang lebih kompeten pada saat melakukan perekrutan karyawan. Nepotisme dapat menjadi faktor pengganggu dalam penilaian kesehatan Koperasi, sebagaimana dinyatakan oleh Ibu Rumiyati selaku Kasi Pemberdayaan Koperasi Dinas Perindustrian Koperasi dan UMKM Kudus berikut ini: “Walaupun sebetulnya dengan kondisi yang normal itu pasti ada faktor x. Faktor x itu tidak bisa dilihat dari bukti pendukung. Misalkan kasus penguruse tukaran antar pengurus berselisih, terus misalnya begini, antar pengurus, ketua, sekretaris, bendahara dulur keluarga. Itu faktor menurunkan nilai kesehatan Koperasi .” RM8, wawancara dilakukan pada tanggal 12 Februari 2015 pukul 09.44 di ruang Kasi Pemberdayaan Koperasi Dinas Pindustrian Koperasi dan UMKM Kudus Dengan adanya tindak nepotisme pada Koperasi Karyawan Pura Group, dapat memicu adanya kecemburuan sosial pada lingkup karyawan Koperasi. Nepotisme juga mampu memicu timbulnya kepentingan-kepentingan kelompok di dalam Koperasi. Apabila timbul kepentingan tersendiri di dalam Koperasi, maka akan mempengaruhi kinerja Koperasi serta menurunkan tingakat penilaian kesehatan Koperasi karena hal tersebut dinilai dalam poin manajemen umum pada aspek penilaian manajemen.

4.2.2 Hal-Hal yang Berkaitan dengan Penilaian Kesehatan Aspek