55
Sumber: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Subsidi
Energi Nonenergi
Subsidi BBM Subsidi Listrik
Pangan Pupuk
Benih Pajak
Kdelai Lainnya
PSO
Kredit Program Minyak
Goreng
Gambar 19. Struktur dan Komponen Subsidi Negara
Menurut Bank Indonesia, tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi
yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi
aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian target inflasi. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur, diantaranya
jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi Gambar 20.
Guna memahami pengaruh kebijakan moneter terhadap deforestasi dan degradasi hutan, jalur suku bunga dan jalur nilai tukar yang lebih ditekankan, karena
akan langsung mempengaruhi suku bunga sebagai harga kapital, dan harga ekspor dan impor pangan, karet, sawit, pulp dan kayu.
56
Sumber: Bank Indonesia Inflasi
BI Rate Suku Bunga
Deposito Kredit Kredit yang
Disalurkan Harga Aset
Obligasi Saham Nilai Tukar
Ekspekatasi Konsumsi
Investasi
Ekspor PDB
Feedback
Gambar 20. Saluran dan Mekanisme Pengaruh BI Rate terhadap Aktivitas Ekonomi
Dampak kebijakan moneter terhadap deforestasi, khususnya untuk perluasan areal tanaman pangan, karet, dan sawit, melalui saluran suku bunga dihipotesiskan
lebih kecil dibanding dampak kebijakan fiskal melalui subsidi kredit program; subsidi kredit program mengisolasi diri dari pengaruh kebijakan moneter. Namun dampaknya
terhadap deforestasi oleh HTI, dan degradasi hutan mungkin lebih besar. Dampaknya melalui saluran nilai tukar bergantung pada pengaruhnya terhadap harga ekspor dan
impor.
3.4. Pengaruh Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat dianalisis meliputi: suku bunga dunia, dan harga minyak mentah dunia. Pengaruh harga minyak terhadap perekonomian dapat
dianalisis dari dua sisi, yaitu: sisi supply, dan sisi demand. Dari sisi supply, hasil analisis antara lain Estrada dan de Cos 2009 menunjukkan bahwa kenaikan
57 permanen harga minyak dapat secara signifikan mengurangi output potensial. Dari
sisi demand, antara lain Aliyu 2009 menunjukkan bahwa harga minyak dunia mempengaruhi PDB Produk Domestik Bruto riil di Nigeria. Dari sisi demand,
kenaikan harga minyak dunia mempengaruhi kondisi makroekonomi melalui beberapa saluran antara lain neraca pembayaran, dan defisit anggaran.
Bagi negara pengimpor, kenaikan harga minyak mentah dunia akan menyebabkan neraca pembayaran mengalami penurunan, yang pada gilirannya
menyebabkan tekanan pada nilai tukar. Depresiasi nilai tukar akan menyebabkan impor menjadi lebih mahal, dan ekspor menjadi lebih murah. Penurunan impor di
satu sisi dan kenaikan ekspor di sisi lain, pada akhirnya memperbaiki neraca pembayaran kembali jika negara yang bersangkutan mengadopsi sistem nilai tukar
mengambang floatimg exchange rate. Melalui saluran defisit anggaran, karena kenaikan harga minyak BBM akan
menambah tambahan biaya subsidi BBM bagi negara yang mengadopsi kebijakan subsidi untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Indonesia telah sebagai net
importir minyak sejak tahun 2004 Surjadi, 2006. Sebagai net importer Indonesia
masih mengadopsi kebijakan subsidi untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Pengaruh harga minyak dunia terhadap defisit anggaran dapat ditangkap dengan
peubah subsidi BBM pada pengeluaran negara. Pemberian subsidi, termasuk BBM ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan keputusan politik berdasarkan kemampuan
penerimaan negara dan aspirasi politik dalam masyarakat. Pengaruh harga minyak dunia melalui saluran ekspor dan impor dapat
ditangkap dengan memasukkan harga minyak dunia ke dalam perilaku ekspor dan impor pada tingkat makro, dan pada tingkat mikro pada perilaku ekspor dan impor
sektor deforestasi dan degradasi hutan. Sedangkan pengaruh suku bunga dunia dapat