Blok Degradasi Hutan Dampak Faktor Eksternal

124 menaikkan 0.47 . Bagaimana dampaknya terhadap degradasi hutan areal HPH disajikan pada Tabel 23 dan Tabel 24. Dari Tabel 23 dan Tabel 24 diketahui bahwa model memprediksi, kenaikan harga minyak mentah dunia sebesar 7.0 dan 200 menurunkan tingkat degradasi areal HPH berturut-turut sebesar 0.1 dan 2.9, sedangkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat sebesar 1 dan 5 menaikkan tingkat degradasi areal HPH berturut-turut sebesar 0.2 dan 1.0. Selain suku bunga, hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa sertifikasi hutan yang diminta oleh pasar internasional mendorong perusahaan HPH menerapkan prasyarat dan prinsip pengelolaan hutan secara berkelanjutan, terutama yang terintegrasi dengan industri kayu lapis. Saat ini luas areal hutan di Indonesia sebagian besar areal HPH yang telah tersertifikasi dengan skema internasional mencapai 904.1 ribu ha. Tabel 23. Skenario Dampak Perubahan Harga Minyak Mentah Dunia terhadap Degradasi Hutan Alam Areal HPH Blok Degradasi Skenario Dampak Perubahan Harga Minyak Mentah Dunia oil P No. Peubah Endogen Nilai Dasar Naik 7.0 Naik 200.0 1 Degradasi HA Areal Alam HPH ribu ha -801.0 -0.100 -2.896 2 Penawaran Kayu Ilegal ribu m3 10601.2 0.002 0.076 3 Penawaran Kayu HA ribu m3 15488.9 0.002 0.063 4 Permintaan Kayu HA oleh IKG ribu m3 10040.6 0.022 0.653 5 Permintaan Kayu HA oleh IKL ribu m3 14677.0 0.058 1.679 6 Harga Kayu Hutan Alam Rpm3 698428.0 -0.004 -0.112 Keterangan: oil P =Harga Minyak Mentah Dunia; HA=Hutan Alam ; IKG = Industri Kayu Gergajian; IKL = Industri Kayu Lapis 125 Tabel 24. Skenario Dampak Perubahan Suku Bunga Rujukan Amerika Serikat terhadap Degradasi Hutan Alam Areal HPH Blok Degradasi Skenario Dampak Perubahan Suku Bunga Amerika Serikat R US No. Peubah Endogen Nilai Dasar Naik 1.0 Naik 5.0 1 Degradasi HA Areal Alam HPH ribu ha -801.0 0.187 0.961 2 Penawaran Kayu Ilegal ribu m3 10601.2 -0.005 -0.025 3 Penawaran Kayu HA ribu m3 15488.9 -0.004 -0.019 4 Permintaan Kayu HA oleh IKG ribu m3 10040.6 -0.019 -0.093 5 Permintaan Kayu HA oleh IKL ribu m3 14677.0 -0.007 -0.037 6 Harga Kayu Hutan Alam Rpm3 698428.0 0.005 0.026 Keterangan: R US =Suku Bunga Rujukan Amerika Serikat Federal Fund Rate; HA=Hutan Alam ; IKG = Industri Kayu Gergajian; IKL = Industri Kayu Lapis

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan: 1. Hasil pendugaan dan pengujian model menunjukkan bahwa secara statistik parameter dugaan model secara umum nyata pada taraf 1-10 sehingga model ekonometrika yang dibangun dapat digunakan untuk analisis. Sedangkan hasil validasi model menunjukkan seluruh persamaan memiliki proporsi bias UM yang mendekati nol, dan hanya beberapa peubah yang memiliki nilai RMSPE relatif tinggi. Secara keseluruhan, model dapat digunakan untuk analisis simulasi kebijakan, khususnya dampak kebijakan makroekonomi dan faktor eksternal terhadap deforestasi dan degradasi hutan. 2. Hasil simulasi skenario dampak perubahan kebijakan makroekonomi dan faktor eksternal mengindikasikan bahwa suku bunga merupakan saluran signifikan dalam mempengaruhi deforestasi dan degradasi hutan alam, sehingga peubah- peubah makroekonomi dan faktor eksternal yang mempengaruhi suku bunga secara tidak langsung mempengaruhi deforestasi dan degradasi hutan alam yang pengaruhnya tidak dapat dihindari dan dikendalikan. 3. Selain suku bunga, tingkat perubahan deforestasi dan degradasi hutan alam juga dipengaruhi oleh upah, harga BBM dan harga komoditas yang dihasilkan, khususnya untuk areal padi juga oleh jumlah penduduk. Penurunan suku bunga dapat meningkatkan dan kenaikan suku bunga dapat menurunkan tingkat deforestasi hutan alam. Sebaliknya penurunan suku bunga dapat menurunkan dan kenaikan suku bunga dapat meningkatkan degradasi hutan areal HPH. 128

7.2. Implikasi Kebijakan

1. Pengaruh faktor makroekonomi suku bunga, nilai tukar, pengeluaran pemerintah, penawaran uang, dan faktor mikroekonomi upah, harga BBM, dan harga komoditas, serta faktor eksternal harga minyak mentah dunia dan suku bunga dunia tidak dapat dihindari dan dikendalikan, sehingga pengendalian tingkat perubahan deforestasi dan degradasi hutan alam agar efektif perlu peningkatan yang lebih intensif terhadap penegakan prasyarat-prasyarat dan prinsip-prinsip pengelolaan hutan secara berkelanjutan. 2. Upaya mempertahankan dan mengkonservasi hutan alam primer yang tersisa agar efektif perlu pemberhentian izin baru pemanfaatannya, dan untuk meningkatkan daya serap hutan terhadap CO 2 perlu pengembangan hutan “campuran” dalam areal-areal yang terdeforestasi, serta pelaksanaan reboisasi dalam areal-areal yang terdegradasi. Upaya menekan deforestasi hutan alam perlu menetapkan kebijakan pemberian izin perluasan areal hanya pada areal hutan alam yang terdegradasi secara selektif dan fasilitas subsidi suku bunga sebagai bagian dari sistem insentif-disinsentif pengendalian deforestasi dan degradasi hutan.

7.3. Penelitian Lanjutan

1. Model ekonometrika yang dibangun menggunakan pendekatan sisi permintaan agregat demand side approach sehingga pengaruh kebijakan makroekonomi dan faktor eksternal bergerak satu arah dalam mempengaruhi deforestasi dan degradasi hutan. Dampak deforestasi dan degradasi hutan alam terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengangguran tidak dapat secara langsung dianalisis dalam model. Untuk mengetahui kausalitas peubah makroekonomi dan faktor 129 eksternal dengan deforestasi dan degradasi hutan alam secara simultan perlu pendekatan sisi permintaan dan penawaran agregat. 2. Khusus tingkat deforestasi untuk areal HTI, penelitian ini menggunakan data areal secara agregat dan diasumsikan didominasi oleh output kayu pulp. Penggunaan data disagregasi areal HTI akan mampu melihat respon masing-masing areal penggunaan menyadari bahwa HTI dapat diklasifikasikan ke dalam tiga komoditas, yaitu: 1 kayu pulp, 2 kayu pertukangan, dan 3 karet. Selain itu, konteks degradasi hutan yang dianalisis juga hanya degradasi hutan areal HPH, sehingga model masih perlu dikembangkan dengan memasukkan degradasi hutan areal hutan lindung dan hutan konservasi Taman Nasional. 3. Model ekonometrika yang dibangun belum memainkan peranan nilai tukar dan inflasi selain suku bunga sebagai saluran transmisi kebijakan dan faktor eksternal dalam mempengaruhi deforestasi dan degradasi hutan melalui pasar input dan output tradable. Pengembangan model ekonometrika yang dapat mendeteksi pengaruh nilai tukar dan inflasi melalui pengaruhnya pada harga input dan output akan dapat menjelaskan lebih lengkap dampak deforestasi dan degradasi hutan alam kebijakan makroekonomi dan faktor eksternal, termasuk di dalamnya mengendogenkan pendapatan dibelanjakan.