Kelembagaan, Biaya Transaksi dan Perdagangan

sampainya barang dalam keadaan utuh berbanding terbalik dengan waktu pengiriman. Namun jarak saja tidak cukup, karena hanya mampu menjelaskan keragaman biaya sebesar 10 persen. Hasil penelitian Limao dan Anthony 2001 terkait kontainer dari Baltimore menunjukkan bahwa setiap penambahan jarak sebesar 1000 km akan meningkatkan biaya transportasi sebesar 380. Penambahan jarak perjalanan laut sebesar 1000 km akan menambah biaya transportasi sebesar 190, sedangkan untuk penambahjan jarak perjalanan darat sebesar 1000 km akan menambah biaya transportasi sebesar 1380. Negara landlocked menghadapi biaya transportasi yang lebih tinggi daripada negara- negara coastal. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa negara landlocked terkurung daratan menghadapi biaya transportasi yang lebih tinggi daripada negara-negara coastal pesisir. Variabel konektivitas sebagai salah satu faktor penentu biaya transportasi umumnya terkait dengan kondisi atau kualitas infrastruktur dari negara yang melakukan perdagangan. Limao dan Anthony 1999 dalam penelitiannya mengenai infrastruktur, kondisi geografi yang merugikan dan biaya trasportasi, menunjukkan bahwa infrastruktur, baik infrastruktur sendiri maupun yang disediakan alam “landlocked country” signifikan negatif mempengaruhi biaya transportasi dan arus perdagangan bilateral. Perbaikan infrastruktur di negara tujuan satu standar deviasa akan mengurangi biaya transportasi setara dengan 6500 km perjalanan laut laut atau 1000 km perjalanan darat. Kondisi negara yang terkurung daratan “landlocked country” akan meningkatkan biaya transportasi sekitar 50 persen dibandingkan dengan negara pesisir coastal country. Peningkatan infrastruktur di “landlocked country” akan mengurangi kerugian sebesar 12 persen. Sementara terkait dengan variabel lainnya yaitu nilai impor, hubungan biaya transportasi berbanding terbalik dengan nilai impor. Artinya, semakin murah biaya transportasi maka nilai impor akan semakin besar, atau sebaliknya. Dengan menambahkan kedua variabel ini yaitu variabel infrastruktur dan nilai impor dalam model akan menambah keragaman menjadi sekitar 50 persen. Selain jarak, Limao et al 2000 menunjukkan bahwa infrastruktur merupakan faktor penentu penting dari biaya transportasi. Dengan rasio CIFFOB, penelitian tersebut menunjukkan bahwa kenaikan kualitas infrastruktur dapat menurunkan biaya transportasi sebesar 40 persen untuk negara-negara tepi lautpesisir coastal country dan 60 persen pada negara terkurung daratan landlocked country. Penelitian lainnya terkait efisiensi pelabuhan port efficiency yang memengaruhi biaya transportasi perdagangan. Perbaikan dalam hal efisiensi pelabuhan dari 25 – 75 persen akan mengurangi biaya pengiriman lebih dari 12 persen atau setara dengan 5000 miles jarak. Selain itu ketidakefisienan di pelabuhan akan meningkatan biaya penanganan. Hal menarik lainnya adalah terkait dengan variabel kejahatan yang terorganisir organized crime berpengaruh signifikan negatif terhadap jasa pelabuhan sehingga meningkatkan biaya transportasi. Peningkatan kejahatan terorganisir dari 25-75 persen berimplikasi terhadap penurunan efisiensi pelabuhan dari 50 menjadi 25persen. Adanya pengurangan dalam inefisiensi hubungannya dengan biaya transportasi dari 25 hingga 75 percentil akan meningkatkan perdagangan bilateral hingga sekitar 25 persen Micco dan Natalia, 2002; Clark, David dan Alejandro, 2004. Nordas dan Roberta 2004 dalam penelitiannya mengenai infrastruktur dan perdagangan dengan menggunakan model gravitasi menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur signifikan positif dan relatif besar dampaknya terhadap aliran perdagangan bilateral. Diantara indikator infrastruktur yang digunakan secara individu yaitu jalan, pelabuhan, telekomunikasi, dan waktu yang dibutuhkan terkait kepabeanan, ternyata kualitas pelabuhanefisiensi pelabuhan port efficiency memiliki dampak yang paling besar terhadap perdagangan bilateral. Variabel ketepatan watu dan akses terhadap informasi telekomunikasi relatif lebih penting untuk meningkatkan daya saing sector tekstil dan otomotif. Demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan Achmad 2011 mengenai pengaruh port efficiency dalam perdagangan bilateral Indonesia Uni Eropa dengan pendekatan model gravitasi, menyebutkan bahwa biaya transportasi merupakan salah satu hambatan dalam kerjasama perdagangan kedua pihak. Salah satu faktor yang menentukan biaya transportasi adalah port efficiency, sementara proksi yang digunakan dalam mengukur port efficiency adalah kualitas infrastruktur pelabuhan quality of port infrastructure-QPI dan kinerja logistik