Tingkat Deforestasi Hutan Alam untuk Areal HTI

69 positif, karena sejak tahun 1990an, pemerintah mengembangkan HTI-karet. Kebijakan pemerintah mempercepat pembangunan HTI dari tahun 2004 – 2009 GP HTI t juga dihipotesikan mempengaruhi secara positif tingkat deforestasi untuk areal HTI. Dihipotesiskan luas areal HTI satu tahun sebelumnya A HTI t-1 akan mempengaruhi tingkat deforestasi secara negatif atau semakin luas areal HTI satu tahun sebelumnya semakin kecil tingkat deforestasi yang terjadi dan sebaliknya. Fungsi DF HTI t dituliskan: DF HTI t = DF P XPULP t , P KHTI t , R t , W t , P BBM t , P XKR t , P XMSW t , P XKL t , GP HTI t , A HTI t-1 ...…………………………..…………….…………… 14 Dalam penelitian ini, harga output yang dihasilkan lahan deforestasi untuk areal HTI dibatasi hanya sampai harga kayu HTI, yang diperlakukan sebagai peubah endogen. Harga output turunannya pulp dan kertas diasumsikan eksogen. Merujuk teori, harga kayu HTI dipengaruhi oleh penawaran dan permintaannya 24 . Penawarannya S KHTI t dipengaruhi secara positif oleh harganya P P KHTI t , negatif oleh suku bunga R , upah W dan harga BBM P t t BBM t , serta secara positif oleh produktivitas HTI q HTI t , luas areal HTI A HTI t , dan penawaran kayu HTI satu tahun sebelumnya S KHTI t-1 25 . Fungsi penawaran kayu HTI S KHTI t dituliskan: S KHTI t = SP KHTI t , R t , W t , P BBM t , q HTI t , A HTI t , Q KHTI t-1 .......…….….……… 15 Sebagai derived demand, permintaan kayu HTI oleh industri pulp D KHTI t dihipotesiskan dipengaruhi oleh harganya, harga ekspor pulp P XPULP t , suku bunga R t , upah W t , harga BBM P BBM t , dan PDB Y t , serta permintaan satu tahun 24 Persamaan h dan i juga berlaku untuk permintaan input industri pengolahan pulp, kayu lapis, kayu gergajian, minyak sawit, dan karet. Dengan memasukan permintaan input ke dalam fungsi produksi [y = fx 1 , x 2 ] dapat diturunkan fungsi penawaran output, yang menyatakan penawaran dipengaruhi oleh harga output, harga input, dan faktor-faktor lainnya. 25 Deforestasi berarti peningkatan produksi, sehingga pengaruh deforestasi sebenarnya dapat dideteksi dengan memasukkan atau menggantikan peubah produkstivitas dan luas areal dengan tingkat deforestasi, misalnya jika HTI akan ditebang setelah umur 5 tahun, maka dengan asumsi tiap tahun terjadi deforestasi, pengaruh deforestasi 5 tahun sebelumnya dapat dihipotesiskan akan berpengaruh secara positif terhadap penawaran kayu HTI. Untuk itu memerlukan data deret waktu yang cukup panjang. 70 sebelumnya D KHTI t-1 . Faktor-faktor kecuali harga ekspor pulp dan PDB berhubungan negatif dengan permintaan kayu HTI, sedangkan harga ekspor pulp dan PDB berhubungan positif. Fungsi permintaan kayu HTI dituliskan: D KHTI t = DP P KHTI t , R , W , P t t BBM t , P XPULP t , Y , D t KHTI t-1 ………..…………… 16 Harga kayu HTI dipengaruhi oleh harga ekspor pulp P XPULP t , harga kayu hutan alam P KHA t , dan penawaran kayu HTI S KHTI t , serta harga kayu HTI satu tahun sebelumnya. Keseimbangan pasar kayu HTI Gambar 23 dan fungsi harga kayu HTI dituliskan: S KHTI t = D KHTI t ……………………..…………….…..…………………….. 17 P P KHTI t = PP XPULP t , P KHA t , S KHTI t , P KHTI t-1 …………………………………. 18 D KHTI Q KHTI P KHTI P KHTI Q KHTI S KHTI Gambar 23. Keseimbangan Pasar Kayu HTI

3.5.2.2. Tingkat Deforestasi untuk Areal Sawit

Indonesia merupakan produsen sawit terbesar setelah Malaysia. Produksi sawit Indonesia berorientasi pada pasar ekspor, dan impor minyak sawit sangat kecil. 71 Seperti kasus pulp, permintaan lahan hutan alam untuk areal sawit diasumsikan merupakan permintaan industri terintegrasi minyak sawit 26 . Dengan demikian tingkat deforestasi hutan alam untuk areal sawit DF SW t dipengaruhi secara positif oleh harga ekspor minyak sawit P XMSW t , dan negatif oleh harga buah sawit P BSW t , suku bunga R t , upah W t , harga BBM P BBM t dan luas areal sawit satu tahun sebelumnya A TSW t-1 . Selain itu DF SW t juga dipengaruhi oleh harga kayu HTI P KHTI t dan harga kayu hutan alam P KHA t . Harga kayu HTI mempengaruhi secara negatif, karena fakta persaingan permintaan lahan hutan alam, tetapi harga kayu hutan alam secara positif. Dalam kondisi property rights yang belum clear and clean serta penegakan hukum yang lemah, P KHA t yang lebih tinggi memberikan insentif terhadap rent seeker pengembangan areal sawit, yaitu: 1 windfall profit atas penebangan kayu, dan 2 pengurangan biaya landclearing karena penebangan kayu yang dilakukan. Fakta ini menyebabkan P KHA t berpengaruh positif terhadap tingkat deforestasi hutan alam untuk areal sawit 27 . Fungsi DF SW t dituliskan: DF SW t = DFP XMSW t , P BSW t , R t , W t , P BBM t , P KHTI t , P KHA t , A TSW t-1 ………… 19 Seperti kayu HTI, harga output yang dihasilkan lahan deforestasi untuk areal sawit dibatasi hanya sampai harga buah sawit, yang diperlakukan sebagai peubah 26 Pada tahun 2008, luas areal sawit perkebunan besar adalah 60.9 dari total areal sawit 7.4 juta ha. 27 Manurung 2001 menyatakan “konversi hutan alam untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit terus berlangsung sampai saat ini walaupun di Indonesia sesungguhnya sudah tersedia lahan kritis dan lahan terlantar dalam skala yang sangat luas sekitar 30 juta hektar. Para investor lebih suka untuk membangun perkebunan kelapa sawit pada kawasan hutan konversi karena berpotensi mendapatkan keuntungan besar berupa kayu IPK Ijin Pemanfaatan Kayu dari areal hutan alam yang dikonversi. Dalam praktiknya pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak hanya terjadi pada kawasan hutan konversi, melainkan juga merambah ke kawasan hutan produksi, bahkan di kawasan konservasi yang memiliki ekosistem yang unik dan mempunyai nilai keanekaragaman hayati yang tinggi, sebagai contoh, di areal Taman Nasional Bukit Tigapuluh telah dibangun dua perkebunan kelapa sawit dengan luas masing-masing 8.000 ha dan 4.000 ha, juga pada kawasan hutan lindung Register 40 di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, paling sedikit 6000 ha telah dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit”