Biaya Transportasi, Faktor-faktor yang Memengaruhinya, dan Perdagangan

mau mengangkut barang dengan nilai tambah yang negatif untuk membantu menutupi biaya kembali ke tempat semula.

2.4.3. Kelembagaan dan Perdagangan

Hasil studi Borrmann, Matthias dan Silke 2006 mengenai kualitas kelembagaan dan manfaat perdagangan menunjukkan bahwa negara-negara yang kualitas kelembagaannya rendah belum mampu mengambil keuntungan dari perdagangan secara optimal. Dengan demikian kualitas kelembagaan berperan penting dalam keberhasilan liberalisasi perdagangan. Diantara beberapa indikator kualitas kelembagaan terlihat bahwa kualitas regulasi penting untuk realokasi sumber daya yang efisien dalam perekonomian. Peraturan yang berkaitan dengan pasar tenaga kerja, kemudahan masuk pasar, serta tingkat pajak dan efisiensi sistem pajak terkait erat dengan keuntungan dari perdagangan. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah trade, kualitas kelembagaan good governance dan regulatory quality , jarak, ukuran pasar, dan dummy landlocked. Pendekatan yang digunakan adalah OLS dan instrumental variabel. Variabel Good governance yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Kauffman 2005 yang meliputi 6 indikator kelembagaan yaitu Voice and Accountability, Political Stability, Government Effectiveness, Regulatory Quality, Rule of Law, dan Control of Corruption . Sementara regulatory quality mengacu pada 10 indikator peraturan terkait bisnis yang berasal dari doing business yang meliputi kemudahan memulai usaha starting a business, peraturan pasar tenaga kerja labourmarket regulation, pembayaran pajak paying taxes, perlindungan terhadap investor protecting investors, perdagangan lintas batas trading acrossborders , kemudahakan mendapatkan kredit getting credit, enforcing contracts , closing a business,dealing with licences, registering property, dan aggregated Regulation Index . Fanta 2011 dalam studinya mengenai kualitas kelembagaan, kinerja ekspor dan pendapatan menunjukkan bahwa kualitas kelembagaan, baik secara keseluruhan maupun masing-masing indikator kualitas kelembagaan, menunjukkan bahwa kualitas kelembagaan negara pengekspor lebih signifikan positif memengaruhi kinerja ekspor dibanding kualitas kelembagaan negara pengimpor. Artinya, semakin baik kualitas kelembagaan di negara pengekspor, maka kinerja ekspornya akan semakin baik. Dari enam indikator pembentuk kualitas kelembagaan negara pengekspor, indikator yang paling signifikan memengaruhi kinerja ekspor adalah efektivitas pemerintah government effectiveness -GE, disusul kemudian stabilitasi politik political stability-PV, sementara kualitas kelembagaan yang relatif paling kecil dampaknya adalah voice and accountability variable -VA. Sementara bagi negara pengimpor, indikator pembentuk kelembagaan yang signifikan pada taraf nyata 5 adalah efektivitas pemerintah government effectiveness-GE dengan koefisien yang relatif kecil yaitu 0.09, sementara lima indikator lainnya tidak signifikan. Anderson dan Marcouiller 2002 dan De Grott et al 2003 menggunakan model gravitasi untuk memperlajari dampak kualitas kelembagaan pada aliran perdagangan bilateral. Kedua peneliti tersebut menunjukkan bahwa semakin baik kualitas kelembagaan, maka volume perdagangan akan semakin tinggi yang berimplikasi pada cenderung semakin tingginya volume perdagangan negara- negara maju dibandingkan negara berkembang. Dengan kata lain, kualitas kelembagaan di negara maju relatif lebih baik dibanding negara berkembang. Anderson dan Marcouiller 2002 juga sepakat bahwa perdagangan dipengaruhi oleh biaya transaksi yang tersembunyi yang berkaitan dengan keamanan pertukaran dalam perdagangan internasional, sulitnya kontrak dilaksanakan antar lintas batas, serta kemungkinan perkapalan dibajak dan disuap. Dengan menggunakan data panel negara 1920 dan 2000, Meon dan Sekkat 2006 menemukan bahwa ekspor manufaktur secara negatif dipengaruhi oleh tingkat korupsi yang tinggi, aturan hukum yang buruk, rendahnya efektifitas pemerintah, dan kekerasan politik. Namun, variabel kelembagaan di atas tidak memiliki dampak pada ekspor non manufaktur. Begitu pula, Francois dan Manchin 2006 menemukan bahwa kombinasi faktor geografis dan kualitas kelembagaan tidak hanya memengaruhi ekspor tetapi juga kecenderungan untuk ekspor. Desroches dan Francis 2006 mengembangkan model teoritis yang menunjukkan bahwa kelembagaan menentukan keunggulan komparatif suatu negara, dimana negara yang memiliki kelembagaan yang baik memiliki ekspor yang relatif lebih tinggi pada barang yang intensif kapital. Dari penjelasan- penjelsan di atas menunjukkan bahwa perdagangan dapat menjadi ukuran dampak dari kualitas kelembagaan. Gani and Biman C.P 2006 dalam penelitiannya mengenai kualitas kelembagaan dan perdagangan di Negara-negara Kepulauan Pasifik menemukan bahwa dari empat indikator kelembagaan yang digunakan yaitu efektivitas pemerintahan, penegakan hukum, kualitas regulasi, dan pengendalian terhadap korupsi, efektifitas pemerintahan government effectiveness lebih penting bagi importir daripada eksportir, sedangkan perbaikan peraturan berpengaruh positif dalam meningkatkan perdagangan. Indikator kelembagaan lainnya yaitu korupsi cenderung mengurangi impor secara signifikan.

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

Teori dasar perdagangan yang diacu dalam penelitian ini adalah teori yang dikenalkan dan dikembangkan oleh Krugman terkait dengan biaya transportasi dan skala ekonomi yang dikenal dengan teori perdagangan baru The New Trade Theory . Namun demikian untuk memahami perkembangan teori yang mendasari penelitian ini akan dijelaskan pada sub bab 3.1.

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Skala Ekonomis, Infrastruktur, Biaya Transportasi dan Perdagangan

Kajian teori ekonomi pembangunan menjelaskan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan perekonomian diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Teori yang mengkaitkan pentingnya infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi diantaranya Teori Pertumbuhan Harrod Domar, Solow, dan Teori Pertumbuhan Endogenous yang dimotori oleh Romer 1986 dan Lucas 1988. Pada teori pembangunan modern yang dipelopori beberapa ekonom seperti Chenery, Hirshman, Laibenstein, Lewis, Myrdal, Rostow, Scitovsky dan Streeten mengenai pentingnya perdagangan internasional dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Konsep perdagangan internasional pertama kali muncul diperkenalkan oleh Adam Smith pada awal abad ke-19 dengan teori keunggulan absolut absolute comparative. Jika sebuah negara lebih efisien daripada atau memiliki keunggulan absolut terhadap negara lain dalam memproduksi suatu komoditi, namun kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki kerugian absolut. Teori Adam Smith kemudian disempurnakan oleh David Ricardo 1817 dengan hukum keunggulan komparatif The Theory of Comparative Advantage dalam bukunya yang berjudul Principles of Political Economy and Taxation. Berbeda dengan konsep keunggulan absolut yang menekankan pada biaya riil yang lebih rendah, keunggulan komparatif lebih melihat pada perbedaan harga relatif antara dua input produksi sebagai penentu terjadinya perdagangan. Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil komoditi dengan keunggulan komparatif dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar komoditi yang memiliki kerugian komparatif. Kedua teori di atas seringkali disebut sebagai teori perdagangan klasik. Teori klasik Ricardo tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Heckscher- Ohlin H-O dengan The Theory of Factor Proportions 1949 – 1977. Teori Perdagangan H-O mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif.Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor antar negara. Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki endowment factors oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H- O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory ”. Model H-O mengatakan bahwa walaupun tingkat teknologi yang dimiliki sama, perdagangan internasional akan tetap terjadi apabila ada perbedaan kepemilikan faktor produksi factor endowment diantara masing-masing negara. Satu negara dengan kepemilikan kapital berlebih akan berspesialisasi dan mengekspor komoditi padat kapital capital-intensive goods, dan sebaliknya negara dengan kepemilikan tenaga kerja berlebih akan memproduksi dan mengekspor komoditi padat tenaga kerja labor-intensive goods. Namun demikian konsep perdagangan internasional di atas, baik teori perdagangan absolut Adam Smith, keunggulan komparatif Ricardo maupun teori H-O mengasumsikan tidak ada biaya transportasi. Seiring berkembangnya perekonomian, konsep perdagangan internasional pun terus berkembang, namun masih tetap menggunakan konsep keunggulan komparatif yang dikembangkan sebelumnya. Krugman dan Obstfeld 2000 menjelaskan bahwa perdagangan antar negara terjadi karena adanya dua alasan, yaitu: 1 karena negara-negara tersebut berbeda satu sama lain, dan 2 negara- negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi economies of scale dalam produksi. Artinya, seandainya setiap negara bisa membatasi kegiatan produksinya untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu saja, maka mereka berpeluang memusatkan perhatian dengan segala sumberdaya yang dimilikinya sehingga dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar sehingga lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut mencoba memproduksi berbagai jenis barang secara sekaligus. Perbedaan sumberdaya yang dimiliki menyebabkan setiap negara berusaha menghasilkan produk yang bisa diproduksinya dengan biaya yang relatif lebih murah dibanding mengimpor. Perbedaan sumberdaya ini juga memungkinkan untuk menjualnya produk ke negara lain yang memproduksinya dengan biaya yang relatif lebih mahal. Hal ini akan menyebabkan timbulnya perbedaan harga, sehingga terdapat alternatif pilihan apakah negara akan menjual atau membeli produk dari negara lain. Pada gilirannya akan terjadi spesialisasi dalam perdagangan. Salah satu atau kedua negara yang terlibat dalam perdagangan akan memperoleh manfaat berupa keuntungan perdagangan. Caves et. al., 1993; Chacoliades, 1978; Dunn dan Mutti 2000; dalam Salvatore, 2000. Skala ekonomis sendiri meliputi skala ekonomis eksternal dan skala ekonomis internal. Skala ekonomis eksternal external economies of scale akan tercipta apabila jumlah biaya per unit sudah tergantung pada besarnya industri, sementara skala ekonomis internal internal economies of scale terjadi jika biaya per unit tergantung pada besarnya satu perusahaan, sehingga tidak perlu dikaitkan dengan besarnya industri yang bersangkutan Krugman and Maurice 2000. Skala ekonomis eksternal dan internal menimbulkan implikasi yang berbeda terhadap struktur suatu industri. Suatu industri dimana skala ekonomisnya bersifat eksternal yaitu tidak ada keunggulan khusus bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki skala besar, biasanya akan terdiri dari banyak perusahaan kecil, dan strukturnya akan berkembang menjadi persaingan sempurna. Namun sebaliknya, jika skala ekonomis internal memberikan perusahaan-perusahaan besar suatu keunggulan biaya atas perusahaan-perusahaan kecil, akan menciptakan struktur pasar persaingan tidak sempurna Salvatore 1997.