Penelitian Terhahulu Kasus Indonesia

40 Untuk menganalisis bagaimana optimasi konsumsi consumption optimization mempengaruhi perilaku deforestasi, Wibowo mengembangkan stochastic control model yang dipecahkan dengan Hamilton-Jacobian equation. Hasilnya menunjukkan bahwa akumulasi kapital tidak selalu menyebabkan petani memiliki kapasitas finansial untuk menebang hutan. Dalam kasus yang risk-averting, petani cenderung menabung dan penebangan hutan tidak dilakukan. Dalam kasus yang risk-taking, petani bersedia mengorbankan konsumsi untuk investasi dalam penebangan hutan. Dengan demikian, petani yang risk-taking dapat menjadi ancaman terhadap hutan dibanding petani yang risk-averting. Optimasi konsumsi ditunjukkan untuk mengurangi kapasitas keuangan petani untuk menebang hutan. Hal ini karena optimasi meningkatkan konsumsi petani di atas subsisten, sehingga kekurangan uang untuk biaya penebangan hutan. Penelitian dampak realokasi pengeluaran pemerintah daerah terhadap deforestasi dan degradasi dilakukan oleh Novra 2007 juga di Taman Nasional Kerinci Seblat. Hasil penelitian di antaranya menunjukkan bahwa realokasi pengeluaran rutin untuk sektor sumberdaya manusia memenuhi kiteria pembangunan berkelanjutan di antaranya aspek ekologi: mampu mengurangi tekanan terhadap sumberdaya lahan dan hutan. Penelitian dampak perdagangan produk berbasis kayu terhadap deforestasi potensial dilakukan oleh Adi 2007. Dengan menggunakan disagregasi data wilayah Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku-Papua, hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan produk berbasis kayu cenderung meningkatkan deforestasi potensial, dan laju deforestasi potensial antara lain dipengaruhi oleh suku bunga dan produk domestik regional bruto.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III menjelaskan kerangka pemikiran membangun model ekonomi deforestasi dan degradasi hutan. Model yang dibangun diharapkan dapat menjelaskan pengaruh kebijakan makroekonomi dan faktor eksternal terhadap deforestasi dan degradasi hutan. Kerangka pemikirannya meliputi: 1 identifikasi deforestasi dan degradasi hutan, 2 identifikasi transmisi kebijakan dan faktor eksternal terhadap deforestasi dan degradasi hutan, dan 3 konstruksi model ekonomi deforestasi dan degradasi hutan.

3.1. Deforestasi

Deforestasi didefinisikan sebagai perubahan kondisi penutupan lahan dari kelas penutupan lahan kategori hutan berhutan menjadi kelas penutupan lahan kategori nonhutan tidak berhutan. Nonhutan atau areal tidak berhutan didefinisikan sebagai bentuk penutupan lahan berupa: 1 semakbelukar, 2 belukar rawa, 3 savannapadang rumput, 4 perkebunan, 5 pertanian lahan kering, 6 pertanian lahan kering campur semak, 7 transmigrasi, 8 sawah, 9 tambak, 10 tanah terbuka, 11 pertambangan, 12 pemukiman, 13 rawa, dan 14 pelabuhan udaralaut Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Kehutanan, 2008. Dari ke 14 kategori deforestasi tersebut, savannapadang rumput 3 dan rawa 13 tidak dapat dikategorikan sebagai hasil konversi hutan primer deforestasi selama savannapadang rumput dan rawa merupakan suatu ekosistem tersendiri yang berbeda dengan ekosistem hutan primer. Sebaliknya semakbelukar 1, belukar rawa 2 dan tanah terbuka 10 dapat dikategorikan sebagai deforestasi selama semakbelukar, belukar rawa dan tanah terbuka merupakan bekas pembalakan hutan berlebihan, yang menyebabkan hilangnya tutupan hutan namun alih fungsi lahan 42 belum jelas. Demikian pula dengan areal transmigrasi dapat dibedakan ke dalam lahan pertanian, perkebunan, hutan tanaman dan pemukiman, sehingga alih fungsi lahan areal transmigrasi juga belum struktur penggunaan yang jelas. Dengan demikian, areal deforestasi yang memiliki alih fungsi hutan secara jelas adalah: perkebunan 4, pertanian lahan kering 5, pertanian lahan kering campur semak 6, sawah 8, tambak 9, pertambangan 11, pemukiman 12, dan pelabuhan udaralaut 14. Delapan komponen nonhutan ini dapat disederhanakan ke dalam 6 komponen, yaitu: 1 perkebunan, 2 pertanian, yang mencakup pertanian lahan kering, pertanian lahan kering campur semak, dan sawah, 3 perikanan tambak, 4 pertambangan, 5 pemukiman, dan 6 pelabuhan udaralaut. Dalam penelitian pengertian hutan merujuk pada hutan alam sehingga hutan tanaman industri HTI dimasukkan sebagai komponen deforestasi, karena merupakan hasil konversi hutan alam. Dengan memasukkan areal HTI, terdapat 7 komponen deforestasi yang memiliki pengertian alih fungsi hutan secara jelas. Dari tujuh komponen deforestasi tersebut, komponen yang paling sering didiskusikan adalah komponen pertanian, perkebunan, HTI, dan pertambangan. Komponen pertanian, khususnya tanaman pangan, dan komponen perkebunan, terutama karet dan sawit. Untuk penyederhanaan, areal deforestasi yang dianalisis meliputi: 1 tanaman pangan padi, 2 tanaman karet, 3 tanaman sawit, dan 4 HTI Gambar 14. Total luas keempat komponen deforestasi tersebut adalah 31.8 juta ha. Komponen terluas adalah areal tanaman padi 11.5 juta ha, kemudian disusul oleh HTI 9.0 juta ha, dan sawit 7.8 juta ha. Luas tanaman karet adalah 3.5 juta ha. Deforestasi yang terjadi pada dasarnya disebabkan oleh kebijakan pemerintah berkaitan dengan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan nasional, terutama pembangunan ekonomi. Dalam pengertian pemerintah bertindak sebagai agen yang