BAB VII. PENGARUH KUALITAS INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI
DAN KELEMBAGAAN TERHADAP PERDAGANGAN
Secara umum pembahasan pada Bab VII ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan ketiga. Sistematika penyajian pada bab ini akan dibagi
menjadi dua bagian yaitu, pertama, kualitas inftastruktur transportasi dan kelembagaan serta pengaruhnya terhadap biaya dan volume ekspor Indonesia.
Kedua, kualitas inftastruktur transportasi dan kelembagaan serta pengaruhnya terhadap biaya dan volume impor Indonesia.
Limao dan Anthony 2001 menjelaskan bahwa biaya perdagangan internasional meliputi empat hal. Pertama, biaya perpindahan barang secara
internasional biaya pengiriman langsung. Kedua, biaya informasi biaya mengidentifikasi mitra dagang potensial. Ketiga, biaya manajemen dan
pengawasan, dan keempat, biaya waktu. Dalam penelitian ini pengukuran biaya perdagangan mengacu kepada penelitian Limao dan Anthony 2001 yaitu
perbandingan nilai cost of insurance and freight cif dengan free on board fob yang juga seringkali disebut sebagai biaya transportasi.
Pembahasan akan dititikberatkan pada berbagai indikator kualitas infrastruktur transportasi dan indikator kualitas kelembagaan terhadap
perdagangan baik ekspor maupun impor, berdasarkan moda transportasi baik total tanpa membedakan moda transportasi maupun berdasarkan moda
transportasi laut dan udara. Periode waktu yang dianalisis adalah tahun 2006- 2011. Kualitas infrastruktur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas
infrastruktur keseluruhan INFRA dari negara pengekspor maupun pengimpor yang meliputi infrastruktur transportasi, komunikasi dan energi, serta indikator
kualitas infrastruktur transportasi yang kemudian dijabarkan menjadi kualitas pelabuhan, kualitas bandara, kualitas konektivitas terhadap pelayaran
internasional LSCI, dan kualitas jalan yang dinyatakan dalam indeks. Sementara yang dimaksud kualitas kelembagaan adalah kualitas kelembagaan secara
keseluruhan INST dan beberapa indikator kualitas kelembagaan yang berasal dari Global Competitiveness Indeks dan econonomic freedom, yaitu
efisiensikualitas regulasi yang ditetapkan pemerintah burden of government regulatory, kejahatan yang terorganisir organized crime, dan kualitas
kelembagan publik dari indikasi korupsi freedom of corruption. Sama halnya dengan indikator kualitas infrastruktur, kualitas kelembagaan yang dimasukkan ke
dalam model adalah indikator kualitas kelembagaan dari negara pengekspor maupun pengimpornya.
7.1. Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan Terhadap Biaya dan Volume Ekspor Indonesia
Berdasarkan struktur nilai ekspor Indonesia terlihat bahwa selama periode Januari-Desember 2012, kontribusi ekspor produk industri adalah paling besar
yaitu mencapai 61.11 persen, disusul dengan produk migas, pertambangan dan produk pertanian, masing-masing sebesar sebesar 19.45 persen, 16.50 persen, dan
2.94 persen6. Sub bab ini akan difokuskan kepada pengaruh kualitas infrastruktur
transportasi dan kelembagaan baik secara keseluruhan maupun masing-masing indikator terhadap biaya dan volume ekspor Indonesia ke 72 negara tujuan ekspor,
baik secara total tanpa membedakan moda transportasi maupun berdasarkan moda transportasi laut maupun udara. Estimasi model dilakukan dengan terlebih
dahulu melakukan Uji Chow untuk memilih metode pendekatan terbaik antara Pooled Least Square
PLS dan fixed effect. Hasil Uji Chow menunjukkan bahwa metode terbaik yang digunakan adalah metode fixed effect. Sementara untuk
memilih model terbaik antara model fixed effect maupun model random effect dilakukan Uji Hausman. Dari hasil Uji Hausman model terbaik yang digunakan
adalah model fixed effect. Hasil estimasi data panel dampak kualitas infrastruktur dan kelembagaan terhadap biaya dan volume ekspor dengan model fixed effect
disajikan pada Tabel 32 sampai Tabel 33.
7.1.1. Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan Keseluruhan Terhadap Biaya dan Volume Ekspor Indonesia
Hasil estimasi pengaruh kualitas infrastruktur dan kelembagaan secara keseluruhan terhadap biaya dan volume ekspor Indonesia ke 72 negara tujuan
6
Berita Resmi Statistik, BPS, No. 0902Th.XVI, 1 Februari 2013.
dapat dilihat pada Tabel 32 dan Tabel 33. Berdasarkan Tabel 32 terlihat bahwa hasil estimasi ketiga model memiliki nilai koefisien determinasi R2 sebesar
0.7645 model 3, 0.9092 model 1 dan 0.9111 model 2. Artinya, sekitar 76.45 persen, 90.92 persen sampai 91.11 persen keragaman biaya ekspor Indonesia ke
72 negara tujuan ekspor, baik total maupun berdasarkan moda transportasi laut dan udara dapat dijelaskan oleh model, sisanya sekitar 8.89 persen sampai 23.55
persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Tabel 32. Hasil Estimasi Pengaruh Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan
Keseluruhan Terhadap Biaya Ekspor Indonesia Variabel
Total Laut
Udara Konstanta C
0.8635 0.7009
3.4409 Ln_H
-0.0298 -0.0355
-0.1721 Ln_BBKR
0.0908 0.1523
1.2392 INFRAi
-0.0427 -0.0660
-0.0314 INFRAj
-0.0767 -0.0674
-0.1280 INSTi
-0.0767 -0.0484
-0.4179 INSTj
0.0800 0.0792
-0.1117 Adjusted R2
0.9092 0.9111
0.7645 S.E of Regresion
0.3262 0.3200
0.4188 F-stat
57.8344 58.3656 19.1714
Prob F-stat 0.0000
0.0000 0.0000
Sum square resid 37.7910
36.2559 62.1024
Durbin Watson Stat Fixed Effect
Intersept Maksimum
Minimum 1.6970
1.2366 Kamboja -0.6063 Brazil
1.7584
1.2709 Kamboja -0.6358
Australia 1.7968
1.45155 Thailand
-0.6872 Mauritius
Keterangan : nyata pada taraf 1, nyata pada taraf 5, nyata pada taraf 10
Dari ketiga model yang digunakan pada Tabel 32 terlihat bahwa pengaruh kualitas infrastruktur keseluruhan INFRAi Indonesia sebagai negara pengekspor
yang meliputi infrastruktur transportasi, komunikasi dan energi berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya ekspor Indonesia, masing-masing sebesar -
0.0427 model 1, -0.0660 model 2, dan -0.314 model 3. Artinya, semakin baik kualitas infrastruktur keseluruhan Indonesia sebagai negara pengekspor akan
menurunkan biaya ekspornya. Demikian halnya dengan dampak kualitas kelembagaan keseluruhan INST terhadap biaya ekspor Indonesia menunjukkan
bahwa untuk ketiga model, kualitas kelembagaan keseluruhan Indonesia sebagai negara pengekspor INSTi juga berpengaruh signifikan negatif terhadap biaya
ekspor, yakni sebesar -0.0767 model 1, -0.0484 model 2 dan -0.4179 model 3. Artinya, semakin baik kualitas kelembagaan keseluruhan Indonesia sebagai
negara pengekspor akan menurunkan biaya ekspornya. Variabel lainnya yang digunakan dalam model yang berpengaruh
signifikan tarhadap biaya ekspor Indonesia adalah harga agregat barang yang diperdagangkan Ln_H dan harga bahan bakar Ln_BBKR. Untuk moda
transportasi laut maupun udara, variabel harga barang yang diekspor berpengaruh signifikan negatif. Artinya, semakin tinggi harga barang yang diperdagangkan
maka biaya perdagangannya pun akan semakin rendah. Variabel harga bahan bakar, baik solar maupun avtur, dari hasil estimasi
ketiga model menunjukkan hasil yang konsisten, yakni berpengaruh signifikan positif terhadap biaya ekspor. Artinya, semakin tinggi harga bahan bakar, baik
solar moda transportasi total dan laut maupun avtur moda transportasi udara akan meningkatkan biaya ekspornya. Setiap terjadi kenaikan 10 persen harga
bahan bakar baik solar maupun avtur akan meningkatkan biaya ekspor dalam hal ini biaya transportasi dalam kegiatan ekspor sebesar 0.9 persen moda total, 1.5
persen moda laut, dan 12 persen moda udara. UNCTAD 2011 menyebutkan bahwa biaya bahan bakar bisa mencapai 60 dari biaya operasional pengapalan.
Hasil kajian UNCTAD tersebut menyebutkan bahwa setiap terjadi kenaikan 10 persen harga bahan bakar, akan meningkatkan biaya pengapalan kontainer sekitar
1.9 persen sampai 3.6 persen. Apabila dilihat responsibiltas harga bahan bakar terhadap biaya ekspor
terlihat bahwa biaya ekspor lebih responsif terhadap perubahan harga avtur dibandingkan dengan harga solar. Artinya, apabila terjadi perubahan harga bahan
bakar, maka dampak yang ditimbulkan terhadap biaya ekspor akan lebih besar terjadi pada moda transportasi udara dibandingkan moda transportasi laut. Hal itu
terlihat dari koefisien harga bahan bakar avtur yang jauh lebih besar elastis yaitu sebesar 1.2392, sementara moda transportasi laut sebesar 0.1523.
Kualitas infrastruktur dan kelembagaan selain diduga memengaruhi biaya perdagangan khususunya biaya transportasi, juga memengaruhi volume
perdagangan. Hasil estimasi pengaruh kualitas infrastruktur dan kelembagaan terhadap volume ekspor Indonesia dapat dilihat pada Tabel 33. Berdasarkan
Tabel 33, nilai koefisien determinasi R2 model antara 0.9595 sampai 0.9930. Artinya, sekitar 95.95 persen sampai 99.30 persen keragaman volume ekspor
Indonesia ke 72 negara tujuan ekspor dapat dijelaskan oleh model, sisanya sekitar 0.0070 sampai 0.0405 persen dijelaskan oleh faktor di luar model.
Hasil estimasi dampak kualitas infrastruktur dan kelembagaan secara keseluruhan terhadap volume ekspor Indonesia menunjukkan bahwa variabel
infrastruktur keseluruhan INFRA Indonesia sebagai negara pengekspor yang meliputi infrastruktur transportasi, baik secara total tanpa membedakan moda
transportasi maupun berdasarkan moda transportasi laut, berpengaruh positif terhadap volume ekspor masing-masing sebesar 0.0955 model 1 dan 0.0958
Model 2. Artinya, semakin baik kualitas infrastruktur keseluruhan di negara Indonesia sebagai negara pengekspor akan meningkatkan volume ekspor
Indonesia ke 72 negara tujuan, baik secara total tanpa membedakan moda transportasi maupun melalui moda transportasi laut. Berpengaruh signifikannya
volume ekspor secara total tanpa membedakan moda transportasi maupun berdasarkan moda transportasi laut dikarenakan sebagian besar ekspor Indonesia
95 dilakukan melalui moda tranasportasi laut. Barang-barang yang diperdagangkan melalui moda transportasi laut
umumnya bersifat bulky bernilai relatif rendah seperti minyak dan produk minyak bumi, besi dan bijih besi, batubara, dan biji-bijian sereal. Dilihat dari
kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan, pada Januari 2013, kontribusi ekspor produk industri sebesar 63.63 persen meningkat 3.32 dibandingkan Januari
2012, produk pertanian sebesar 2.67 persen meningkat 0.2 dibandingkan Januari 2012, dan produk pertambangan sebesar 16.70 persen turun 0.35
dibandingkan Januari 2012. Sementara kontribusi ekspor migas sebesar 17 persen turun 3.18 dibandingkan Januari 20127.
Sementara hasil estimasi dampak kualitas kelembagaan secara keseluruhan INST terhadap volume ekspor Tabel 33 menunjukkan bahwa hanya pada
model 3 yaitu moda transportasi udara, kualitas kelembagaan Indonesia sebagai negara pengekspor maupun kualitas kelembagaan negara tujuan ekspor Indonesia
negara pengimpor berpengaruh signifikan positif terhadap volume ekspor Indonesia, masing-masing sebesar 0.5580 dan 0.2035. Artinya, semakin baik
kualitas kelembagaan di negara pengekspor maupun negara pengimpor akan meningkatkan volume perdagangan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukan
Rodrik et al 2002 bahwa kualitas kelembagaan signifikan positif mempengaruhi aliran perdagangan suatu negara. De Groot, et al 2003 juga menunjukkan hal
yang sama bahwa baiknya kualitas kelembagaan formal cenderung meningkatkan perdagangan.
Sementara hasil estimasi variabel lainnya yang diduga memengaruhi volume ekspor Indonesia ke negara tujuan ekspor yang digunakan dalam model
ini adalah, pendapatan perkapita dan keterbukaan perdagangan dari negara yang melakukan perdagangan baik Indonesia sebagai pengekspor maupun negara-
negara tujuan ekspor Indonesia negara pengimpor. Hasil estimasi dari Tabel 33 menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut baik pendapatan perkapita maupun
keterbukaan perdagangan dari negara pengekspor maupun pengimpor berpengaruh signifikan. Pendapatan perkapita penduduk Indonesia sebagai negara
pengekspor berpengaruh signifikan negatif, yang artinya, semakin tinggi pendapatan perkapita Indonesia sebagai negara pengekspor akan menurunkan
volume yang diekspornya. Selama ini barang-barang yang diekspor Indonesia adalah barang-barang yang bernilai tambah rendah yang umumnya merupakan
kebutuhan utama dengan tujuan utama untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Dengan semakin tingginya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, kebutuhan
terhadap barang-barang yang diproduksinya akan semakin besar, sehingga alokasi untuk tujuan ekspor akan semakin berkurang, karena diutamakan untuk ememnuhi
kebutuhan domestiknya terlebih dahulu. Hal yang sebaliknya untuk negara
7
Berita Resmi Statistik, Badan Pusat Statistik No. 1703Th XVI, 1 Maret 2013.
pengimpor, hasil estimasinya menunjukkkan pengaruh yang signifikan positif. Artinya, semakin tinggi pendapatan per kapita dari negara pengimpor negara
tujuan ekspor Indonesia, mereka lebih berspesialisasi dengan barang-barang yang semakin bernilai tinggi, sehingga permintaan impor terhadap produk Indonesia
akan semakin meningkat. Tabel 33. Hasil Estimasi Dampak Kualitas Infrastruktur dan Kelembagaan
Terhadap Volume Ekspor Indonesia Variabel
Total Laut
Udara Konstanta C
7.8714 7.8121
3.5983 Ln_GDPcapi
-1.8410 -1.8447
-2.3302 Ln_GDPcapj
1.8363 1.8397
2.0352 Ln_Trdopnnsi
0.6154 0.6186
2.2527 Ln_Trdopnnsj
-1.2604 -1.2623
-2.7923 INFRAi
0.0955 0.0958
-0.0775 INFRAj
0.0870 0.0885
-0.0560 INSTi
0.0155 0.0254
0.5580 INSTj
0.0444 0.0452
0.2305 Adjusted R2
0.9927 0.9930
0.9595 S.E of Regresion
0.2143 0.2143
0.4352 F-stat
745.7377 778.4094
130.5770 Prob F-stat
0.000000 527.3939
0.000000 Sum square resid
16.1754 16.1656
66.6697 Durbin Watson Stat
1.7197 1.7271
1.8445 Fixed Effect
Intersep Maksimum
4.1507 India 4.1598 India
7.9881 Cina Minimum
-2.6810 Qatar -2.6890 Qatar
-4.4066 Finlandia Keterangan : nyata pada taraf 1, nyata pada taraf 5, nyata pada taraf
10 Hasil estimasi variabel lainnya yaitu keterbukaan perdagangan trade
openness yaitu kontribusi total perdagangan ekspor dan impor terhadap