berorientasi pasar market oriented industries yaitu industri-industri yang menghasilkan barang lebih berat daripada bahan bakunya. Dengan kata lain
biaya transportasi bahan bakunya relatif lebih rendah daripada biaya transportasi produk jadinya seperti industri minuman dan makanan. Selama
proses produksi bobot produknya terus bertambah. Perusahaan induk biasanya hanya mengirimkan sirup pekat yang merupakan bahan bakunya ke
cabang-cabang produksi yang tersebar di berbagai tempat yang berdekatan dengan pasar, Di tempat itulah kemudian biang sirup tadi akan dicampur
dengan air
dalam jumlah
yang lebih
banyak untuk
kemudian dikemasdibotolkan, sehingga produk jadinya yaitu minuman ringan yang
sudah dikemasdibotolkan jauh lebih berat daripada bahan bakunya yang
hanya berupa biang sirup. Ketiga, industri yang bersifat lincah footloose
industries yaitu sektor-sektor industri yang menghasilkan barang dengan
biaya transportasi bahan baku dan biaya transportasi produk jadinya tidak terlalu berbeda. Industri-industri ini cenderung memiliki nilai investasi yang
tinggi, cendedrung menyerap banyak tenaga kerja, dan mudah memasuki pasar mana saja dan mudah berpindah-pindah, karena tidak terikat dengan
keharusan untuk dekat dengan sumber bahan baku maupun pasar, sehingga mobilitasnya relatif tinggi Salvatore 1997.
Menurut Salvatore 2004 keberadaan biaya transportasi tidak mengubah prinsip-prinsip dasar keunggulan komparatif atau keuntungan
perdagangan. Namun karena biaya transportasi merupakan suatu bentuk penghambat dalam setiap pergerakan barang dan jasa, maka unsur biaya ini
mengandung implikasi-implikasinya
yang sangat
penting terhadap
mekanisme perekonomian dunia terbuka oleh berbagai faktor atau variabel ekonomi. Pengaruh infrastruktur terhadap biaya perdagangan khususnya
biaya transportasi dan volume perdagangan dapat dilihat pada Gambar 3.
Sx Negara 1
Negara 2
S’x
Ekspor 1 Impor 1
Dx
Ekspor 2
Impor 2 A
B D
C A
B C
D
Gambar 3. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Perdagangan Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa buruknya kualitas
infrastruktur di suatu negara yang dalam hal ini di negara pengekspor negara 1 akan meningkatkan biaya perdagangan khususnya biaya transportasi
sehingga biaya produksi secara keseluruhan meningkat sehingg a penawaran ekspor Sx menurun menjadi S’x. Demikian halnya di negara pengimpor
negara 2 karena harga barang-barang yang diimpor menjadi naik, maka jumlah yang diimpor juga akan menurun dari Dx menjadi D’x.
Sx
Dx
E1 E2
E’1 D’x
E’β 100
100
Kualitas infrastruktur khususnya kualitas infrastruktur transportasi dapat memengaruhi biaya transportasi. Kualitas infrastruktur transportasi yang
baik dapat mereduksi biaya transportasi perdagangan yang akan memengaruhi perdagangan dan perekonomian Kelejian dan Robinson, 2006. Reduksi biaya
transportasi akan menyebabkan harga barang-barang impor menjadi lebih murah sehingga biaya produksi barang yang menggunakan barang impor sebagai input
intermediate menjadi lebih murah. Demikian juga dengan produk final, dengan biaya transportasi yang lebih murah akan menyebabkan harga produk yang
diterima konsumen pun lebih murah. Barang ekspor, barang intermediate maupun barang final yang diimpor yang lebih murah akan mengakibatkan peningkatan
permintaan terhadap barang-barang tersebut perdagangan meningkat, sehingga produksi meningkat yang pada akhirnya mempu menciptakan lapangan kerja serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Gambar 4. Kualitas infrastruktur juga dapat menciptakan atau memperkuat
keunggulan komparatif. Hasil studi Yeaple dan Golub 2002 menemukan bahwa perbedaan dalam kualitas infrastruktur publik antar negara dapat menjelaskan
perbedaan dalam produktivitas faktor total. Selain itu, karena setiap sektor berbeda dalam bagaimana mereka menggunakan layanan intensif yang berkaitan
dengan infrastruktur dan seberapa besar ketergantungan mereka pada infrastruktur yang baik, dampak kualitas infrastruktur terhadap produktivitas faktor total
berbeda antar sektor. Yeaple dan Golup 2002 menemukan bahwa kualitas infrastruktur jalan tampaknya sangat penting bagi pertumbuhan produktivitas di
sektor peralatan transportasi dan untuk mengkhususkan diri dalam produksi tekstil dan pakaian. Oleh karena itu, kualitas infrastruktur berdampak pada pola
spesialisasi dan perdagangan internasional.
Sumber : Kelejian and Robinson 2006 Gambar 4. Keterkaitan Infrastruktur Terhadap Perekonomian
3.1.2. Kelembagaan, Biaya Transaksi dan Perdagangan
Akhir-akhir ini para ekonom seperti James Anderson dan Douglas Marcoiller 2002, James Rauch 2001, dan Alan Deardorff 2004 sepakat
bahwa kualitas kelembagaan yang buruk berpengaruh terhadap perdagangan secara negatif dengan meningkatnya biaya perdagangan.
Dalam perspektif lain, ekonom melihat bahwa kualitas kelembagaan sebagai faktor yang penting bagi negara berkembang untuk memfasilitasi
perdagangan internasional dan dengan cara demikian mentransfer penemuan teknologi baru dalam memacu perekonomian dan mencapai ketertinggalan
Kualitas Infrastruktur
Biaya Transportasi
Harga Barang Ekspor
Barang Impor Intermediate Barang Final
Peningkatan Permintaan
Peningkatan Permintaan
Peningkatan Permintaan
Peningkatan Produksi dan Lapangan Kerja
Pertumbuhan Ekonomi
pertumbuhan Barro dan Salai-Martin 1997. Perdagangan pada dasarnya mencoba untuk mendesiminasi ide dan teknologi dari negara maju ke negara
berkembang. Kualitas kelembagaan memainkan peranan penting dan membantu negara berkembang untuk mengambil keunggulan dari ketertinggalan mereka
dengan bergabung dengan perdagangan internasional. Lebih jauh lagi, kualitas kelembagaan yang lebih baik juga diperlukan untuk membuat struktur insentif
untuk menarik investasi langsung asing dan untuk investor domestik untuk bergabung dengan kegiatan ekspor yang menguntungkan. Oleh karena itu,
kualitas kelembagaan berperan sebagai penghubung antara perdagangan dan pertumbuhan. Selain itu juga dapat memfasilitasi ekspor untuk memiliki peran
positif pada pertumbuhan dan dapat mempengaruhi pertumbuhan. Kualitas kelembagaan dapat menurunkan biaya transaksi. Biaya transaksi
adalah biaya yang harus ditanggung akibat adanya informasi yang tidak sempurna imperfect information, banyak pelaku ekonomi yang berperilaku oportunistik,
dan rasionalitas pelakunya terbatas bounded rationaltity. Menurut Hoff dan Stiglitz 1993, biaya transaksi terjadi karena adanya informasi yang tidak simetris
asymetri information yang mengakibatkan pasar tidak bersaing sempurna atau pasar mengalami kegagalan market failure. Pada kondisi market failure
tersebut, harga yang dihadapi oleh setiap pelaku dalam pasar bervariasi. Biaya transaksi meliputi biaya transportasi, pencarian, negosiasi, seleksi, koordinasi,
monitoring dan pelaksanaan. Biaya transaksi pada akhirnya akan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi tidak efisien atau mengalami inefisiensi.
Dampak kualitas kelembagaan terhadap ekspor
Berdasarkan Redding dan Venables 2004b, persamaan ekspor dapat dielaborasi lebih jauh dengan memasukkan sisi suplai. Dari sisi suplai,
keuntungan perusahaan di negara i adalah sebagai berikut. …………………………………. 1
Total output masing-masing perusahaan yaitu . Sisi paling kanan
dari persamaan adalah biaya, dimana adalah biaya tetap, dan
adalah input marjinal. Teknologi diasumsikan menjadi tipe Cob Douglas dimana terdapat 3
input yaitu 1 faktor primer immobile internasional yang diintrepetasikan dalam
tenaga kerja pada tingak harga w, 2 faktor primer mobile internasional dengan harga k, 3 input intermediet dengan harga
yang dikombinasikan dalam produksi bar
ang ekspor. Eksponen α, , dan adalah faktor dimana α + + = 1. Dihadapkan dengan fungsi permintaan, maksimisasi profit perusahaan
akan membentuk harga fob yaitu
……………………………………………………………. 2 Dimana
…………………………………………………… 3 Persamaan di atas menunjukkan bahwa harga penjualan antara perusahaan
pengekspor di tiap negara berbeda tergantung pada biaya transportasi. Harga fob memiliki kenaikan harga yang sama melebihi biaya marjinal. Dengan menuliskan
kembali persamaan ekspor ke dalam harg a fob, dimana j ≠ i, maka
………………………………... 4 Dimana adalah total ekspor perusahaan di negara i dan dapat dituliskan
dalam dua konsep geografis akses pasar dan akses suplaier. Dengan mensubstitusikan persamaan di atas ke persamaan sebelumnya, maka nilai total
ekspor adalah sebagai berikut. …………………………………………….. 5
Dimana SA adalah akses suplaier, FMA adalah akses pasar asing, dan . …………………………………………………………… 6
Dekomposisi di atas akan membantu dalam memahami perbedaan komponen biaya dari perusahaan eksportir. Hal ini juga akan membantu
melengkapi penemuan awal Redding dan Venables 2004a yang menyatakan bahwa kualitas kelembagaan akan mempengaruhi ekspor melalui pengaruhnya
dalam biaya komparatif , yang mana dianalogikan dengan akses suplaier lokal. Seperti yang dapat dilihat dalam hubungan sisi suplai, kualitas kelembagaan
mempengaruhi performa ekspor juga secara langsung atau melalui akses suplaier lokal. Aspek kepastian dari kelembagaan dapat mempengaruhi biaya perdagangan
dan . Aspek lain dari kualitas kelembagaan dapat mempengaruhi ekspor secara
ekslusif melalui sejumlah barang yang diproduksi dan implikasinya secara
tidak langsung melalui akses suplaier Elbadawi et al. 2006. Kelembagaan juga dapat mempengaruhi ekspor secara langsung. Pengaruh langsung dapat dilihat
melalui sejumlah determinan yang menunjukkan efek faktor harga ,
, dan atau pada produktifitas, Elbadawi et al. 2006. Oleh karena itu kualitas
kelembagaan mempengaruhi performa ekspor dalam beberapa cara yang memengaruhi kemampuan suplaier di negara eksportir. Beberapa pengaruh dapat
diestimasi dengan persamaan perdagangan bilateral standar. Model di atas memberikan jutifikasi yang bagus dalam hal bagaimana
kualitas kelembagaan berdampak pada performa ekspor. Model dapat menjadi pelengkap yang bagus bagi model Anderson dan Marcouiller 2002 yang
menyatakan bahwa kualias kelembagaan yang buruk berpengaruh terhadap perdagangan internasional melalui peningkatan harga impor pada sisi permintaan.
3.1.3. Perdagangan Internasional
sebagai Pendorong
Pertumbuhan Ekonomi
Ahli ekonomi Klasik dan Neo Klasik percaya bahwa perdagangan internasional merupakan pendorong positif dan kuat terhadap pembangunan
ekonomi. Untuk meningkatkan pembangunan perlu fokus pada kegiatan ekspor, terutama produk sektor industri yang disebut sebagai export promotion.
Peningkatan ekspor membuka peluang bagi perolehan devisa yang sangat dibutuhkan untuk mengimpor barang-barang konsumsi, bahan baku dan penolong
serta barang-barang kapital. Strategi ini dikenal dengan strategi kebijakan substitution import.
Berdasarkan teori perdagangan, dengan melakukan perdagangan internasional dapat menimbulkan transfer knowledge yang dapat
meningkatkan efisiensi dalam penggunaan input, sehingga akan mempercepat pembangunan ekonomi Hogendorn, 1996; Cyper and Dietz, 1997 dalam
Parningotan 2000. Dunn dan Mutti 2004 menjelaskan bahwa sumberdaya sebuah negara
dapat mengalami pertumbuhan misalnya angkatan kerja meningkat karena pertumbuhan penduduk, atau kapital stok fisik bertumbuh melalui net investasi.
Pertumbuhan faktor ini menyebabkan kurva kemungkinan produksi bergeser ke kanan yang berarti kapasitas negara untuk berproduksi sedang naik. Pertumbuhan
yang terjadi ini kemudian akan berinteraksi dengan kondisi permintaan dalam
negeri dan luar negeri menentukan efek akhir pada output, termasuk kegiatan perdagangan yaitu ekspor dan impor, dan term of trade.
Apabila semua faktor produksi negara tumbuh pada tingkat yang sama dan semua industri mengalami constant return to scale dan teknologi tidak mengalami
perubahan, maka pertumbuhan kapasitas ini menyebabkan kurva kemungkinan produksi bergeser ke kanan dalam proporsi yang sama dan disebut sebagai
pertumbuhan yang netral. Jika pada kondisi ini term of trade negara tidak mengalami perubahan dan elastisitas income of demand untuk kedua barang sama
dengan satu, maka sebuah negara akan terus memproduksi kedua komoditi yang diperdagangkan dalam proporsi yang sama sehingga baik impor makanan dan
ekspor pakaian negara tersebut akan meningkat sebanding dengan kenaikan output atau pertumbuhan ekonomi. Namun, jika permintaan negara tersebut untuk
makanan komoditi yang diimpor meningkat lebih dari pada proporsi kenaikan income
, maka ekspor dan impor negara tersebut juga akan meningkat dengan proporsi yang lebih besar dibanding proporsi kenaikan output, yang berarti
pertumbuhan bias kepada perdagangan. Sebaliknya jika elastisitas income untuk makanan adalah inelastis maka pertumbuhan ekonomi dikatakan tidak
memberikan pengaruh yang kuat pada pertumbuhan perdagangan Zhang, 2008; Dunn dan Mutti, 2004. Pertumbuhan ekonomi yang tercipta tidak selamanya
memberikan dampak menguntungkan bagi sebuah negara. Feenstra 2002 dan juga Dunn dan Mutti 2004 menjelaskan kasus di mana pertumbuhan ekonomi
yang terjadi tidak memberikan keadaan better off bagi negara melainkan keadaan worse off.
Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan dalam term of trade negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi mendorong adanya
peningkatan ekspor yang mana peningkatan ekspor tersebut mampu mendorong penurunan dalam term of trade sehingga penurunan harga ini menyebabkan
penurunan dalam konsumsi yang menunjukkan bahwa masyarakat mengalami worse off
dibanding keadaan sebelumnya. Kondisi ini disebut sebagai pertumbuhan immiserizing dan sering terjadi pada negara-negara berkembang
yang mengekspor produk-produk primer dan mengimpor produk-produk manufaktur dari negara-negara industri maju. Berbagai bukti empiris dijelaskan
para peneliti tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perdagangan
internasional. Parningtan 2000 menjelaskan bahwa jenis dan jumlah komoditi ekspor dapat ditingkatkan berarti penurunan ekspor dalam produk primer akan
dapat diantisipasi. Hal ini menunjukkan adanya keuntungan dinamis yang dapat dicapai di mana keuntungan tersebut akan mendorong terciptanya inovasi yang
dapat meningkatkan skala ekonomi economies of scale yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan kinerja makroekonomi. Hal ini menjelaskan
bahwa dengan berbagai metode yang digunakan oleh para peneliti disetiap negara untuk menguji hubungan antara perdagangan internasional denganpertumbuhan
ekonomi, hasilnya dapat saja berbeda, yakni hasil analisis dapat saja positif dan juga negatif. Teknik untuk mengidentifikasi peranan penting dari pedagangan
internasional adalah dengan memperhatikan keefektifan promosi ekspor outward – looking strategy dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Strategi ini
dilakukan dengan cara meningkatkan ekspor produk-produk manufaktur, dan tetap mempertahankan ekspor komoditi primer. Pertumbuhan ekspor dapat
mempengaruhi TFP melalui efek yang dinamis terhadap kemakmuran ekonomi. Pertumbuhan ekspor secara tidak langsung dapat memengaruhi jumlah devisa
yang tersedia, yang dapat dipergunakan untuk peningkatan impor barang-barang kapital Riezman, et. al, 1996. Peningkatan impor barang-barang kapital
selanjutnya akan mendorong pertumbuhan output dan ekspor melalui peningkatan produktivitas, dan kemudian pertumbuhan ekonomi, dimana pengetahuan dan
teknologi telah terkandung embodied dalam alat-alat dan mesin Chen dan Kee 2005.
3.2. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimotivasi oleh fenomena ekonomi yang telah terjadi beberapa dekade terakhir dimana pertumbuhan perdagangan dunia semakin
meningkat, hambatan perdagangan berupa tarif dan non tarif telah diturunkan bahkan dihapuskan, serta persaingan perdagangan yang semakin kompetitif. Pada
kondisi ini peranan biaya perdagangan khususnya biaya transportasi semakin penting.
Di sisi yang lain, walaupun pertumbuhan perdagangan dunia cenderung meningkat, namun demikian pertumbuhan perdagangan yang terjadi di setiap