Subjek Tindak Pidana Peran Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

dijelaskan di atas. Istilah strabare feit sendiri telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai perbuatan yang dapatboleh dihukum, peristiwa pidana, perbuatan pidana, dan tindak pidana. 94

5. Subjek Tindak Pidana

Awalnya dalam hukum pidana, sebagai subjek tindak pidana hanyalah orang sebagai natuurlijke persoonen, sedangkan badan hukum atau rechts persoonen tidak dianggap sebagai subjek, 95 pada perkembangannya terjadi perluasan terhadap subjek tindak pidana. Pembuat undang-undang dalam merumuskan delik sering memperhitungkan kenyataan manusia melakukan tindakan di dalam atau melalui organisasi yang, dalam hukum keperdataan maupun di luarnya, muncul sebagai satu kesatuan dan karena dari itu diakui serta mendapat perlakuan sebagai badan hukumkorporasi. 96 Manusia atau orang sebagai subjek hukum pidana menyebabkan pertanggungjawaban pidana bersifat pribadi. Artinya, barang siapa melakukan tindak pidana, maka orang itulah yang harus bertanggung jawab, sepanjang pada diri orang tersebut tidak ditemukan dasar penghapus pidana. Konsep penyertaan deelneming Subjek dalam hukum pidana saat tidak lagi terbatas pada manusia sebagai pribadi kodrati natuurlijke persoonen tetapi juga mencakup manusia sebagai badan hukum rechts persoonen. 94 Ibid., hal. 204. 95 Ibid., hal. 219. 96 Jan Remmelink., Op. cit., hal. 97. Universitas Sumatera Utara dikenal dalam hukum pidana yakni ada dua orang atau lebih mengambil bagian untuk mewujudkan atau melakukan tindak pidana. Dalam hukum pidana, ragam bentuk pernyertaan diatur dalam Pasal 55-56 KUHP. Dalam KUHP terdapat terdapat lima bentuk penyertaan, yaitu sebagai berikut: a. Mereka yang melakukan dader. Yaitu satu orang atau lebih yang melakukan tindak pidana. Pertanggungjawaban masing-masing peserta dinilai atau dihargai sendiri-sendiri atas segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan. Masing-masing pihak berdiri sediri dan masing-masing pihak memenuhi seluruh unsur. 97 b. Menyuruh melakukan doen plegen. Penyuruh tidak melakukan sendiri secara langsung suatu tindak pidana, melainkan menyuruh orang lain. Orang yang mau disuruh melakukan tindak pidana adalah orang-orang tidak normal, yaitu anak-anak dan orang gila, orang yang berada di bawah ancaman atau kekerasan tidak dapat dipidana karena ada dasar penghapus pidana bagi yang disuruh. Dalam hal ini yang bisa dipidana hanyalah penyuruh, karena yang mempunyai niat adalah orang yang menyuruh; walaupun yang memenuhi unsur tindak pidana dan harus diminta pertanggungjawabannya adalah penyuruh. 98 97 H.A.K. Moch. Anwar., Beberapa Ketentuan Umum Dalam Buku Pertama KUHP, Bandung: Alumni, 1981, hal. 39. 98 Sudikno Mertokusumo., Hukum Acara Pidana Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 2002, hal. 121. Universitas Sumatera Utara c. Mereka yang turut serta medeplegen. Yakni seseorang yang mempunyai niat sama dengan niat orang lain, sehingga mereka sama-sama mempunyai kepentingan dan turut melakukan tindak pidana yang diinginkan. Pihak yang terlibat adalah satu pihak yang dapat terdiri dari banyak orang. Niat dimiliki semua orang dalam satu pihak yang memenuhi unsur. Pidana dana pertanggungjawaban pidana dibebankan kepada semuanya orang yang terlibat di dalamnya. Sebab, kerja sama yang dilakukan secara bersama-sama dan sadar. 99 d. Penggerakan uitlokking. Penggerakan atau dikenal juga sebagai uitlokking diatur dalam Pasal 55 ayat 1 ke-2 KUHP. Setidaknya ada dua pihak dalam uitlokking, yaitu pihak yang membujuk dan pihak yang terbujuk, dimana pihak yang membujuk melakukan penggerakan dengan cara-cara yang telah ditentukan dalam Pasal 55 Ayat 1 ke-2 KUHP untuk melakukan sesuatu perbuatan yang melawan hukum. Menurut H.A.K. Moch. Anwar, penggerakan adalah: 100 1 Setiap perbuatan menggerakan atau membujuk orang lain untuk melakukan sesuatu perbuatan yang dilarang atau diancam dengan hukuman; 2 Dalam membujuk itu harus digunakan cara-cara atau daya upaya sebagaimana disebutkan dalam pasal 55 ayat 1 ke-2 KUHP. 99 P.A.F. Lamintang., Op. cit., hal. 588-589. 100 H.A.K. Moch. Anwar., Op. cit., hal. 32. Universitas Sumatera Utara e. Pembantuan medeplichtigheid. Pihak yang membantu pembantu mengetahui akan jenis kejahatan yang akan dibantunya. Niat dari pelaku pembantu adalah memberikan bantuan untuk melakukan kejahatan pelaku utama. Pertanggungjawaban pidana pembantu hanya sebatas pada kejahatan yang dibantunya saja. 101 Wirjono Prodjodikoro membagi pembantuan menjadi dua golongan yakini, pembantuan pada waktu tindak pidana dilakukan, dan pembantuan sebelum pelaku utama bertindak. Bantuan itu dilakukan dengan cara memberikan kesempatan, sarana atau keterangan. Pembantuan pada golongan pertama tersebut sering dipersamakan dengan turut serta, sedangkan pembantuan golongan kedua sering dipersamakan dengan penggerakan. 102 Uraian mengenai tindak pidana dan subjek tindak pidana di atas, berkaitan dengan tindak pidana dan subjek tindak pidana terorisme dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme UUPTPT.

6. Perumusan Tindak Pidana dan Subjek Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003